Angin

Berdoa berlindung dari angin kencang.
Bila ada angin kencang, janganlah mencacinya, tapi kita dianjurkan untuk berdoa kepada Allah minta berlindung dari jeleknya angin dan minta dari baiknya angin.
Doa apabila ada angin kencang !
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya."
Sumber Doa
Doa di atas bersumber dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata: Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila angin bertiup kencang beliau berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya." (HR. Muslim, no. 2122).
Pergerakan angin merupakan bagian dari tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adakalanya bertiup sepoi-sepoi dan menyejukkan.
Ada kalanya juga kencang dan ribut sehingga menimbulkan sesuatu yang tidak kita suka. Ini semua berlaku dengan qadha' dan qadar Allah 'Azza wa Jalla. Tentunya dengan hikmah yang Allah kehendaki.
Oleh sebab itu tidak pantas jika seorang muslim mencaci angin. Karena mencaci angin itu berimbas mencaci terhadap Zat yang mencipta dan mengutusnya.
Karena angin itu makhluk Allah dan tunduk kepada perintah-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ
"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan)." (QS. Al-A'raf: 57)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih." (QS. Al-furqan: 48)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya . . ." (QS. Al-Ruum: 46)
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya." (QS. Shaad: 36).

Keutamaan bershalawat

Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada Baginda Nabi Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya. Hal ini dipertegas dalam Alquran surah al-Ahzab [33] ayat 56.

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Bershalawat artinya, jika datang dari Allah berarti pemberian rahmat, dari malaikat berarti memintakan ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat.

Membaca shalawat, selain sebagai perintah secara langsung dari Allah SWT—yang Dia dan para malaikat mencontohkannya—juga memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang mengamalkannya.

Pertama, dikabulkan doanya. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Dalam hadis yang lain, "Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya." (HR Thabrani).

Kedua, dijanjikan pahala berlipat. Rasuullah SAW bersabda, "Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Ketiga, diangkat derajatnya. Pada suatu pagi Rasulullah tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahnya. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pagi ini Engkau tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahmu." Beliau bersabda, "Memang benar. Semalam aku ditemui oleh seorang utusan Tuhanku Yang Mahaagung. Dia berkata, 'Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR Ahmad).

Keempat, dikumpulkan di surga bersama Nabi. Rasulullah SAW bersabda, "Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR Tirmidzi).

Kelima, mendapatkan syafaat Nabi. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat." (HR Muslim).

Semoga Allah meringankan lisan kita untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi SAW dan meraih keutamaannya. Amin!

Beratnya meninggalkan sholat berjamaah

Tertulis dalam Hadist Abu Dawud No. 547 bahwa Rasulullah salallohu alaihi wasallam memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan shalat secara berjamaah. Salat berjamaah dilaksanakan oleh lebih dari satu orang dan dipimpin oleh seorang imam. Untuk terselenggaranya salat berjamaah di masjid secara tertib dan rutin, maka sebuah masjid mesti dilengkapi dengan perangkat Imam shalat dan Muazin. Muazin disamping bertugas mengumandangkan azan sebaiknya juga bisa mengobrak-obrak jamaah sekitar masjid untuk segera datang ke masjid. Shalat berjamaah memiliki kefadholan antara lain:

Orang yang shalat berjamaah tidak mudah digoda syaitan.
Shalat berjamaah pahalanya 27 (dua puluh tujuh) kali lipat dibanding salat sendiri.
Orang yang mendengarkan azan namun tidak datang untuk shalat berjamaah melainkan salat sendirian, maka shalatnya tidak diterima oleh Allah.

547 – حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا السَّائِبُ بْنُ حُبَيْشٍ، عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الْيَعْمُرِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ» ، قَالَ زَائِدَةُ: قَالَ السَّائِبُ: يَعْنِي بِالْجَمَاعَةِ: الصَّلَاةَ فِي الْجَمَاعَةِ
__________
[حكم الألباني] : حسن
… Abi Dardak meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah salallohu alaihi wassalam bersabda:”Tidak ada tiga orang yang berada di suatu desa atau hutan yang dikalangan mereka tidak ditegakkan shalat berjamaah kecuali syetan telah berhasil menggoda mereka. Maka kerjakanlah shalat berjamaah karena sesungguhnya srigala itu memangsa kambing yang sendirian.
[Hadist Sunan Abu Dawud No 547 Kitabu Shalah]

645 – حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً»
…Abdillah bin Umar meriwayatkan: sesungguhnya Rasulullah salallohu alaihi wassalam bersabda:”Shalat berjamaah (pahalanya) melebihi shalat sendiri 27 derajat.
[Hadist Shohih Bukhari no. 645]

551 – حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ أَبِي جَنَابٍ، عَنْ مَغْرَاءَ الْعَبْدِيِّ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَمِعَ الْمُنَادِيَ فَلَمْ يَمْنَعْهُ مِنَ اتِّبَاعِهِ، عُذْرٌ» ، قَالُوا: وَمَا الْعُذْرُ؟، قَالَ: «خَوْفٌ أَوْ مَرَضٌ، لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ الصَّلَاةُ الَّتِي صَلَّى» ، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: رَوَى عَنْ مَغْرَاءَ أَبُو إِسْحَاقَ
__________
[حكم الألباني] : صحيح دون جملة العذر وبلفظ ولا صلاة
… Ibnu Abas meriwayatkan Rasulullah salalluhu alaihi wasallam bersabda:”Barang siapa mendenga azan dan tidak ada uzur yang menghalanginya untuk memenuhi panggilan itu (shalat berjamaah dimasjid) maka tidak diterima shalatnya. Para sahabat bertanya :”Apakah uzur itu?” Nabi menjawab:”Rasa takut atau sakit”.
[Hadist Sunan Abu Dawud No. 551

Peluk untuk Paris


Lagi sering diberitakan di TV, tentang seorang muslim yang untuk mengungkapkan pembelaan dirinya terhadap tuduhan Islam sebagai agama teroris,  pasca kejadian penembakan di kota Paris Perancis, dia menutup matanya dengan kain dan berdiri ditengah keramaian dengan memasang pengumuman di dekat tubuhnya.. Sambil membentangkan kedua tangannya.

 "I'm a Muslim and I'm told I'm a terrorist. I trust you. Do you trust me? If yes, hug me."

Saya seorang muslim dan saya dianggap teroris. Saya percaya anda. Percayakah anda pada saya? jika iya.. Peluk saya

Lalu orang orang yang bersimpati pun memeluk dia..
Termasuk wanita.

Pemandangan yang mengharukan...

Tapi kok kayaknya ada yang ganjil deh..
Kelihatannya niatnya baik dan banyak menarik simpati, sampai mendunia beritanya..
Tapi caranya itu yang salah...
Kenapa?
Seorang muslim tidak akan berani melakukan hal ini. Memeluk wanita bukan mahromnya..

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ.

“lebih baik kepala salah seorang dari kalian Ditusuk dengan jarum besi daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”HR. Thabrani di Al-Mu'jam Al-Kabir no.486. Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan Shahih. lih. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib

Hadits ini derajatnya dikatakan oleh syaikh Al-Albani Hasan Shohih, ini berarti hadits tersebut masih bisa dijadikan landasan hukum dalam Islam. Isi hadits itu menunjukkan bahwa menyentuh perempuan yang bukan mahram (termasuk bersalaman) adalah lebih buruk dibanding ditusuk dengan besi di kepala. Gambaran ini menunjukkan betapa jeleknya perbuatan menyentuh lawan jenis yang bukan mahram.

Cara seperti ini jangan ditiru ya..


Wanita

Wanita itu seperti tulang rusuk, jika engkau keraskan maka ia akan patah, namun jika engkau biarkan maka ia akan tetap bengkok.
Wanita itu adalah mahluk yang unik. Bahkan beberapa orang mengatakan kalau “women is the greatest mystery in this world”. Tak kan pernah habis penelitian dan pembahasan mengenai wanita. Tak kan pernah cukup dan tak kan pernah usai pembicaraan mengenai wanita.
Suami sebagai nahkoda rumah tangga diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan para awak kapalnya dalam menuju keridhoanNya. Dan wanita atau istri berada dalam tanggung jawab tersebut.
Salah satu keunikan seorang wanita adalah dia tidak boleh dikeraskan. Maka itu dalam banyak sejarah para Nabi yang mulia, tidak pernah kita baca mengenai kekerasan dari diri mereka terhadap istri-istrinya, meskipun terkadang kekurang ajarannya sangatlah tidak masuk di akal, sebagaimana dicontohkan oleh istri Nabi Nuh AS dan istri Nabi Luth AS.
Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)". (QS. AT Tahrim:10)
Namun apakah kita pernah mendengar bahwa mereka pernah dikeraskan oleh para Nabi ?
InsyaAllah Satu-satunya kekerasan dalam rumah tangga keluarga para Nabi yang pernah dilakukan adalah pukulan seratus cambukan dari Nabi Ayub As kepada istrinya (itupun sifatnya mendidik dan tidak merusak/membahayakan).
Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shaad:44)
Itupun memukulnya menggunakan rumput. Seberapa sih sakitnya dipukul menggunakan seikat rumput setangan? Kalaupun yang digunakan adalah rumput gajah, tetap saya yakin tidak akan terlalu sakit.
Jangankan kepada istri mereka, kepada pembantu yang mereka milikipun, para Nabi tidak pernah memarahi, apalagi memukul. Demikian yang diungkapkan oleh Anas RA, mengenai Rasulullah Muhammad SAW.
Namun jangan sampai terlena, sebab wanita itu seperti tulang rusuk, jika tetap dibiarkan, maka ia akan tetap bengkok. Namun jangan pula dikeraskan, jika dikeraskan ia akan patah.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahriim:6) 
Semoga Allah paling manfaat barokah

Orang iman yang kikir sangat disukai iblis


Suatu ketika Nabi Yahya AS berjumpa dgn Iblis..
Nabi Yahya: "wahai iblis, katakan pdku org yg engkau senangi dan yg engkau benci.

Iblis: " Orang yg paling aku senangi adalah orang iman yg kikir / pelit.
Dan yg paling aku benci adalah orang yg fasik tapi dermawan".

Nabi Yahya : "Kenapa spt itu?"

Iblis : " sebab orang Iman yg pelit, dgn pelitnya itu akan cukup bagiku utk menyimpangkan / menjerumuskannya.
Adapun orang fasik yg dermawan, aku khawatir jika Alloh menerima ke dermawanannya sehingga Alloh mengampuni nya"..
(Ibnu Abi Dunya)

Ibnu Taimiyyah berkata :

وَالشُّحُّ مَرَضٌ وَالْبُخْلُ مَرَضٌ وَالْحَسَدُ شَرٌّ مِنَ الْبُخْلِ

Adapun pelit adalah penyakit, pelit adalah penyakit, adapun hasad (dengki) lebih jelek daripada pelit."
(Majmuu Al-Fataawa 10/128)

البخل : pelit / kikir
الشح : pelit yang disertai tamak

SELAMAT KAYA DAN SEMOGA DERMAWAN..
Amiin... Amiin... Amiin...
آمين يارب الْعَالَمِين

Tips bangun malam untuk Tahajud

Qiyamul lail, tahajud dan apapun istilahnya adalah sebuah bukti bahwasanya keinginan kita untuk selalu memohon kepada Allah SWT, pemilik hidup ini sangatlah kuat.

Tak terelakkan, kesibukan ibu rumah tangga selama sehari penuh sudah cukup padat. Mulai dari membangunkan anak-anak, memandikan mereka, memasak sarapan, mencuci hingga membacakan cerita pengantar tidur. Qiyamul lail sering luput kita dapatkan.

"Dan pada sebagian malam hari maka shalat tahajjudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’/17: 79).

Berikut adalah beberapa tips yang ada dari beberapa sumber untuk melaksanakan qiyamul lail. Tips untuk melaksanakan qiyamul lail.

1. Niat yang kuat, Bangun untuk qiyamul lail juga merupakan bukti betapa kita serius merasa sangat kecil di hadapan Nya, sehingga kebutuhan ini harus, harus dan harus di tunaikan. Mengapa, karena sepertiga malam inilah, Sang pemilik kehidupan turun dari Arsy Nya, ke langit paling rendah untuk mengabsen sendiri hamba Nya yang istiqomah

2. Tidur di awal waktu, seperti yang dilakukan nabi. Hal ini bisa dilakukan rutin dan menjadi kebiasaan keluarga yang baik. Sekaligus melatih anak- anak bangun lebih pagi juga.

Sahabat mulia Ibnu Abbas pernah bertutur: "Suatu ketika aku pernah bermalam dirumah bibiku Muimunah untuk melihat bagaimana shalatnya Rasulullah, beliau berbincang sejenak bersama istrinya, kemudian tidur".(HR. Muslim: 763)

3. Melakukan amalan sebelum tidur
Menutup pintu, bejana, mematikan api, lampu. Dari Jabir Bin Abdullah bahwasanya Rasulullah bersabda: "Matikanlah lampu-lampu diwaktu malam jika kalian hendak tidur, dan tu tuplah pintu-pintu, bejana serta makanan dan minuman kalian.(HR. Bukhari 6296 dan Muslim 2012)

Melantunkan dzikir sebelum tidur dan berbaring ke kanan, bisa sambil diajarkan ke anak-anak.

4. Tidur siang, jika ada kesempatan untuk memejamkan mata sejenak siang hari, lakukanlah. Untuk menghimpun energi saat qiyamul lail nanti.

5. Tidak makan terlalu kenyang,perut yang terlalu kenyang akan membuat hati dan tubuh malas untuk bergerak apalagi beribadah.

6. Mengajak keluarga qiyamul lail, supaya menjadi pengingat satu sama lainnya. Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam rahimahullaah bahwa ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu melakukan shalat malam dalam waktu yang cukup lama hingga di akhir malam beliau membangunkan keluarganya untuk melakukan shalat. Beliau berkata, “Shalatlah kalian! Shalatlah kalian!”

7. Konsisten, mengerjakan sesuatu yang baru kita mulai butuh perlakuan extra, termasuk ibadah. Sempatkan buat list harian, yang di tempelkan supaya kita dengan mudah mengkontrol ibadah kita. Insyaa Allah.

8. Paksakan tubuh kita utk melaksanakan nya.
Kesulitan, kepayahan kita dalam menjalankan qiyamul lail, sebagian besar datang nya dari syaitan, atau hawa nafsu manusiawi yang didekengi oleh iblis.

Sering kita seakan dibangunkan tepat waktu nya, yaitu sepertiga malam sekitar pukul 01.30 sampai sebelum pukul 04.00, lalu kita berpikir untuk memejamkan mata sekejap saja, sebelum berangkat wudhu tapi ternyata Allah berkehendak kita tertidur sampai matahari terbit. Qodarullah. Kerugian ada pada kita.

Menjaga niat

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya” itulah sebuah dalil yang sudah sering kita dengar. Salah satu makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwasanya seseorang mendapatkan pahala atau tidak atas amalan yang dikerjakannya tergantung bagaimanakah niatnya. Walaupun amalan yang dikerjakan sudah saking banyaknya hingga tak terhitung jumlahnya, jika tidak disertai niat yang murni karena Allah, maka segala yang dikerjakan itu menjadi muspro, tidak berpahala.
Di akhirat nanti, orang seperti itu hanya akan diiming-imingi balasan amalnya. Balasan yang seharusnya didapatkan hanya akan diperlihatkan padanya. Jika saja dulu saat di dunia amalannya diniati karena Allah, maka ia akan mendapat “begini... begitu... dan seperti itu...”. Namun, karena tidak niat karena Allah maka semua itu tidak jadi ia dapatkan.
Tak hanya itu, mengerjakan amalan dengan niat karena selain Allah, entah karena ingin dipuji, ingin mengambil hati calon mertua "heis", atau sekedar pencitraan, termasuk syirik khofi (syirik yang samar).
Jadi, amalan yang dikerjakan tidak mendatangkan pahala justru malah berbuah dosa. "Sungguh suatu kerugian yang besar".
Tidak mudah untuk menjaga niat apalagi dalam waktu yang panjang, pasti banyak sekali yang mempengaruhi sehingga berubah niat kita.
Misalkan awalnya mau ngaji dengan niat murni karena Allah ingin masuk surga selamat dari neraka, dalam perjalanannya bisa saja berubah niat tidak karena Allah, punya niatan lain selain Allah.
Lalu bagaimanakah cara agar kita bisa selalu menjaga niat karena Allah ?
Berikut ini langkah-langkah agar bisa menjaga niat karena Allah yang saya catat dari materi pengajian beberapa tahun silam :
1. Selalu mengingat-ingat bahwa Allah akan memberi balasan berupa surga kepada orang yang niat karena Allah dan memberi siksa neraka pada yang beramal tidak karena Allah,
2. Senang beramal sholih dengan cara sembunyi, tidak senang menampakkan amal ibadah yang dikerjakan kepada orang lain,
3. Merasa khawatir amalnya ditolak/ tidak diterima oleh Allah, sehingga menghindari hal-hal yang menyebabkan amal tidak diterima, misalnya ngundat-undat, riya’, dan lain sebagainya,
4. Tidak senang apabila amal kebaikannya dipuji orang lain, sehingga amal ibadahnya tidak diceritakan pada orang lain, (termasuk lebih baik tidak perlu update status, ataupun ngetwit habis mengerjakan suatu amalan tertentu, walaupun tidak bermaksud apa-apa tapi hal itu berpotensi untuk mengubah niat ibadah kita)
5. Meneliti niat yang ada dalam hati sebelum melaksanakan amal kebaikan,
6. Memohon pertolongan kepada Allah (berdoa) agar selalu bisa menata hati dengan karena Allah dalam setiap amalan.

Kisah Tsa'labah


Siang itu Rasululloh sedang sholat berjamaah bersama para sahabat beliau, Diantara sederetan sahabat yang makmum di belakang Rasululloh, nampak seorang tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh, Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasululloh yang tekun beribadah. Setelah Rosululloh menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu, Rasululloh menegurnya, “ Tsa’labah!,mengapa engkau tergesa-gesa pulang.
Tidakkah engakau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah tergesa-gesa keluar dari mesdjid adalah kebiasaan orang-orang munafik..” Tsa”labah. Menghentikan langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rosululloh, tetapi apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rosululloh. “ Wahai Rosullloh, kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat ini istriku di rumah belum melaksanakannya sholat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini, Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan sholat secara bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu, Wahai Rosululloh. Jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Alloh menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang banyak.
Rosululloh tersenyum mendengar penuturan Tsa”labah, lalu beliau berkata,” Tsa”labah sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada engkau bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur. Nasehat Rasululloh sedikit menghibur hati Tsa”labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan, Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rosululloh, karena Doa seorang utusan Alloh pasti didengar Alloh, itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah, hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rosulullloh, dan memohon agar beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya. Rosululloh kembali menasehati, “ Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku diriku berada ditanganNya, seandainya aku memohon kepada Alloh agar Gunung Uhud menjadi emas, Alloh pasti mengabulkannya, tetapi apa yang terjadi jika gunung uhud benar-benar menjadi emas, masdjid-masdjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk memupuk kekayaan dari gunung itu, aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya engkau akan lupa beribadah kepada Alloh.
Tsa”labah terdiam mendengar nasehat Rosululloh namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku mengerti Rosulullloh tidak mau mendo’akan karena beliau sayang kepadaku, beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya aku akan menjadi golongan orang-orang yang khufur, tetapi aku tidak seburuk itu, justru dengan kekayaan yang aku miliki aku akan membela agama ini dengan hartaku. Akhirnya Tsa’labah pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rosululloh agar mau mendo’akannya, namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian menghimpitnya, Ditemuinya Rosulullloh, ya memohon untuk yang ketiga kalinya aga Rosulullloh mau mendo’akan. Kali ini Rosululloh tidak bisa menolak keinginan Tsa’Labah, beliau menengadahkan tangan kelangit. Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”. Kemudian Rosululloh memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah, ”Peliharalah kambing ini baik-baik….pesan Rasulullloh. Tsa’Labah pulang membawa kambing pemberian Rasulullloh dengan hati yang berbunga-bunga” Dengan modal kambing serta Do’a Rasululloh aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya.
Hari-berganti hari, bulan berganti bulan Tsa’Labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang yang kaya yang terpandang, Kambingnya berjumlah ribuan, disetiap lembah dan bukit terdapat kambingnya Tsa’Labah. Pagi itu Tsa’Labah berjalan-jalan meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku harus pindah dari sini mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku. Akhirnya Tsa’Labah menemui lahan yang luas dipiggir Madinah. Disana ia membangun kandang-kandang baru yang lebih besar, Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah bagaikan air bah yang sulit di bendung, kadang-kadang yang baru dibangun itu sudah penuh sesak oleh ribuan kambing, Dengan demikian Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus dengn harta kekayaannnya, Ia yang dulu setiap Sholat lima waktu selalu berjamaah di masdjid sekarang datang kemasdjid hanya pada waktu sholat dhuhur dan ashar saja.
Kini kandang kambing yang baru dibangun Tsa’Labah di pinggin Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat, maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi, tsa’Labah sudah tidak memikirkan lagi bagai mana ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbudhunya, sehingga ia datang kemasdjid hanya satu kali dalam satu minggu pada sholat Jum’at. Dengan demikian derasnya harta yang mengalir dirumah tsa’labah kini ia lebih senang tinggal dirumah dari pada jauh-jauh datang kemesdjid, bahkan sholat jum’at pun ia sudah takdatang lagi ke masdjid. Sampai Rosulullloh bertanya” Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’Labah tidak keliahatan di masdjid…taukan kalian kemana dan bagaimana keadaannya sekarang. “Wahai Rosulullloh. Tsa’ Labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan kambing-kambingnya Tsa’Labah.” “ Benarkah.. mengapa ia tidak pernah menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.
Setelah Alloh menurunkan ayat tentang kewajipan Zakat. Rosulullloh mengutus dua orang sahabat untuk menjadi amil zakat, seluruh umat islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah Nisob zakat didatangi, tak terkecuali Ts’Labah pun menjadi giliran. Kedua utusan Rosulullloh membacakan ayat zakat dihadapat Tsa’Labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’Labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka Tsa’Labah mukanya berubah merah, ia berang. “Apa-apaan ini. Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!. Pajak!. Sejak kapan Rosulullloh menarik upeti Hah.!? Aku bisa rugi” ucap Tsa’Labah. “Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku ..!”
Kedua utusan Rosulullloh kembali menghadap Rosulullloh dan menceritakan semua perbuatan Tsa’Labah, beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sunggu celaka Tsa’Labah.. Celakalah ia..” Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang MUNAFIK. Ayat ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga ada salah seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya. Celakalah engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rosulullloh dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun Rosulullloh tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab kedurhakaanmu Allloh melarangku untuk menerima zakatmu.
Rosulullloh mengambil segenggam tanah lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “inilah perumpamaan amalanmu selama ini. sia- sia belaka. Aku telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsa’ Labah”. Tsa’Labah kembali kerumahnya, dengan penyesalan yang tanpa batas dan tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rosulullloh telah wafat, ia semkin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rosulullloh hingga beliau wafat. Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rosulullloh, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya berkata “Rasulollloh saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku dapat menerima zakatmu.!”
Demikian pula dizaman kekholifahaan umar bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat, umarpun tidak mau menerima sebagai mana Rosulullloh dan Abu bakar tidak mau menerima zakatnya, Bahkan sampai kholifah usman bin Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rosulullloh, Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.
Demikianlah kehidupan yang “hina” dan penuh dengan kemurkaan ALLOH telah menimpa seorang sahabat Rosulullloh yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke lembah kemunafikan, Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah mengingkari janji-janjinya, Ia telah melecehkan kemuliaan ALLOH dan Rosulnya sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi didalam neraka.
Nauszubillahi min dzalik..

Apakah anda sudah menghafal Al Qur'an?

»Syaikh Kholil Bustomi«

Sudah hafal dengan sendirinya Yaitu surah Al-fatihah, An-nas, Al-Falaq dan Al-ikhlas lumayan anak kecil juga bisa, mudah bukan?
ya sebnrnya memang sangatlah mudah, buktinya anak kecil saja bisa hafal surat Al-fatihah tanpa menghafal, Hal ini krena dia sering mndengar beruang-ulang surat tersebut, sama halnya dengan sebuah syair lagu jika kita mendengar berulang-ulang maka akan hafal dengan sendirinya, jadi marilah kita mulai dari sekarang untuk sering mendengar bunyi lantunan alquran supaya dengan sendirinya kita hafal yang penting adalah niat kita, Menghafal Alquran memiliki beberapa keutamaan, berikut dibawah ini adalah Dalil Keutamaan-keutamaan menghafal alqur-an :
1. Penghafal Al Quran Bersama Para Malaikat Yang Mulia Dan Taat.
“Dan perumpamaan orang yang membaca Al Quran sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah ‘Azza wa Jalla.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh” . (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata hadits ini hasan sahih).
3. Memperoleh penghormatan dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari bbrpa orang. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur’an mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al-Qur’an-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam :”Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hafal, hai Fulan?” ia menjawab: aku telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam kembali bertanya: “Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:”Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Pelajarilah Al Qur’an dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur -dan dalam dirinya terdapat hafalan Al Qur’an- adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik” (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaam 2126), dan dalam sanadnya ada ‘Atha, Maula, Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpecaya kecuali Ibnu Hibban).
4. Penghafal Al Qur’an akan memakai mahkota kehormatan.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: :”Penghafal Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Qur’an akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Qur’an kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Qur’an memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia meninalinya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi(1/533).)
5. Dapat membahagiakan kedua orang tua, sebab orang tua yang memiliki anak penghapal Al Qur’an memperoleh pahala khusus.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari Buraidah Al Aslami Radiyallahu ‘anhu, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Qur’an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Qur’an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”. Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Qur’an berkata; “saya adalah kawanmu, Al Qur’an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Qur’an. “Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil). (diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi)“ Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran.’” (Riwayat al-Hakim)
6. Akan menempati tingkatan yang tinggi di Surga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari Sisyah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dngan jumlah ayat-ayat Al Qur’an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh penghafal Al Qur’an adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.
7. Penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Ia itu ahli Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur’an dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.
8. Menjadi orang yang arif di surga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam “Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu Bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; “Para pembaca Al Qur’an itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni surga,”
9. Memperoleh penghormatan dari manusia.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam “Dari Abu Musa Al Asya’ari Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Qur’an yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Qur’an tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.”
10. Hatinya terbebas dari siksa Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam
” Dari Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam Baginda bersabda: ” bacalah Al Qur’an kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al Qur’an. Ssg ny Al Qur’an ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan brg siapa yang mencintai Al Qur’an maka hendaklah ia bergembira.”
11. Mereka (bagi kaum pria) lebih berhak menjadi Imam dalam shalat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam :
“Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam beliau brsabda; “yang menjadi imam dlm solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Qur'an

TV

Dari kurang - lebih 14 KK di sekitar rumah saya, semuanya punya TV. Tak satu pun keluarga yang hidup tanpa kotak ajaib itu. Hebat kan? Padahal semua sudah tahu, TV termasuk benda yang kontra produktif. Alat lahan (lahwun). Para penasehat malah menyebut lebih tegas lagi sebagai terminal lahan. Merujuk sebagai benda yang banyak menyajikan suguhan yang tidak bermanfaat daripada yang bermanfaat. Wasting time, useless dan mengosongkan diri dari pahala dan memubadzirkan waktu untuk cari pahala. Lebih banyak berisikan kemudhorotan dari pada kemanfaatan. Lebih pas disebut pusat tukar perlahanan. Tapi masih saja banyak yang berdalih; ”hiburan,” katanya. Okelah..., kalau berbagai alasan itu yang masih mempertimbangkan kita punya TV. Mudah – mudahan alasan berikut ini bisa menjadikan kita lebih berhati – hati dengan kotak ajaib itu (TV). Setidaknya punya sense, perhatian dan respon lain terhadap TV, terutama terkait dengan penjagaan keimanan, dimana informasi (baca TV) adalah sumber nutrisi ’makanan’ hati dan pikiran.
Dari ’Urs bin Amirah al-Kindi ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda, ”Apabila dosa dilakukan di bumi, maka siapa yang menyaksikannya dan membencinya, - didalam riwayat lain disebutkan, lalu dia mengingkarinya – adalah seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan barangsiapa yang tidak menyaksikannya, namun ia merestuinya, maka ia seperti orang yang menyaksikannya.” (Rowahu Abu Dawud)
Cobalah resapi dan baca dengan teliti hadits di atas. Pelan – pelan. Sekali lagi. Kata demi kata. Nah, setelah memahaminya, tentu kita akan berpikir ulang untuk mengunduh acara – acara TV setiap hari. Setidaknya selektif, pilih yang baik saja. Juga kita akan menghimbau (amar ma’ruf) agar keluarga kita juga, setidaknya, untuk mengurangi frekuensi nontonnya.
Selain banyak acara TV yang meracuni pikiran dan alam bawah sadar kita, kebanyakan acaranya adalah ’sampah’ buat kepribadian kita. Coba perhatikan acara infotainment dari pagi, siang, sore seperti insert, waswas, dll. Itu adalah tergolong acara ngrasani. Perhatikan sinetron – sinetronnya, itu adalah kepalsuan dan kebohongan. Pelecehan, asusila dan pembodohan. Reality shownya banyak mengumbar penghinaan, walau ada juga yang baik. Tapi sedikit. Perhatikan acara empat mata/bukan empat mata. Apa yang bikin penonton ketawa? Lawakannya atau komentar komedian Tukul yang suka merendahkan makhluk Tuhan dan berbuat di luar adat ketimuran? Kemudian perhatikan acara kriminalnya? Semakin hari modus operandi pemotongan mayat selalu bertambah dan semakin canggih. Tadinya dipotong tiga, kemudian dipotong tujuh dan selanjutnya dipotong belasan. Ada ekskalasi. Karena secara tidak sadar orang merekam kejadian tersebut. Tatkala kondisi kalut maka muncullah dalam wacana mereka untuk melakukan dengan lebih sadis lagi. Toh sudah ada contohnya.
Kata kunci dalam memahami hadits di atas adalah menyaksikan. Ketika kita melihat suatu kejadian dosa di muka bumi ini, kemudian kita tidak pasang stelan hati untuk membencinya, mengingkarinya berarti kita berada di dalamnya. Hadits ini terkait dengan kewajiban amar – ma’ruf. Padahal kita semua faham bahwa jika kita melihat kemungkaran, maka wajib hukumnya bagi kita untuk merubahnya. Pertama dengan tangan, lisan dan terakhir dengan pengingkaran. Dan jika kita kaji lebih jauh lagi, ketika kita membiarkannya, tanpa respon sedikit pun, tunggulah saatnya Allah akan meratakan siksa tersebut. Laa haula walaa quwwata illa billaah.
Dari Abu Said al-Khudri ra, ia berkata, ’Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah iman yang paling lemah.” (Rowahu Muslim)
Dari hudzaifah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda,”Demi Dzat yang jiwaku ditanganNya, sungguh mengajaklah kalian kepada yang ma’ruf dan mencegahlah dari yang mungkar, atau Allah akan segera menimpakan siksa terhadap kalian, kemudian kalian berdoa kepadaNya dan Dia tidak mengabulkannya.” (Rowahu Tirmidzi)
Lho, itu kan kejadian di belahan bumi lain? Kan kita melihatnya secara tidak langsung? Betul. Salahnya adalah kenapa kita melihatnya? Kenapa kita ’memilih’ menyaksikannya? Bukan masalah itu kejadian di negeri antah berantah. Masalahnya, kenapa kita memilih menonton TV dibanding kegiatan yang lainnya.
Jadi, kalau memang tidak bisa meninggalkan sepenuhnya, setidaknya mengurangi. Niat berpaling. Seandainya belum bisa mengurangi, cobalah mengingkari. Jangan sampai kita jatuh pada pilihan terakhir; menyenangi televisi. Ha...@#*&%! Jangan hanya bengong. Yuk kita mulai.
By Fami, Jamb

Para istri hindari kesalahan kesalahan ini terhadap suami


Sosok istri sangatlah penting dalam sebuah hubungan rumahtangga, istri haruslah menjadi seorang istri yang baik bagi suami serta ibu yang baik bagi anak-anaknya. Selain itu, istri juga memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh kepada suami selama suaminya tidak mengajak pada hal-hal yang tidak baik.
Namun di zaman modern seperti sekarang ini tampaknya hal-hal tersebut kebanyakan diabaikan oleh para istri, meskipun tidak semua seperti itu namun tidak sedikit pula para istri yang mengabaikan aturan-aturan islam dalam rumahtangga.
Oleh karena itu, Anda para istri sebaiknya menghindari kesalahan-kesalahan berikut ini agar bisa menjadi seorang istri yang baik serta di ridhai oleh Allah SWT.
TIDAK MENJAGA PENAMPILAN
Seorang istri hendaknya menjaga penampilannya ketika sedang bersama suami, ia haruslah tampil cantik dan indah agar dapat menarik perhatian suami sehingga rumahtangga akan berjalan dengan harmonis.
Namun yang terjadi saat ini adalah sebaliknya, seorang istri akan berias, berdandan dengan cantik ketika hendak keluar rumah saja atau ketika hendak bertemu dengan seseorang namun mengabaikan penampilannya saat ia sedang berada dirumah.
Sehingga jangan heran apabila suami tidak betah dirumah, oleh karena itu sebaiknya seorang istri tetap menjaga penampilannya agar tetap anggun dan cantik menawan ketika sedang bersama suaminya.
TIDAK TAAT KEPADA SUAMI
Suami adalah kepala rumahtangga, sehingga sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk selalu taat kepada suaminya. Namun yang terjadi saat ini banyak istri yang tidak taat kepada suami seperti:
Suka menolak ketika suami mengajak untuk berhubungan baik secara halus maupun secara terang-terangan.
Menjalin hubungan dengan pria lain.
Menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak perlu tanpa sepengetahuan suami.
Menyakiti suami baik secara fisik maupun perkataan.
Keluar rumah tanpa izin dari suami
Seorang istri yang sholihah tentu tidak akan membangkang kepada suaminya, sebaliknya justru ia akan selalu taat, patuh dan tunduk kepada sang suami. Karena ketaatan seorang istri pada suami akan membawanya kedalam surga.
CEMBURU BUTA
Dalam sebuah hubungan wajib ada bumbu-bumbu cemburu, namun kadarnya haruslah masih dalam batasan yang wajar. Namun apabila rasa cemburu itu muncul secara berlebihan dan tidak berdasar maka itu bisa menjadi bumerang dalam rumahtangga.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya.
Jika cemburu istri adalah cemburu buta yang tidak berdasarkan dengan bukti-bukti yang kuat, maka jangan heran jika suami merasa bosan dan tidak nyaman jika berada di dalam rumah. Dan ia akan lebih suka menghabiskan waktu diluar daripada dirumah.
MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN
Tidak benar jika seorang istri selalu mengungkit-ungkit kebaikannya kepada suami, karena Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual.” [HR. Muslim]
Itulah beberapa kesalahan yang harus dihindari oleh seorang istri, semoga bermanfaat

Kematian sebagai nasehat


Kakek, Nenek, Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Sahabat, Orang Tua yang kita sayangi telah meninggalkan kita, dan entah siapa lagi yang akan menyusul, kita semua tidak tau.
Tapi kita yakin bahwa "Setiap manusia akan merasakan mati". Ketika mati datang ia tidak bisa dimundurkan atau dimajukan walau sejenak.
Kita hanya bisa merenung, andai tiba waktunya nanti semoga kta termasuk dalam keadaan mati husnul khotimah ... Aamiin
Kematian dimanapun berada selalu membawa cerita bagi yang hidup dan yang ditinggalkannya. Tapi sebaik-baik cerita yang patut kita dengar adalah petuah “Cukuplah kematian sebagai peringatan (nasehat)”.
Kemudian nasehat apa yang dapat diambil dari kematian itu.
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, semua akan mengalaminya, Tak peduli dia kaya atau miskin. Tak peduli dia muda atau tua. Tak peduli dia jahat atau baik. Tak peduli dia cakep atau jelek. Semuanya akan mengalami kematian. Tak ada satu pun makhluk hidup yang dapat menghindari kematian. Kematian tak harus menunggu tua. Dia dapat datang kepada siapa saja makhluk yang bernyawa. Tak bisa diundur bila sudah saatnya dan tak bisa dimajukan bila belum saatnya. Karenanya jangan takut mati, tapi juga jangan minta mati, takut mati jangan hidup, berani hidup harus berani mati, takut hidup mati saja ... hehe
Persoalannya adalah sudah siapkah kita bila kematian itu datang menjemput ? Rasulullah SAW bersabda, ”Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.”
Mati datang dengan tiba tiba, tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Walaupun kematian sesuatu yang pasti, tapi tidak yang bisa memprediksi, kapan ia datang, tidak ada yang tahu, semuanya rahasia Allah SWT.
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf : 34)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha mengenal apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun : 11)
Setelah mati bukan berarti semuanya selesai, alam barzah, alam kubur merupakan alam tunggu waiting list. Kalau kematian sebagai akhir segalanya, maka setelah itu (dikubur) semua berarti berakhir, tidak ada hari kebangkitan. dalam hadisnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ”Ada tiga hal yang mengikuti kepergian jenazah, yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Dua di antaranya akan kembali, hanya satu yang tetap menyertainya, yaitu amal kebaikannya.
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut : 64).
Orang yang tahu bahwa kereta akan beragkat jam delapan, pasti akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri agar tidak ketinggalan kereta. Hanya orang memiliki tujuan jelaslah yang akan memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga setiap detiknya akan terasa efektif dan membawa kebaikan.
Tujuan kita sudah pasti ingin mencari Surga Allah dan ingin terhindar dari Neraka Allah, tinggal bagaimana pengamalan kita masing masing untuk mencapai tujuan itu.
Semoga Allah paring manfaat dan barokah dan semoga kita semua mati dalam keadaan husnul khotimah

Do'a (Rajanya) Istighfar

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَعْتَرِفُ بِذُنُوبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
ALLAAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ANAA 'ABDUKA WA ANAA 'ALAA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHA'TU, A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA'TU WA ABUU-U LAKA BINI'MATIKA 'ALAYYA WA A'TARIFU BIDZUNUUBII FAGHFIR LII DZUNUUBII, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA
Arti:
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engaku, Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hambaMu, dan berada dalam perjanjian dan janjiMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan apa yang telah aku perbuat, dan aku mengakui kenikmatanMu yang Engkau berikan kepadaku dan mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau

Keutamaan:
Tidak ada seorangpun diantara kalian yang mengucapkannya ketika sore hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang pagi hari melainkan wajib baginya Surga, dan tidaklah ia mengucapkannya ketika pagi hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang sore hari melainkan wajib baginya Surga
Sumber:
H.R. Tirmidzi 3393
حسن غريب - الألباني: صحيح

Menutup aib



مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

"Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya." (HR. Tirmidzi)

Isbal



Islam memiliki sebuah aturan dalam menjalani kehidupan, sangat tegas mengatakan hal yang salah itu salah dan yang benar adalah benar. Seperti halnya berbusana / pakaian,  dalam hadist banyak sekali dijumpai penjelasan tentang pakaian, bagaimana pakaian untuk wanita dan bagaimana pakaian untuk laki laki, berbusana sesuai syariat pun termasuk dalam kategori Ibadah.

Sehingga terdapat ancaman khusus bagi orang orang yang berpakaian yang tidak sesuai syar’i. Topik kali ini tertuju pada cara berpakaian seorang laki – laki, berpakaian seorang laki – laki tidak menyerupai pakaian perempuan, tidak meneyerupai pakaian orang musyrik dan tidak isbal. (tentunya tetap memperhatikan nilai kesopanan).

Apa itu Isbal??

Isbal adalah mengelembrehkan pakaian bawah, baik itu celana ataupun sarung atau sejenisnya, mengingat dewasa ini banyak dari saudara muslim kita yang masih belum menyadari atau mungkin sengaja terhadap hukum isbal. Mungkin hanya karena ingin keren dan tampil gaya syariat islam berani ditinggalkan, terlihat sepele namun terdapat ancaman yang berat.

Isbal hukumnya haram, bahkan dapat dikategorikan sebagai kabair (dosa besar). Celana cingkrang menjadi sebuah cerminan sebagai orang islam yang benar – benar menetapi aturan agamanya. Celana Cingkrang bukan Celana Kebanjiran, Tapi itu Perintah. Hukum ini berlandaskan pada keterangan dalam sebuah hadist :

 “Ada tiga golongan manusia pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wata’ala tidak berbicara kepada mereka, tidak memandang ke arah mereka, juga tidak menyucikan mereka. Untuk mereka azab yang pedih.” Kata-kata ini diulang sebanyak tiga kali oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sampai-sampai para sahabat bertanya, “Siapakah ketiga golongan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,

 “Orang musbil (melembrehkan pakaian bawahnya), orang yang selalu mengungkit-ungkit kebaikan, dan orang yang menjual barang dagangan dengan sumpah palsu.” (H.R. Muuslim ).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memanjangkan pakaiannya hingga ke tanah karena sombong, maka Allah SWT tidak akan melihatnya (memperdulikannya) pada hari kiamat.”(Shahih al-Bukhari,)

Pada dasarnya pakaiannya orang islam yang beriman itu setengah betis (cingkrang) adapun lebih bawah dari itu tidak apa apa selama tidak melewati mata kaki kebawah, ketika seseorang memakai pakaian yang melewati kedua mata kaki maka dihukumi isbal dan terkena ancaman seperti yang dijelaskan dari hadist diatas. Maka dari itu, mari berbenah dapat berpakaian, berpakaian sebagaimana orang iman yang telah diperintah oleh Rosulullah SAW, cingkrang itu bukan kebanjiran tapi kewajiban, cingkrang itu bukan kekurangan bahan tapi simbol keimanan, cingkrang itu bukan Bid’ah tapi Ibadah.

Kisah bijak Nabi Sulaiman ( Bayi dibelah dua )


Pada zaman Nabi Sulaiman as, ada seorang bayi yang diperebutkan oleh dua orang wanita. Keduanya sama-sama mengakui sebagai ibu dari bayi tersebut.
Singkat cerita akhirnya mereka membawa permasalahan ini kepada Nabi Sulaiman as selaku raja di negeri itu.
Setelah kedua ibu tersebut dimintai keterangan tentang siapakah pemilik bayi itu, keduanya masih tetap bersikukuh bahwa bayi itu adalah anaknya.
Kemudian Nabi Sulaiman as memutuskan dengan berpura-pura akan membelah bayi itu supaya dapat dibagi dua.
Ibu yang satu menyetujuinya keputusan Nabi Sulaiman as tersebut, sedangkan yang satunya lagi menolaknya dengan tegas.
Ibu yang menolak keputusan itu akan merelakan bayinya untuk diberikan kepada ibu yang menyetujui keputusan itu karena ia tidak tega melihat bayinya akan dibelah menjadi dua.
Pada akhirnya Nabi Sulaiman dapat mengetahui siapa sebenarnya ibu bayi tersebut hingga beliau memberikan bayi itu kepada wanita itu. Karena seorang ibu pasti tak rela anaknya dibelah menjadi dua.
Sedangkan wanita yang setuju keputusan itu dihukum karena ia telah berdusta.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ امْرَأَتَانِ مَعَهُمَا ابْنَاهُمَا جَاءَ الذِّئْبُ فَذَهَبَ بِابْنِ إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ لِصَاحِبَتِهَا إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ وَقَالَتْ الْأُخْرَى إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ فَتَحَاكَمَتَا إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَضَى بِهِ لِلْكُبْرَى فَخَرَجَتَا عَلَى سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَام فَأَخْبَرَتَاهُ فَقَالَ ائْتُونِي بِالسِّكِّينِ أَشُقُّهُ بَيْنَهُمَا فَقَالَتْ الصُّغْرَى لَا تَفْعَلْ يَرْحَمُكَ اللَّهُ هُوَ ابْنُهَا فَقَضَى بِهِ لِلصُّغْرَى
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاللَّهِ إِنْ سَمِعْتُ بِالسِّكِّينِ قَطُّ إِلَّا يَوْمَئِذٍ وَمَا كُنَّا نَقُولُ إِلَّا الْمُدْيَةَ
(BUKHARI - 6271) : Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib mengatakan; telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dahulu ada dua wanita bersama kedua anaknya. Seekor serigala datang dan memangsa salah satu dari kedua anak tersebut. Wanita pertama mengatakan; 'Serigala itu memangsa anakmu'. Wanita kedua mengatakan; 'Justeru serigala itu memangsa anakmu, bukan anakku.' Kedua wanita itu terus mengadukan perkaranya kepada Dawud 'alaihissalam, dan Dawud memutuskan bahwa bayi yang masih adalah milik wanita yang tua. Kemudian keduanya menemui Sulaiman alaihissalam dan menceritakan kisahnya. Sulaiman mengatakan; 'beri aku pisau, bayi ini akan kubelah menjadi dua, satu untukmu dan satu untukmu! ' Wanita yang muda berkata; 'jangan kau lakukan, kiranya Allah merahmatimu, bayi ini miliknya.' Maka Sulaiman memberikan bayi itu kepada wanita yang muda...."
Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa seorang pemimpin harus bisa memutuskan suatu keputusan dengan tepat, adil dan bijaksana.
Salah satu kewajiban pemimpin yaitu pemimpin berkewajiban sebagai Qodli yang menghukumi dan mendamaikan diantara rakyatnya yang bersengketa.
Adalah hal wajar bila diantara para rakyat yang dipimpin terjadi persengketaan atau perselisihan, lalu mereka datang ke pemimpin untuk minta dihukumi dan diselesaikan permasalahnya.
Sebagaimana kisah tersebut di atas yang bersengketa datang pada Nabi minta dihukumi dan di selesaikan permasalahnya.
Untuk itu seorang pemimpin dituntut untuk banyak mengaji (banyak ilmu) agar bisa mengerti, faham dan bisa memutuskan atau menghukumi suatu perkara dengan tepat, adil (tidak pilih kasih), tegas dan bijaksana.
Perintah adil untuk seorang pemimpin :
I’diluu huwa aqrabu littaqwa artinya “berbuat adillah kamu sebab adil itu lebih mendekatkan pada ketaqwaan”(Qs.Almaidah:8).
Pada dasarnya adil adalah merupakan kewajiban semua orang iman. Karena setiap insan adalah pemimpin, baik pemimpin dalam rumah tangga, Rasulullah bersabda: ……Kullukum ro’in wakullukum mas-ulun ‘an ro’yatihi …, artinya:” Setiap kamu sekalian adalah pengembala (pemimpin) dan setiap pengembala (pemimpin) akan ditanya tentang apa yang digembalanya/dipimpinnya (ra’yah)”(HR. Bukhari)
Umaro’ juga pengembala, dia akan ditanya tentang gembalaanya(ro’yah), seorang laki-laki juga pengembala dia akan ditanya tentang keluarga dan anak-anaknya, bahkan seorang budakpun juga pengembala dia akan ditanya tentang harta majikannya.
Adilnya seorang pemimpin yang baik adalah tidak pandang bulu/ tidak membeda-bedakan suku, ras, golongan dan lain-lain walupun dengan keluarganya sendiri kalau salah tetap dikatakan salah seperti yang telah dilakukan oleh rasulullah dalam sabdanya yang artinya: “ Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri niscaya aku potong tangannya” (HR Bukhari)
Semoga manfaat dan barokah

Doa agar menjadikan diri sendiri dan anak keturunan ahli sholat

Doa ini ada di QS.Ibrahim: 40

( رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ
وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء )
(إبراهيم ، 40)

"Robbij 'alnii muqiimash sholaati wa min dzurriyyatii robbanaa wa taqobbal du'aa"

Artinya :
"Ya Robbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yg tetap mendirikan sholat... Ya Robb kami, perkenankanlah doaku"
(QS. Ibrahim: 40)

Adab makan dan minum Rasulullah

Adab makan dan minum Rasululllah shalallahu alaihi wa salam
1. Membaca Bismillah - HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022
2. Makan dan minum dengan tangan kanan - HR. Muslim no. 2019
3. Memakan makanan yang terdekat - HR. Muslim no. 2022
4 Anjuran makan dari pinggir piring -HR. Abu Dawud no. 3772
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan - HR. Nasa'i no. 256 dan Ahmad no. 24353
6. Disunahkan berwudhu bila hendak makan dalam keadaan junub - HR. Bukhari no. 286 dan Muslim no. 305
7. Tidak duduk bersandar - HR. Bukhari
8. Tidak sambil tengkurap - HR. Abu Dawud dan Ibnu Majjah
9. Segera makan bila telah siap makanannya - HR. Bukhari dan Muslim
10. Makan dengan tiga jari (untuk makanan yang bisa dimakan dengan tiga jari, jempol, telunjuk dan jari tengah) - HR. muslim 2032
11. Menjilati jari dan sisa makanan - HR. Bukhari no. 5456
12. Mengambil makanan yang jatuh - HR. Muslim no. 2033 dan Ahmad 14218
13. Tidak mengambil makanan lebih dari satu tanpa izin saudaranya - HR. Bukhari 2455
14. Menyantap sesudah makanan dingin - HR. Darimi no. 2047 dn Ahmad no 26418
15. Dianjurkan makan dan minum dengan duduk - HR. Muslim no. 2024, Ahmad no. 11775 dll, namun bila tidak memungkinkan untuk duduk maka berdiripun boleh - HR. Bukhari no. 1637 dan Muslim no. 2027
16. Larangan bernafas dan meniup air minum - HR. Turmudzi no. 1888
17. Anjuran bernafas sebanyak tiga kali ketika minum - HR. Muslim 2028
18. Penyuguh itu terakhir minum - HR. Muslim 281
19. Anjuran makan sambil bicara tentang hal hal yang baik, membicarakan kisah orang orang yang sholeh - HR. Muslim no. 2052
20. Anjuran makan bersama pada satu piring - HR. Abu Dawud no. 3764
21. Makruhnya makan dalam porsi terlalu banyak atau sedikit - HR. Abu Dawud no. 3349
22. Larangan menghadiri jamuan yang menyediakan khamr - HR. Abu Dawud no. 3774



Pin : Saat waktu sholat tiba


Berpegang teguhlah kepada Al Qur'an dan Al Hadist


WAJIB DI HAYATI…!!
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku Muslim, terkadang kita disuguhi sebuah artikel dengan kata- kata yang indah seolah penuh hikmah hingga kita pun terenyuh dan tersentuh olehnya. Padahal kita tidak tahu apakah hal tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist atau bersumber dari pemikiran seseorang. Bahkan artikel atau kata-kata mutiara tersebut itu terkadang justru menjadi panutan dan pedoman hidup kita, dan kita abaikan Al-Qur’an dan Al-Hadist yang semestinya menjadi panutan dan petunjuk jalan hidup kita.

Perhatikan petunjuk berikut ini :

عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ قَالَ وَفَدْتُ مَعَ أَبِي إِلَى يَزِيدَ بْنِ مُعَاوِيَةَ بِحُوَّارَيْنَ حِينَ تُوُفِّيَ مُعَاوِيَةُ نُعَزِّيهِ وَنُهَنِّيهِ بِالْخِلَافَةِ فَإِذَا رَجُلٌ فِي مَسْجِدِهَا يَقُولُ أَلَا إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ تُرْفَعَ الْأَشْرَارُ وَتُوضَعَ الْأَخْيَارُ أَلَا إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْقَوْلُ وَيُخْزَنَ الْعَمَلُ أَلَا إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ تُتْلَى الْمَثْنَاةُ فَلَا يُوجَدُ مَنْ يُغَيِّرُهَا قِيلَ لَهُ وَمَا الْمَثْنَاةُ قَالَ مَا اسْتُكْتِبَ مِنْ كِتَابٍ غَيْرِ الْقُرْآنِ فَعَلَيْكُمْ بِالْقُرْآنِ فَبِهِ هُدِيتُمْ وَبِهِ تُجْزَوْنَ وَعَنْهُ تُسْأَلُونَ فَلَمْ أَدْرِ مَنْ الرَّجُلُ فَحَدَّثْتُ بِذَا الْحَدِيثِ بَعْدَ ذَلِكَ بِحِمْصَ فَقَالَ لِي رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَوَ مَا تَعْرِفُهُ قُلْتُ لَا قَالَ ذَلِكَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو.رواه الدرمى ٥٧٦ كتاب المقدمة

Dari ‘Amr bin Qais ia berkata: ‘Aku datang bersama ayahku menghadap Yazid bin Mu’awiyah di Huwwarain ketika Mu’awiyah meninggal dan kami melayat serta mengucapkan selamat atas (pengangkatannya menjadi) khalifah. Tiba-tiba seseorang (yang berada) di masjidnya berkata: “Ketahuilah di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya orang-orang yang berperangai buruk (menjadi pemimpin) dan mengabaikan orang-orang pilihan, ketahuilah di antara tanda-tanda hari kiamat adalah nampaknya perkataan semata dan terpendam amal perbuatan.”

Ketahuilah di antara tanda-tanda hari kiamat adalah dibacakannya Al Mutsanat dan tidak ada orang yang mengubahnya, lalu ia ditanya: ‘Apa Al Mutsanat itu? ‘ Ia menjawab: ‘Segala yang ditulis selain Al-Qur`an, maka hendaklah kalian berpegang kepada Al Qur`an. Dengannya kamu mendapat petunjuk, dengannya juga kalian diberi pahala serta kalian akan ditanya tentangnya. Aku tidak tahu siapakah orang tersebut, lalu kuceritakan perihal Al-Hadist ini di Himsh’, Kemudian ada seseorang mengatakan kepadaku: ‘Apakah kamu tidak mengenalnya? ‘, Ia menjawab: ‘Aku tidak mengenalnya’, Ia berkata: ‘Dia adalah Abdullah bin ‘Amr’

Firman Alloh:
هٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ
Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. [QS. Ali ‘Imran: Ayat 138]

Sabda Rosululloh :
تركت فيكم امرين لن تضلوا ماتمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه صلى الله عليه وسلم. رواه مالك فى موطاء
Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu kitabnya Allah (Al-Qur’an) dan sunnah nabi-Nya Allah (Al-Hadist).

#Jangan biarkan iman kita terkontaminasi dengan sesuatu di luar Al-Qur’an Dan Al-Hadist, meskipun sesuatu itu terasa lebih menyentuh dan membuat Hari kita terenyuh

Pakaian wanita


Allah 'Azza Wa Jalla Berfirman didalam Al Quran yg mulia:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (سورة النور ٣١).
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) nampak dari padanya (wajah & kedua telapak tangannya). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (Hijab/Jilbab) kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan (aurat) yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur (24) ayat 31).
وَقَلَ الأعمش عن سعيد بن جبير عن ابن عباس: وَلاَ يُبذينَ زٍينَتَھُنَّ إِلاَّ ماَظَھَرَ مِنْھَا قال : وَجْھَھَا وَكَفَيْھَا وَالخَاتَمَ * تفسير ابن كثير
Aghmash bercerita dari Said bin Jabbar dari Ibnu 'Abas: Janganlah mereka (para wanita) menampakkan perhiasan (aurat) mereka kecuali yg tampak darinya. 'Abas berkata: Wajahnya dan kedua telapak tangannya dan cincinnya. (Tafsir Ibnu Katsir).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا أنَّ أَسْمَاْ بِنْتَ أَبِي بَكرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَّقٌ فَاَعْرَضَ عَنْهَارَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيْضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلّا ھَذَا وَ ھَذَا وَ أَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَ كَفَّيْهِ، قال أبو داود هذا مرسل خالد بن دريك لم يدرك عائشة رضي الله عنها* رواه ابو داود.
Dari 'Aishah radhiyallahu 'anha, Sesungguhnya Asma' binti Abi Bakar bertemu Rasulullah SAW dan dia (Asma') memakai pakaian yg tipis, maka Rasulullah SAW berpaling darinya (memalingkan wajahnya) & beliau bersabda: "Wahai Asma', sesungguhnya wanita itu ketika sudah baligh tidak pantas (tidak boleh) terlihat darinya (auratnya) kecuali INI dan INI, dan nabi isyarat dg wajah & telapak tangannya.
Abu Dawud berkata: Hadits ini mursal krn Kholid bin Darik tidak berjumpa dg 'Aishah. *HR Abu Dawud.
(Ket: Meskipun hadits ini mursal namun muatannya (isi haditsnya) SHOHIH sesuai dg kepahaman sahabat Ibnu 'Abbas (tafsir ibnu katsir) & sesuai dg dalil2 lain yg lebih shohih bahwa wajah & kedua telapak tangan itu boleh kelihatan).

إِنَّ ابْنَ عَبّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنّ إِمْرَأَةً مِنْ خَثْعَمَ اِسْتَفَتْ عَلَى رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ والْفَضْلُ بْنُ عَبَّاسٍ رَديِفُ رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَلَتْ يَا رَسُولِ الله إْنَّ فَرِيْضَةَ اللهِ فِي الْحَجِّ عَلَى عِبَادِهِ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيْرًا لاَ يَشْتَوِي عَلَى الرَّاحِلَةٍ فَهَلْ يَقْضَيْ عَنْهُ أَنْ أَحُخَّ عَنْهُ؟ فَقَالَ لَهَا رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ فَأخَدَ الفَضْلُ بْنُ عَبَسٍ يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا وَكَانَتِ امْرَأَةً حَسْنَاءَ وَأَخَدَ رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَضْلُ فَحَوَّلَ وَجْهَهُ مِنَ الشِّقِّ الآْخضرِ* رواه النسائي واللفظ له والبخاري ومسلم
Sesungguhnya Ibnu ‘Abas memberi kabar kepada Sulaiman Bin Yasar bahwa ada seorang wanita dari daerah Khotsama minta fatwa kepada Rasulullahi SAW pada waktu haji wada’ (pada waktu itu Rasulullah SAW memboncengkan Fadhil Ibnu ‘Abaas), wahai Rasulullah sesungguhnya perintah wajib dari Allah kepada hambanya tentang haji jatuh kepada bapak saya yang telah tua renta yang tidak bisa naik kendaraan, apakah saya boleh mewakili haji bapak saya tersebut? Maka Rasulullah SAW menjawab,” YA”. Maka Fadhil bin ‘Abaas melihat wanita tersebut dan wanita itu cantik. Lalu Rasulullah SAW memalingkan wajah Fadhil bin ‘Abaas ke arah yang lain. *HR An-Nasai, Bukhori, & Muslim.
(Ket: Hadits ini menunjukkan ttg bolehnya Haji diwakili krn suatu sebab, & Hadist ini jg menunjukkan bahwa wanita yang bertanya itu tidak memakai cadar, sehingga sahabat Fadhil bin ‘Abaas bisa melihat kecantikannya. Membuktikan bhw memakai cadar hukumnya TIDAK WAJIB, misalkan wajib tentunya saat itu rasulullah sdh mewajibkannya. Adapun cadar hukumnya adalah boleh dipakai & boleh ditinggalkan, yg apabila dipakai tentu menambah pahala kebaikan krn utk lebih menjaga dari pandangan laki2 lain yg bukan mahromnya, namun bila ditinggalkan maka tdk berdosa.
Yg tidak boleh ditinggalkan adalah KEWAJIBAN MENUTUP SELURUH AURAT KECUALI WAJAH & TELAPAK TANGAN).

Syarat bisa disebut menutup Aurat apabila:
- Pakaian bersifat longgar, tidak ketat (press body) dan tidak tampak lekuk-lekuk tubuhnya.
- Kerudung/Jilbab/Hijab menjuntai menutup leher, pundak dan bagian dada sedangkan lengan baju sampai pergelangan tangan.
- Kain pakaian tidak transparan / tidak tembus pandang.

MENUTUP AURAT HUKUMNYA WAJIB, SIAPAPUN YG MENINGGALKANNYA MAKA NERAKALAH TEMPAT KEMBALINYA.
"...وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
(سورة المائدة ٤٤).
Dan Barangsiapa yg tidak (mau) mengikuti hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah 44)"

Larangan sholat di tengah jalan

Peringatan bagi kaum Muslimin untuk tidak sholat di tengah jalan atau menggunakan ruas jalan umum untuk kegiatan salat. Salat di tengah jalan adalah larangan Nabi. Sebagaimana tertulis dalam Hadist Sunan Termizi No. 346 Abwabu Sholah, Nabi Salalllohu alaihi wasallam melarang shalat di 7 tempat, yaitu:
1. Tempat sampah
2. Tempat penyembelihan hewan
3. Kuburan
4. Di tengah jalan
5. Dalam kamar mandi
6. Dalam kandang unta
7. Di atas Ka’bah
Larangan sholat di tengah jalan membuktikan Islam adalah agama toleran yang sangat menghargai hak masyarakat. Semua aktifitas peribadatan dalam Islam hendaknya tidak melanggar atau mengganggu kepentingan masyarakat umum.
346 – حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالَ: حَدَّثَنَا المُقْرِئُ قَالَ: حَدَّثَنَا [ص:178] يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ جَبِيرَةَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ الحُصَيْنِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، ” أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُصَلَّى فِي سَبْعَةِ مَوَاطِنَ: فِي المَزْبَلَةِ، وَالمَجْزَرَةِ، وَالمَقْبَرَةِ، وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ، وَفِي الحَمَّامِ، وَفِي مَعَاطِنِ الإِبِلِ، وَفَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ اللَّهِ “
… Ibni Umar meriwayatkan, sesungguhnya Rasulalloh s.a.w. melarang shalat di tujuh tempat: (1) di tempat sampah (2) tempat penyembelihan hewan (3) dan di kuburan (4) dan di tengah jalan (5) dan dalam kamar mandi (6) dan dalam kandang unta (7) dan di atas Baitulloh (Ka’bah).
[Hadist Sunan Termizi No. 346 Abwabu Sholah]
Catatan Tambahan:
Salah satu tempat yg dilarang utk dijadikan tempat sholat adalah di tengah jalan.
Jika sholat di tengah jalan saja dilarang/diharamkan oleh rasulullah, apalagi kalo sampai ada yg berani mengadakan ibadah2 lain sampai menutup jalan, mengganggu lalu lintas, mengganggu aktivitas banyak orang, & tentunya sangat bertentangan dg nilai toleransi yg sangat dijunjung tinggi oleh Islam. Maka org yg berbuat demikian itu tentunya sedang melakukan sesuatu yg HARAM/TERLARANG.
Semoga jd pencerahan utk semuanya.
prinsip islam yg sesungguhnya adalah : "Jika banyak hrs melindungi, jika sedikit harus tahu diri". Jgn sampai berbuat yg semena2 kpd siapapun.
الحمدلله، جزاكم الله خيرا

Q & A tentang hukum jual beli lelang

Q : Assalamualaikum, mas mubaligh apakah hukumnya menurut Islam jual beli melalui cara lelang? Terima kasih penjelasannya..

-------

A : Jumhur Ulama( mayoritas Ulama) membolehkan transaksi lelang, Dasarnya adalah apa yang dilakukan langsung oleh Rasulullah SAW di masa beliau hidup. Ternyata beliau juga melakukan transaksi lelang dalam kehidupannya.

Dalilnya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُهُ فَقَالَ لَكَ فِي بَيْتِكَ شَيْءٌ قَالَ بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَدَحٌ نَشْرَبُ فِيهِ الْمَاءَ قَالَ ائْتِنِي بِهِمَا قَالَ فَأَتَاهُ بِهِمَا فَأَخَذَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ مَنْ يَشْتَرِي هَذَيْنِ فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ قَالَ مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ فَأَعْطَاهُمَا الْأَنْصَارِيَّ

Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya kepadanya,”Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab,”Ada. Dua potong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.” Nabi saw berkata,”Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, ”Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab,”Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut…(HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi

Kebolehan transaksi lelang ini dikomentari oleh Ibnu Qudamah sebagai sesuatu yang sudah sampai ke level ijma` (tanpa ada yang menentang) di kalangan ulama.

Praktek yang diharamkan dalam jual beli adalah ketika penjual dan pembeli sepakat atas harga suatu barang, tiba-tiba muncul pembeli yang lain dan menohok dengan mengajukan harga tawar yang lebih tinggi.

Seandainya antara pembeli pertama dengan penjual belum sempat terjadi kesepakatan harga, maka tidak mengapa kalau ada yang menyodok dengan harga yang lebih tinggi.

Namun bila kedua belah pihak sudah mencapai kesepakatan atas harga yang ditetapkan, lalu tiba-tiba kesepakatan itu dirusak dengan masuknya penawar baru dengan harga yang lebih tinggi, maka cara itu adalah cara yang diharamkan.

Sedangkan dalam praktek lelang, kesepakatan harga belum tercapai. Masing-masing peserta lelang masih saling tawar dan belum ada keputusan. Dan saling tawar di antara calon pembeli bukan lah hal yang terlarang.

Memang ada hadits yang menyatakan larangan sistem lelang yaitu hadits :

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ نَهَى عَنْ بَيْعِ المـُزَايَدَةِ

Aku mendengar Rasulullah saw melarang jual beli lelang. (HR Al-Bazzar).

Sedangkan Ibnu Sirin, Al-Hasan Al-Basri, Al-Auza`i, Ishaq bin Rahawaih, memakruhkannya , bila yang dilelang itu bukan rampasan perang atau harta warisan. Maksudnya, kalau harta rampasan perang atau warisan itu hukumnya boleh. Sedangkan selain keduanya, hukumnya tidak boleh atau makruh.

Dasarnya adalah hadits berikut ini :

عن ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : نَهَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ أَحَدُكُمْ عَلَى بَيْعِ أَحَدٍ حَتَّى يَذَرَ إِلاَّ الْغَنَائِمَ وَالْمَوَارِيثَ

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAw melarang seseorang di antara kalian membeli sesuatu yang sedang dibeli oleh saudaranya hingga dia meninggalkannya, kecuali rampasan perang dan waris.

Sayangnya, banyak yang mengkritik bahwa kedua hadits di atas kurang kuat. Dalam hadits yang pertama terdapat perawi bernama Ibnu Luhai’ah dan dia adalah seorang rawi yang lemah (dha`if). Sedangkan hadits yang kedua, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan hadits itu dhaif.

Untuk itu, menurut jumhur ulama, kesimpulannya masalah lelang ini dibolehkan, asalkan memang benar-benar seperti yang terjadi di masa Rasulullah SAW. Artinya, lelang ini tidak bercampur dengan penipuan, atau bercampur dengan trik-trik yang memang dilarang.

Wallahu a'lam bishshawab

H. Ustad Agus Nugroho
Mubaligh Pengajian Cempaka Putih Jakarta

Beramal tanpa ilmu maka ditolak


Allah SWT telah mengqodarkan kita semua menjadi manusia, bersyukurlah karena dalam hidup yang 1 kali ini kita telah ditetapkan dalam agama yang diridhoi-Nya yaitu Agama Islam, ditandai dengan membaca Sahadat, melaksanakan Sholat 5 waktu, mengeluarkan zakat atas harta yang kita miliki, mengerjakan puasa dibulan Ramadhan, dan berhaji kebaitullah (sebut saja “Rukun Islam”).

QS 3:19….إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ

“Sesungguhnya, agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”.. QS: Ali Imron 19

Tidak berhenti sampai disitu, perjalanan kita masih panjang sampai tutup ajal masing-masing. Kita terus diperintah oleh Allah SWT untuk selalu mengamalkan Ibadah Wajib yang telah ditetapkan, juga dianjurkan oleh Rosullullah SAW untuk mengamalkan ibadah sunnah sebagai amalan andalan yang dapat meningkatkan drazat surga dan memberatkan timbangan amal kelak

Perlu diketahui bahwa sebelum mengamalkan sesuatu, kita diharuskan untuk mencari Ilmunya terlebih dahulu. Sebagai seorang Muslim kita dituntut / wajib untuk mencari ILMU untuk mencari syahnya amalan, apakah amalan yang kita ketahui atau yang belum itu benar-benar dari Rosul. Karena dengan kita mengetahui ilmunya maka Allah SWT akan menerima apa yang kita kerjakan.

ﻃَﻠَﺐُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻓَﺮِﻳْﻀَﺔٌ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ

Menuntut Ilmu Wajib atas semua orang islam.. HR Ibnu Majah

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa beramal dengan sesuatu amalan yang tidak datangnya daripada perkara atau urusanku maka  ditolak (oleh ALLAH SWT)

Khususnya bagi seseorang yang berbicara atau mengajarkan sesuatu atas dasar persangkaannya, tanpa diketahui dasar ilmu nya terlebih dahulu, maka sungguh ditolak walaupun persangkaan itu benar. Berdasarkan Sabda Rosululloh SAW :

Man Qola Fii Kitabillah Aza Wajalla biro’sihi fa ashoba, Faqod’ Akhto.. HR Abu Daud
Barangsiapa berbicara tentang Kitabullah (Al-Quran) Azza wa Jalla dengan ro’yi (pendapat-nya sendiri), walaupun benar maka sungguh-sungguh (hukumnya) tetap salah”
Disamping Amalan kita menjadi sah , juga bagi orang yang rajin mencari Ilmu terutama memperdalam ilmu agama, Allah SWT akan mengangkat derajatnya orang tersebut.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)

MARI KITA TINGKATKAN DERAJAT KITA DENGAN BANYAK MENGAJI (MENCARI ILMU)

Allahu a'lam

Allah berfirman,

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung-jawabannya" (Al-Isra : 36)

Dalam ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala mengajarkan pada kita agar tidak berbicara tentang sesuatu kecuali dengan ilmu. Apalagi jika masalah itu berkaitan dengan Dzat Allah, perbuatan Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya, ataupun perkara-perkara yang belum terjadi dan yang akan datang seperti tanda-tanda hari kiamat, hari kebangkitan, hisab, surga dan neraka, ataupun yang selainnya.

Dalam masalah-masalah tersebut, kita tidak mungkin bisa mengetahuinya dengan panca indera atau akal kita. Kita hanya mengetahui sebatas apa yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shahih sesuai dengan apa yang dipahami oleh para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

Muadz Bin Jabbal radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya oleh Rasulullah sholallahu ‘alahi wasallam tentang sesuatu yang tidak diketahui, maka beliau menjawab, "Allahu wa Rasuluhu a’lam".
Ini menunjukkan adab seorang shahabat ketika ditanya dengan sesuatu yang tidak dia ketahui, mereka mengatakan "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu"

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam sendiri pun diajarkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menjawab "Allahu a’lam" ketika ditanya tentang ruh, karena itu urusan Allah. Allah berfirman,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang urusan ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Al-Isra : 85).

Maka Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam tidak malu untuk mengatakan "tidak tahu" pada perkara-perkara yang memang Allah tidak turunkan ilmu kepadanya. Atau beliau menunda jawabannya hingga turun jawaban dari Allah Subhanahu Wata’ala.

ISTIDRAJ dalam Islam



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْم َنِ الرَّحِيْمِ

Arti Istidraj, yaitu
Suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.

Jadi, ketika Allah membiarkan kita :

✅ 1. Sengaja meninggalkan shalat.

✅ 2. Sengaja meninggalkan puasa.

✅ 3. Tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat dan membuka aurat.

✅ 4. Berat untuk bershadaqah.

✅ 5. Merasa bangga dengan apa yang dimiliki.

✅ 6. Mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah.

✅ 7. Menganggap enteng perintah- perintah Allah.

✅ 8. Merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat.

✅ 9. Tidak mau menuntut ilmu syar'I.

✅ 10. Lupa akan kematian.

Tetapi Allah tetap memberikan kita :

 1. Harta yang berlimpah.

 2. Kesenangan terus menerus.

 3. Dikagumi dan dipuja puji banyak orang.

 4. Tidak pernah diberikan sakit.

 5. Tidak pernah diberikan musibah.

 6. Hidupnya aman-aman saja.

 Hati-hati karena semuanya itu adalah ISTIDRAJ... Ini merupakan bentuk kesengajaan dan pembiaran yang dilakukan Allah pada hambaNya yang sengaja berpaling dari perintah-perintah Allah, Allah menunda segala bentuk azabNya..

Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan semakin diperbudak dunia, Allah membuatnya lupa pada kematian.

Jangan dulu merasa aman, nyaman, tentram dengan hidup kita saat ini,, seolah hidup kita penuh berkah dari Allah, lihat diri kita..

Bila semua kesenangan yang Allah titipkan tapi justru membuat kita semakin jauh dari Allah dan melupakan segala perintah-perintahNya bersiaplah utk menantikan konsekuensinya...karena janji Allah itu Maha Benar.
Wallahu a'lam bishowab...

Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).

Semoga bermanfaat dan semoga Allah ta'ala memberi hidayah kepada kita. Aamiin

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ