Mensikapi keburukan

“ Hei itu anak malu-maluin keluarga, hamil duluan, bagaiman mendidiknya yach…dst “. Kata si Ibu menceritrakan pengalaman buruknya mencaci orang, “ Eeeh kejadian sama anak saya…hehe ia tersenyum getir “. Mengapa demikian yah? . Mari kita lihat dari hukum tarik menarik (law attraction) yang dibahas panjang lebar oleh Charles F Haanel dalam” Master Key” satu abad yang lalu, menurutnya apa yang kita perhatikan (konsentrasikan) akan tertarik ke diri kita. Tanda memperhatikan itu salah satu tandanya adalah membicarakannya, karena kata dan kalimat adalah wujud dari pikiran, sedangkan pikiran mempunyai sifat yang kreatif untuk mengkristalkan menjadi apa yang dipikirkan. Menurutnya yang utama dan pertama adalah berpikir baik dan benar dulu, implikasi dan pengalaman akan hadir pada diri kita adalah akibat. Sulit dipercaya namun kata Haanel sekali Anda percaya hidupun akan berubah demikian kata Haanel. Haanel telah membuktikannya apa yang ia tulis, baik dalam pengalamannya sendiri sebagai pengusaha sukses, maupun pengalaman orang-orang sukses lainnya. Tulisan Haanel menginpirasi para penulis besar lainnya Napoleon Hill, Rhonda Byrne dll. Ia memberikan formula bahwa kita dapat mengusakan penyebab dari pengalaman yang akan didapatkan.
Lalu bagaimana jika kita melihat, mendengar keburukan tidak direspons dibicarakannya, berkonsentrasi pada perbaikannya, contoh, “ tidak demontrasi anti perang, tapi demontrasi perdamaian”. Bukan menyudutkan orang yang bermaksiatnya, berbicara yang benarnya bagaimana, cara memperbaikinya bagaimana, bagaimana caranya agar menjadi pahala dari kesalahan, baru kemudian tobat menjadi alternative pertama agar kesalahan menjadi pahala, kemudian memandang kedepan untuk lebih baik lagi. Format pikiran untuk sedapat mungkin tidak memandang kesalahan dari sisi negatifnya saja, hingga ide-ide akan bermunculan untuk hal yang positif memberikan jalan untuk bersikap dan melakukannya. Kebiasaan tidak baik yang tampak sekali bagi tanggapan pada orang yang melakukan kesalahan adalah mebicarakan (ngrasani atau ngerumpi) media social dan elektronik memfasilitasinya, ada pihak-pihak yang memanasinya dan mencari keuntungan dari itu. Mungkin tidak merespons sama sekali lebih baik dari pada menyudutkannya.
Merespon peristiwa buruk dengan cara lembut suatu respon yang diajarkan Rosululloh SAW, sebagaimana hadis berikut ini : “Tidaklah sikap lemah lembut dalam sesuatu melainkan membuatnya indah. Dan tiadalah sikap kasar dalam sesuatu melainkan membuatnya buruk.” (HR Muslim dan Ibnu Majah). Mungkin untuk jenis kemungkaran yang kondisinya makar cara mensikapinya hadis berikut: Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Dibawah ini adalah hadis terkait dengan tema tulisan di atas sbb:
1. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam. (HR. Bukhari)
2. Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami) Moga bermanfaat.
3.“Perumpamaan orang Islam yang saling mengasihi dan mencintai satu sama lain adalah ibarat satu tubuh,
Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit dan tidak bisa tidur ” (HR. Bukhari)
4. “Seorang muslim adalah saudara bagi sesama muslim lainnya.
Tidak boleh menganiaya ataupun. Membiarkan dianiaya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Alloh akan memenuhi kebutuhan nya.
Barang siapa membebaskan kesusahan nya,maka Alloh akan membebaskan kesusahan nya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib nya, maka Alloh akan menutupi aib nya dihari kiamat ”