Antara manqul, sanad dan royi

"Janganlah kalian mengamalkan apa-apa yang engkau tidak ketahui ilmunya . . ." [Surah Bani Isroil (17) ayat 36

Antara Manqul, Sanad dan Royi

Semua ajaran Nabi Muhammad shalallohu alaihi wasallam, berupa ucapan atau amalan tidak muncul dari dalam pikiran beliau. Rasulullah s.a.w. mendapatkan ilmu Quran TIDAK dengan menelaah sendiri, membaca sendiri, atau memahami sendiri melainkan beliau berguru pada Malaikat Jibril. Metode mencari ilmu dengan cara berguru, menuqil, menduplikasi ilmu dari guru kepada murid ini disebut Manqul atau Naqli (menuqil).

Surah Al-Qiyamah ayat 16-19 menggambarkan bagaimana Rasulullah s.a.w. berguru kitab Al-Quran kepada Malaikat Jibril.

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)

”Janganlah engkau gerakkan lisanmu (mendahului Malaikat jibril) untuk membaca Al-Quran karena tergesa-gesa dengan bacaan. Sesungguhnya tanggungjawabKu (Allah) kumpulan Quran dan bacaannya. Maka ketika Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya. Kemudian sesungguhnya pada kami penjelasan Quran itu”.

[Surah Al-Qiyaamah (75) ayat 16-19]


Syarat utama belajar agama sistem manqul yaitu ada guru dan ada murid. Guru berbicara, murid mendengarkan dan memahami. Bisa pula murid yang membaca dan gurunya yang menyimak. Guru yang memberi ilmu disebut Naqil (Orang yang memangkulkan).

Manqul adalah cara mencari ilmu yang dipraktekkan oleh Rasulullah s.a.w., para Sahabat, para tabi’in, para ahli Hadist dan para Ulamausholihin. Silsilah/ urut-urutan/ mata rantai guru sambung bersambung mulai Rasulullah s.a.w. hingga saat ini disebut Sanad.

2658 – حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ المَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ»

… Nabi s.a.w. bersabda: “Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar ucapanku, memahaminya, menghafalnya lalu menyampaikannya (kepada orang lain) … al-hadist”

[Hadist Sunan Termizi No. 2658 Abwabul Ilmi]



3659 – حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَا: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ [ص:322]، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَسْمَعُونَ وَيُسْمَعُ مِنْكُمْ وَيُسْمَعُ مِمَّنْ سَمِعَ مِنْكُمْ»
__________
[حكم الألباني] : صحيح

… Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kalian mendengarkanlah, dan akan didengar dari kalian dan orang-orang yang telah mendengarkan dari kamu akan didengar”.

[Hadist Sunan Abi Dawud No. 3659 Kitabul Ilmi]


Setiap hadist yang ditulis para Muhaditsin dalam Kitab-kitab Hadist (Bukhari, Muslim dll) menyebutkan sanad / urut-urutan guru yang bersambung (mutasil) sampai Rasulullah s.a.w. Ini menunjukkan betapa pentingnya menyandarkan Ilmu Agama (Quran dan Hadist) pada sanad yang bersambung sampai pada Nabi. Satu saja dari guru-guru / perawi itu bila diketahui kurang terpercaya atau pernah berdusta maka status hadistnya menjadi dhaif / lemah.

Sahabat Abdullah bin Mubarak meriwayatkan dalam Muqodimah Hadist Shahih Muslim: “Isnad adalah bagian dari agama, apabila tidak ada isnad maka orang akan berkata sesuka hatinya”.

وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُهْزَاذَ مِنْ أَهْلِ مَرْوَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَانَ بْنَ عُثْمَانَ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ الْمُبَارَكِ، يَقُولُ: «الْإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ، وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ»



Seseorang yang membaca dan memahami ayat-ayat Al-Quran atau Hadist-hadist Sunnah Nabi tanpa bimbingan guru berarti ia mereka-reka menurut logikanya sendiri maka pemahaman yang ia perolehpun berasal dari akal/fikiran atau pendapat/royi sendiri.

Mempelajari ilmu agama dengan pendapat (royi) sendiri tanpa guru walaupun pengertiannya benar sesuai tuntunan Nabi, hukumnya adalah salah dan diancam NERAKA. Coba perhatikan peringatan Nabi berikut ini:

2952 – حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَزْمٍ، أَخُو حَزْمٍ القُطَعِيِّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الجَوْنِيُّ، عَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَالَ فِي القُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ» … الحديث

… Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa berkata dalam Al-Quran dengan pendapatnya dan benar maka sungguh sungguh ia salah”…al-hadist

[Hadist Sunan Termizi No. 2952 Abwabul Tafsir Qur’an]



حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى، هُوَ ابْنُ عَامِرٍ الثَّعْلَبِيُّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ، أَوْ بِمَا لَا يَعْلَمُ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “

… Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa mengatakan dalam Quran dengan pendapatnya atau dengan apa-apa yang mereka tidak tahu maka sebaiknya ia duduk ditempat duduknya dari api”.

[Tafsir Ibnu Katsir]

Bagaikan air sumber pegunungan yang mengalir masuk ke sungai maka TIDAK BISA TIDAK, pasti tercemar oleh polutan dan kotoran sehingga tidak bisa terjaga kebersihan dan kemurniannya. Begitu juga ilmu agama tanpa mangkul, PASTI banyak disisipi pendapat pribadi, dicampuri nilai-nilai lokal, dikotori oleh pemikiran-pemikiran jahiliyah dan akidah-akidah non-Islam yang justru berlawanan dengan ajaran Rasulullah salallohu ‘alahi wasalam. Tanpa mangkul ilmu Agama menjadi rentan dan rawan disusupi faham dan kepentingan orang-orang hasut yang ingin merusak Islam.

Dengan mangkul yang bersandar pada sanad, Islam akan terjaga kemurnian dan kesuciannya. Mangkul menjamin kemurnian agama Islam karena Islam disalurkan lewat pipa tertutup yang steril bebas dari polutan dan kotoran sehingga sampai ke rumah-rumah tetap jernih dan bersih.

Rizki (semut dan nabi Sulaiman)

RIZKI
(Semut dan Nabi Sulaiman)
Peristiwa ini terjadi pada zaman Nabi Allah Sulaiman, Nabi Allah Sulaiman melihat seekor semut merayap di atas batu; Nabi Allah Sulaiman merasa heran bagaimana semut ini bisa hidup di atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang tandus,
Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada semut : “Wahai semut apakah engkau yakin ada makanan cukup untuk kamu”.
Semut pun menjawab : “Rezeki di tangan ALLAH, aku percaya rezeki di tangan ALLAH, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus ini ada rezeki untuk ku”.
Lantas Nabi Allah Sulaiman pun bertanya: “Wahai semut, seberapa banyakkah engkau makan? Apakah yang engkau makan ? Dan berapa banyak engkau makan dalam satu bulan?”
Jawab semut: “Aku makan hanya sebutir biji gandum sebulan”. Nabi Allah Sulaiman pun bertanya lagi : “Kalau kamu makan hanya sebutir gandum sebulan tidak perlu kamu bersusah susah merayap di atas batu, apa boleh aku menolong mu”.
Nabi Allah Sulaiman pun mengambil satu bekas wadah, diaangkatlah semut itu dan dimasukkan ke dalam bekas wadah; kemudian Nabi Sulaiman mengambil sebutir gandum dimasukkan kedalam bekas wadah dan ditutuplah wadah itu.
Kemudian Nabi Sulaiman meninggalkan semut didalam bekas wadah dengan sebutir gandum selama satu bulan.
Setelah satu bulan Nabi Allah Sulaiman melihat gandum yang sebutir itu hanya dimakan setengahnya saja, lantas Nabi Allah Sulaiman marah terhadap semut dan beliau berucap : “Kamu rupanya berbohong padaku ! Bulan lalu kamu bilang hanya makan satu butir gandum sebulan, tapi ini sudah satu bulan tapi kamu hanya makan setengahnya”.
Jawab semut : “Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku akan pasti makan apa saja sehingga banyaknya sama seperti satu butir gandum selama satu bulan, kerana makanan itu aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya dari Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku. Tetapi bila engkau masukkan aku dalam bekas wadah yang tertutup, rezekiku akan tergantung pada mu dan aku nggak percaya kepada mu, sebab itulah aku makan setengahnya saja supaya cukup untuk bulan berikutnya. Aku takut kamu lupa”.
Hikmah yang bisa kita ambil dari cerita di atas, bagaimana seekor semut sangat yakin dengan rizki yang Allah berikan kepadanya, asal mau berusaha Allah pasti akan memberi rizki, sebagaimana sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Bagaimanakah kita selaku insan yang diberi anugerah akal oleh Sang Kholiq ? Teruslah berusaha, dan berdoa memohon pada Allah.
Semoga manfaat dan barokah.

Jangan menunggu

Salam etos kerja “JANGAN MENUNGGU” yg perlu dihindari:
1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan ….
5. Jangan menunggu orang memahami kamu. baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
7. Jangan menunggu projek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka projek akan menunggumu.
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya.
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!
13. Jangan menunggu waktu luang tuk membaca Alqur'an, Tapi luangkan waktu tuk membaca Alqur'an.
1. Demi Waktu
2. Sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
(Q.S Al-Asr)

4 kata istimewa yang diajarkan Rasulullah pada istrinya

Dalam dzikir Al-ma’surat terdapat sebuah doa yang berbunyi :
“Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi,
wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ 

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, sebanyak bilangan ciptaan-Nya dan keridhaan-Nya, dan sebesar bobot ‘arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya 3x )

AlHadits Asy-Syarief,
“Dari Juwairiyah (Ummul Mukminin Radhiyallahu`anha), Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallambersabda, “Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu) yakni: “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ 
(HR Muslim)

Hadits ini berisikan percakapan antara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallambersama salah satu istri beliau yaitu ibunda Juwairiyah. Diceritakan pada saat itu Rasulullah sedang bermalam di rumah ibunda Juwairiyah, kemudian saat memasuki waktu Subuh, Rasul berangkat ke masjid dan melihat ibunda Juwairiyah pun yang sudah siap duduk menunggu untuk melakukan solat subuh dikamarnya. Masuk waktu dhuha, Rasul pun kembali ke kamar beliau dan didapatinya Juwairiyah masih duduk dengan posisi yang sama seperti di subuh tadi sambil melakukan ibadah-ibadah lain seperti membaca Quran,dll. Akhirnya Rasulullah pun menegur dengan mengingatkan keistimewaan dari 4 kata di dalam doa tersebut. Pahala yang didapat dengan membaca 4 kata sebanyak 3x itu sama beratnya dengan ibadah yang dilakukan ibunda dalam beberapa menit/jam di tempat duduknya.  Setelah itu, ibunda Juwairiyah pun tidak melakukannya lagi.
Pesan Rasulullah : Rasulullah mengetahui bahwa seorang wanita/Ibu/Ummahat pastinya memiliki tugas-tugas istimewa di pagi hari yaitu menyiapkan keperluan suami untuk bekerja, menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, menyiapkan sarapan, dan berbagai aktifitas rumah sehari-hari. Maka dengan berbagai aktifitas istimewa inilah Rasul mengingatkan, bahwa dalam 4 kata doa Al-Ma’surat itu pun dibuat begitu istimewa untuk mereka dengan ganjaran pahala yang luar biasa,yaitu sama dengan ibadah-ibadah yang dilakukan ketika duduk hingga waktu dhuha. Sehingga waktu mereka bisa digunakan seoptimal mungkin untuk melakukan tugas lainnya.

Lalu apakah penjelasan dari 4 kata istimewa yang tadi sudah kita sebut?
4 kata tersebut dimulai dari kata ‘adada khalqihi karena kata Subhanallahi wa bihamdihimerupakan kata pembuka saja. 4 kata tersebut menerangkan pahala-pahala yang bisa kita dapatkat jika istiqomah membaca doa ini. InsyaAllah akan dibahas satu persatu secara ringkas.
Rincian 4 kata :
1.      ‘adada khalqihi (Sejumlah makhluk yang Allah ciptakan)
Kita tidak akan pernah mengetahui jumlah pasti dari seluruh makhluk yang telah Allah ciptakan, mulai dari terkecil seperti mikroba hingga yang besar. Namun harus selalu kita yakini bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah dan kita yakin bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan pun beribadah pada-Nya. Dan pahala yang kita dari doa ini bisa sebesar jumlah makhluk yang Allah ciptakan. MasyaAllah…

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”  (Qs. Al Isro’:44)

Allah menciptakan makhluknya menjadi 5 golongan:
Insani --- Manusia
Ruhani --- makhluk seperti malaikat, syaitan, dll (gaib)
Nabati --- tumbuh-tumbuhan
Hayawani --- semua binatang
Jamadi --- planet-planet

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. An-Nur:41)


2.      wa ridhaka nafsihi (Serela diri-Nya)
Allah akan selalu rela memberikan yang terbaik buat hamba-Nya yang senantiasa membaca kata ini.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
(Qs. Az-Zumar:53-54)

3.      wa ziinata ‘Arsyihi (Seberat Arasy-Nya)
Arasy --- ibarat singasana / pelaminan
Hendaknya manusia senantiasa patuh dan memuliakan Allah, jika diibaratkan menurut bahasa kita seperti saat kita menghormati pasangan pengantin yang berada di pelaminannya saat kita mendatangi sebuah undangan pernikahan. Maka Allah pun jauh lebih mulia dan berada di singasananya yaitu arasy.

 “(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.”  (Qs. Thoha:5 )

Ada 3 hal tentang hakikat ‘Arsy :
1.      Hanya Allah yang Maha Tahu tentang hakikatnya
2.      Hanya Allah yang Maha Tahu keberadaannya
3.      Hanya Allah yang Maha Tahu bersemayamnya  
“Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tuhan bagi 'Arsy yang mulia.”  (Qs Al Mukminun:116)
*bagi yang masih bingung tentang ‘arsy, yuk masing2 diri mencari lagi penjelasan detilnya, atau tanyakan pada guru ngajimu agar keyakinan kita pada kekuasaan Allah makin bertambah :)
4.      wa midada kalimatihi’ (Sebanyak tinta (bagi) kalimat-Nya)
MasyaAllah… berkah dan rahmat yang bisa kita dapatkan yaitu sebanyak kalimat Allah yang pastinya tak akan habis jika dituliskan.
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Qs. Al-Kahfi:109 )


Hikmah :
Pahala ketika membaca doa ini, terlebih lagi bisa istiqomah pagi petang setiap hari yaitu mendapatkan pahala yang bisa sebanyak makhluk Allah, kemudian Allah akan jauh lebih rela kepada diri kita, pahalanya pun juga bisa seberat ‘Arsy Allah, yang terakhir berkah dan rahmat Allah sebanyak kalimat Allah yang tak bisa habis jika ditulis.


Begitulah ringkasan 4 kata istimewa yang terdapat dalam salah satu doa Al-Ma’surat yang mungkin selama ini kita sudah rutinkan namun belum mengetahui rincian/ penjelasan dibalik doa tersebut yang ternyata memiliki berbagai hal yang luar biasa. Jadi, tidak ada kata “MALAS” lagi untuk merutinkan membaca dzikir doa Alma’surat. Semoga Allah senantiasa memberkahi niat dan amalan ibadah-ibadah kita. Aamiin…

Sumber www.rethie.blogspot.co.id

Doa para nabi

Bismillahirrohmanirrohim
1. Doanya Nabi Adam A.S
"Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin"
Artinya : Wahai Tuhanku , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.
2. Doanya Nabi Nuh A.S
“ Robbi inni audzubika an as alaka maa laisalli bihi ilmun wa illam tagfirli watarhamni akum minal khosirin“
(surat Hud; 47)
Artinya : wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasih niscaya aku termasuk orang – orang yang merugi
3. Doanya Nabi Ibrahim A.S
Robbana taqobal minna innaka anta sami’ul alim wa tub alaina innaka antat tawwaburrokhim “
(al baqarah; 128-129)
Artinya : Wahai Tuhan kami, terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau maha mendengar dan Mengetahui, dan termalah taubat kami, sesungguhnya Engkau penerima taubat lagi Maha Penyayang.
“ Robbi ja alni muqimas sholati wa min dzuriyyati, robbana wa taqobal doa, Robbannagh firli wa li wa li dayya wa li jamiil mukminina yauma yaqumul hisab “
(ibrahim ; 40 -41)
Artinya : Wahai Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, wahai Tuhanku perkenankanlah doaku , wahai Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab.
4. Doanya Nabi Yunnus A.S
“ Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin “
(al anbiya;87)
Artinya : Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku orang yang dholim
5. Doanya Nabi Zakariya A.S
“ Robbi latadzarni wa anta choirul warisin “
(an biya ; 89)
Artinya : Ya Allah janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau pemberi waris yang paling baik
“ Robbi habli miladunka duriyattan, thoyibatan innaka sami’ud du’a “
(ali imron;28)
Artinya : Ya Tuhan berilah aku seorang anak yang baik dari sisiMu, sesungguhnya Engkau maha pendengar Doa
6. Doanya Nabi Musa A.S
“ Robis shrohli shodri wa ya shirli amri wah lul uqdatam mil lissani yah khohu khouli “
(Thoha )
Artinya : Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, dan lancarkanlah lidahku serta mudahkanlah urusanku
“ Robbi inni dholamtu nafsi fa firlhi “
(al qhosos ; 16)
Artinya : Ya Allah aku menganiaya diri sendiri, ampunilah aku
“ Robbi Naj jini minal qumid dholimin “
Artinya : Ya Tuhan lepaskanlah aku dari kaum yang dholim
“ Robbi ini lima anzalta illayya min khoirin faqir “
(al qhosos; 24)
Artinya : Ya Tuhanku sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku
“ Robbi firli wa li akhi wa adkhilna fi rohmatika, ya arhamar rokhimin “
Artinya : Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau Maha Penyayang diantara yang menyayangi
7. Doanya Nabi Isa A.S
“ Robbana anzil alaina ma idatam minas samai taqunu lana idzal li awalina, wa akhirina, wa ayyatam minka war zukna wa anta khoiru roziqin “
( al maidah ; 114)
Artinya : Ya Tuhanku turunkanlah pada kami hidangan dari langit, yang turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang – orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah kami rejeki dan Engkaulah pemberi rejeki yang paling baik.
8. Doanya Nabi Syuaib A.S
“ Robbana taf bainana, wa baina kaumina bil haqqi , wa anta khoirul fatihin “
(Al a'raf; 89)
Artinya : Ya Tuhanku, Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik – baiknya.
9. Doanya Nabi Ayyub A.S
“ Robbi inni masyaniyad durru wa anta arhamur rohimin “
Artinya : Yaa Tuhanku, Bahwasanya aku telah ditimpa bencana, Engkaulah Tuhan yang paling penyayang diantara penyayang.
10. Doanya Nabi Sulaiman A.S
“ Robbi auzidni an askhuro ni’matakallati an amta allaya wa ala wa li dayya wa an a’mala sholikhan tardhohu wa ad khilni birrohmatika fi ibadikas sholikhin “
(an naml; 19)
Artinya : Ya Tuhan kami berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri nikmatmu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua ibu bapakku dan mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridloi, dan masukkanlah aku dengan rahmatMu kedalam golongan hamba-hambMu yang Sholeh.
11. Doanya Nabi Luth A.S
“ Robbi naj jini wa ahli mimma ya’malun “
Artinya : Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari perbuatan yang mereka kerjakan
“ Robbin surni alal kaumil mufsidin “
(asy syu'araa ; 169)
Artinya : Ya Tuhanku tolonglah aku dari kaum yang berbuat kerusakan
12. Doanya Nabi Yusuf A.S
“ Fatiros samawati wal ardli anta fiddunya wal akhiro tawwaffani musliman wa al hiqni bissholihin “
(yusuf ; 101)
Artinya : Wahai pencipta langit dan bumi Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat wafatkanlah aku dalam keadaan pasrah (islam), dan masukkanlah aku dengan orang – orang sholeh.
13. Doanya Nabi Muhammad SAW
“ Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar “ (hadist)
Artinya : Ya Tuhanku berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah aku dari api neraka
“ Robbana latuzig qullubana ba’daidz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab”
(Ali Imron; 8 )
Artinya : Ya Tuhanku janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang banyak pemberiannya.
SEMOGA BERMANFAAT DAN BAROKAH
Dan bisa kita jadikan amalan sehari-hari
Jazakallahu Khoiro telah meluangkan waktu untuk membaca.

Kenapa rumah sakit di Mekkah sepi


Di Makkah Rumah Sakit pada sepi, beda dengan di Indonesia, Memang beda dan tidak sama, yang membedakan adalah Aqidah dan Syariatnya.

Inilah rahasia mengapa di Makkah rumah sakit sangat sepi, jarang sekali pasien yang datang
Ada seorang dokter membuka klinik di Tanah Suci (Makkah Mukarramah). Selama 6 bulan berpraktek, tidak ada seorang pasien pun yang datang untuk berobat. Hingga beliau merasa heran, apakah orang-orang di sini tidak pernah sakit?

Akhirnya beliau dapati jawabannya, dari salah seorang muslim di sana:

Bila kami sakit,
ikhtiar pertama yg kami lakukan ialah
solat dua rakaat, dan memohon kesehatan kpd Allah. Insyaa Allah sembuh dengan izin dan kasih sayangNya.
Kalau belum sembuh,

Ikhtiar ke-dua.
Yaitu baca Al Fatihah / surat-surat lain, tiupkan pada air dan minum. Dan alhamdulillaah kami akan sehat. Inilah Ruqyah untuk diri sendiri.
Tapi kalau belum sehat juga,
Kami lakukan ikhtiar yg ke-tiga.

Ikhtiar ke-tiga
Yaitu bersedekah, dengan niat mendapatkan pahala kebaikan, dan dijadikan jalan penyembuh sakit kami. Insyaa Allah akan sembuh.
Kalau tidak sembuh juga, kami akan tempuh ikhtiar yg ke-empat.

Ikhtiar ke-empat
Yaitu banyak-banyak istighfar, untuk bertaubat. Sebab, Nabi Sholallahu 'alaihi wasallam beritahu kami, bahwa sakit adalah salah satu sebab diampuninya dosa2.
Kalau belum sembuh juga, baru kami lakukan ikhtiar yg ke-lima.

Ikhtiar ke-lima
Yaitu minum madu dan habbatussauda '.

Ikhtiar yang ke-enam
Yaitu dengan mengambil makanan herba, seperti bawang putih, buah tin, zaitun, kurma, dan lain-lain, seperti disebut dalam Al-Quran.
Dan, Alhamdulillah. Laa hawlaa wa laa quwwataa illaa billaah.

Jika belum sembuh, baru kami ikhtiar ke-tujuh yaitu pergi ke dokter muslim yang soleh.
Insyaa Allah akan diberi kesembuhan dari Allah Azza wa Jalla Aamiin ..

Semoga bermanfaat..

Segenggam cinta untuk anak

_Inilah saatnya anak-anak belajar pergi, belajar meninggalkan kita, dan kita belajar sepi..._

_Tapi ini hanyalah perpisahan sementara..._

_Sampai pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka…_

_Entah kapan…_

_Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini…_

_Kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta…_

_Orangtua dan anak hanya berjumpa nanti di hadapan Mahkamah Allah Ta’ala…_
_Ada yang saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan…_

_Ada anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka dan tak mau menerima dirinya tercampakkan, sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama…_

_Adakah itu termasuk kita?_

_Alangkah besar kerugian di hari itu…_
_Jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta’ala…_

_Inilah hari ketika kita tak dapat dibela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri…_

_Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat?_

_Dan dunia ini adalah ladangnya mengumpulkan amal untuk bekal akhirat…_

_Kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati…_

_Anak-anak berpisah dengan kita untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala…_

_Tingkatan amal kita dan anak-anak boleh jadi tak sebanding…_
_Entah mana yang lebih tinggi…_
_Allah Ta’ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi…_

*Allah Ta’ala berfirman :*

*”والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين“*

_*“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”*_
*(QS. Ath-Thur 52:21)*

_Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini?_
_Saling susul kepada yang amalnya lebih tinggi…_
_Termasuk kitakah?_
_Adakah kita benar-benar mencintai anak kita?_

_Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit…_
_Kita tangisi mereka saat terluka…_
_Tapi adakah kita juga khawatir akan nasib mereka di akhirat…?_
_Tengoklah sejenak anakmu…_
_Tataplah wajahnya…_
_Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya?_

_Sebagaimana diantara kita mengkhawatirkan nasib mereka di dunia…_
_Adakah kita juga khawatir akan nasib mereka di akhirat…_
_Sebagaimana diantara kita mengkhawatirkan nasib kita “nanti” nya…_
_Kita sibuk menyiapkan masa depan mereka…_
_Bila perlu sampai letih badan kita…_
_Tapi disamping untuk diri kita sendiri…, adakah kita berlaku sama untuk “masa depan” mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?_

_Ingatlah sejenak, ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya…_
 _Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta’ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?_

_Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali…_

_Adakah ketika itu kita saling susul ke dalam surga?_
_Ataukah saling bertikai?_

_“Maka, mari cintai anak-anak kita untuk selamanya!”_
_“Dengan mencintai mereka karena Allah Azza wa Jalla…”_

_Bukan hanya untuk hidupnya di dunia…_
_Cintai mereka sepenuh hati…_
_Untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap, kecuali pertolongan Allah Ta’ala…_

_Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia saja, lebih dari itu dapat berkumpul bersama kelak di surga…_

_Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat…_

 _Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang…_

_Masa yang tak bertepi…_

*Dari tulisan :*
* _"Segenggam Cinta Untuk Anak"_*

Adab berdoa, hati hati penggunaan kata semoga dan mudah mudahan

Beberapa Kesalahan Umum dalam Berdoa

MOTIVASI BERDOA
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Seperti sudah dimaklumi, doa termasuk bagian penting dari Syariat Islam. Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman untuk berdoa kepada-Nya. Dalam Al Qur’an disebutkan:
Wa qaala rabbukum: ud’uniy astajib lakum, innalladzina yastakbiruna ‘an ibadatiy sayad-khuluna jahannama dakhirin.”
(Dan Rabbmu berkata: Berdoalah kalian kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doa kalian; sedangkan orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah –berdoa- kepada-Ku, mereka akan masuk ke jahannam dalam keadaan hina). [Al Mu’min: 60].
Allah memotivasi hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dengan menjelaskan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya. Dalam Al Qur’an disebutkan:
Wa idza sa-alaka ‘ibadiy ‘anniy fa inniy qariib, ujibu dakwatad da’i idza da’ani.”
(Dan jika hamba-Ku bertanya tentang-Ku, katakanlah bahwa Aku ini dekat, aku mengabulkan doa seorang pendoa apabila dia berdoa kepada-Ku). [Al Baqarah: 186].
Bahkan posisi doa ini sangat penting dalam kehidupan orang beriman, sehingga apabila dia berhadapan dengan masalah-masalah, Allah Ta’ala memberinya jalan keluar berupa doa. Dalam riwayat, Nabi Shallallah ‘Alaihi Wasallam berpesan kepada Ibnu AbbasRadhiyallahu ‘Anhuma: “Ya ghulam… idza sa-alta fas-alillah, wa idzas-ta’anta fas-ta’in billah” (wahai bocah, jika engkau meminta mintalah kepada Allah; jika engkau butuh bantuan, mintalah bantuan kepada Allah). [HR. At Tirmidzi, dia berkata: hasan shahih].
Jika selama ini kaum Muslimin banyak berdoa kepada Allah, alhamdulillah; jika kurang berdoa, tambahlah; jika malas berdoa, berusahalah untuk tekun. Karena pada hakikatnya, berdoa adalah amal shalih, semakin banyak kita berdoa, semakin banyak pula pahalanya. NabiShallallah ‘Alaihi Wasallam berkata: “Ad dua’u huwal ibadah” (doa itu adalah ibadah). [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dll].
Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, dengan suatu doa yang di dalamnya tidak ada dosa atau memutus shilaturahim, melainkan Allah akan memberikan satu di antara tiga kemungkinan: Bisa jadi disegerakan diijabah doanya, atau ditangguhnya sebagai tabungan pahala untuk Hari Akhirat, atau dia dihindarkan dari keburukan setara dengan apa yang dia minta.” (HR. Ahmad).
Begitu menariknya perkara doa ini sehingga Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: “Wahai siapa yang paling dicintai dari hamba-Nya, yaitu orang yang banyak berdoa kepada-Nya; wahai siapa yang paling dibenci dari hamba-Nya, yaitu orang yang tidak berdoa kepada-Nya.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim).
PRAKTIK BERDOA
Untuk berdoa, banyak jalannya. Kita boleh memilih salah satu cara, mengkombinasikan dua cara atau beberapa cara; bahkan mengamalkan semuanya, sekuat kesanggupan kita. Berdoalah sesuai kelapangan, kesempatan, dan kebutuhan.  Berikut cara-cara berdoa:
[1]. Membaca doa yang termasuk bagian dari ritual ibadah. Misalnya, berdoa saat Shalat, saat Thawaf, saat Manasik Umrah/Haji.
[2]. Berdoa setelah mengerjakan Shalat Wajib atau Sunnah.
[3]. Berdoa setelah membaca Al Qur’an atau melafadzkan kalimat-kalimat dzikir. Misalnya, berdoa setelah mengucapkan “astaghfirullah al ‘azhiim” seratus kali, dua ratus kali, atau berapa saja semampunya.
[4]. Berdoa setiap akan mengerjakan sesuatu, sesuai adab Sunnah. Misalnya berdoa saat mau makan, mau tidur, mau keluar rumah, mau memakai pakaian, mau masuk kamar mandi, mau masuk masjid, dan sebagainya.
[5]. Berdoa dengan doa Al Qur’an atau doa hadits Nabi, dalam momen-momen tertentu. Misalnya, berdoa saat hujan turun, saat mendengar kilat menggelegar, saat menyaksikan musibah, saat menjenguk orang sakit, saat bersin, saat berhadapan dengan musuh, saat menjelang peperangan, dll.
[6]. Berdoa dalam Khutbah (Jum’at), dalam majelis taklim, dalam walimah, dalam even-even pertemuan kaum Muslimin.
[7]. Berdoa dengan membaca Shalawat Nabi. Shalawat Nabi termasuk doa yang ditujukan agar Allah melimpahkan sejahtera, sentosa, salam, damai, untuk Baginda Nabi Shallallah ‘Alaihi Wasallam. Setiap Muslim membaca Shalawat, maka kebaikan bacaan itu akan memantul ke arah dirinya juga.
[8]. Berdoa melalui ucapan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh”. Ini ucapan doa juga, ditujukan hanya untuk sesama Muslim.
[9]. Mendoakan sesama Muslim, secara verbal, atau dalam hati. Misalnya seseorang berkata: “Semoga Allah memudahkanmu. Semoga Allah menyembuhkanmu. Semoga Allah memberikan jalan keluar bagimu.”
[10]. Berdoa secara tertulis, lewat surat, pesan SMS, e-mail, dan sebagainya.
[11]. Berdoa dalam buku-buku, tulisan artikel, postingan pesan FB, Twitter, dan lain-lain. Misalnya, dalam sebuah tulisan seseorang berkata: “Semoga kasus ini segera mendapat jalan keluar dari Allah. Amin.”
[12]. Berdoa dalam ucapan sehari-hari. Misalnya, “Ya Allah, ampuni aku. Ya Allah, tolonglah kami. Ya Allah, kami pasrah kepada-Mu.”
[13]. Dan lain-lain.
KESALAHAN UMUM
Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika kaum Muslimin berdoa. Kesalahan-kesalahan ini kadang sudah mentradisi, sehingga agak sulit diubah. Kesalahan-kesalahan ini perlu diperbaiki, agar kita mendapatkan kebaikan seluas-luasnya dari doa yang kita ucapkan.
[1]. Berdoa tanpa dimulai dengan bacaan Tahmid  dan Shalawat. Tahmid adalah bacaan memuji Allah, seperti “Alhamdulillah”; Shalawat adalah mendoakan Rasulullah, seperti “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”. Tahmid dan Shalawat ini harus selalu dibaca saat kita berdoa.  Kecuali, untuk doa-doa pendek, doa aktivitas sehari-hari, atau ritual ibadah yang mengharuskan bacaan Tahmid dan Shalawat.
[2]. Berdoa terlalu panjang, sehingga bertele-tele. Misalnya, ada orang berdoa: “Ya Allah, di hari ini kami berkumpul di majelis yang mulia ini. Kami merasa sangat bahagia karena bisa berjumpa saudara-saudara seiman seperjuangan. Betapa banyak kenangan indah dalam perjalanan kami selama ini. Tak terasa, kami telah melalui masa pasang-surut perjuangan selama 15 tahun lebih. Ya Allah, lihatlah dada-dada kami bergemuruh karena suka-cita dan harapan. Ya Allah ke depan kami akan menghadapi tantangan…dan seterusnya.” Doa semacam ini mestinya dibuang ke tong sampah; karena yang bersangkutan tampak bermain-main dengan doanya dan berlagak “menggurui” Allah Ta’ala.
Mestinya kita berdoa yang ringkas-ringkas, seperti: “Ya Allah lindungilah kami dalam urusan ini. Ya Allah anugerahkan rizki kepada kami. Ya Allah sehatkan jiwa kami, segarkan badan kami, cerdaskan otak kami. Ya Allah tambahkan iman, ilmu, dan bashirah kepada kami. Ya Allah sabarkan kami atas musibah, tambahkan kami pahala atas kesabaran, gantikan kami karunia yang lebih baik. Ya Allah tolonglah kami atas musuh-musuh kami; tolonglah kami atas orang-orang kafir.”
Jadi doa itu mesti to the point, jangan bertele-tele. Sebab doa yang dicontohkan dalam Al Qur’an maupun Sunnah juga seperti itu; tidak bertele-tele. Boleh banyak-banyak berdoa, banyak permintaan, banyak harapan. Tetapi redaksinya jangan bertele-tele.
[3]. Berdoa dengan kalimat yang terlalu khusus. Misalnya seseorang berdoa: “Ya Allah, hari ini kami akan mengerjakan proyek jalan raya. Nilai proyeknya 1,2 miliar. Pimpinan proyek Pak Subandi, kontraktor CV. Gemilang Abadi. Rencananya ya Allah, proyek ini berjalan 3 bulan. Ya Allah tolonglah pekerjaan kami ini. Tolonglah jangan turunkan hujan dulu, biar proyek kami sukses. Tolonglah para kuli bangunan dan mandor, agar mereka jujur-jujur, tidak maling, tidak sakit melulu. Ya Allah berikan kami profit yang banyak dari proyek ini. Ya setidaknya 40 persen kami dapat untung. Amin ya Rabbal ‘alamiin.”
Doa seperti di atas terlalu memaksakan. Semestinya doa itu bersifat umum saja. Tidak dibuat sedemikian khusus (detail). Sebab seseorang berdoa itu karena dia memiliki rasa tawakkal (pasrah) kepada Allah. Kalau dia tawakkal, sementara isi doanya terkesan memaksakan; hal itu jelas bertolak-belakang dengan esensi doa itu sendiri. Cukuplah kita berdoa, misalnya: “Ya Allah kami telah berusaha sekuat tenaga dalam usaha ini. Tidak ada yang sanggup menolong kami, selain Engkau. Ya Allah, tolonglah usaha kami ini, mudahkan urusan kami, berikan hasil yang baik kepada kami, lancarkan usaha ini, berikan jalan keluar atas masalah-masalah yang ada, hindarkan kami dari fitnah, musibah, dan kekacauan.” Dengan doa demikian, kita tidak memaksakan kehendak kepada Allah; tetapi memasrahkan kepada-Nya untuk memberikan hasil terbaik.
[4]. Berdoa yang disertai kata “semoga Allah” atau “mudah-mudahan”. Misalnya, seseorang memimpin doa di tengah kumpulan kaum Muslimin. Saat berdoa, dia berkata: “Kami bersimpuh kepada Allah, menyadari kehinaan diri dan keagungan-Nya. Kami memohon kesehatan, keselamatan, rizki barakah, serta keluarga sakinah. Semoga Allah mengabulkan doa kami ini.”
Kesalahan doa dengan kata “semoga” ini ialah: dia jelas-jelas sedang berdoa di hadapan Allah, tetapi masih memakai kata yang memiliki jenis “orang ketiga” yaitu “semoga”. Mestinya tidak perlu lagi memakai kata semoga, tetapi langsung: “Ya Allah, terimalah doa kami, ya Allah kabulkanlah doa kami, ya Allah perkenankan doa kami.”  Doa semoga itu dibaca/ditulis dalam suasana pasif, bukan aktif. Misalnya, setelah seseorang berceramah panjang, lalu dia berkata: “Semoga Allah merahmati kita semua, memberikan kemudahan, dan hidayah-Nya.” Doa demikian bisa diterima, karena posisi Allah Ta’ala disana sebagai “pihak ketiga” (selain pembicara dan hadirin). Tapi kalau kita sedang berdoa kepada Allah langsung, jangan memakai kata “semoga”.
Lebih parah lagi yang memakai kata “mudah-mudahan Allah menerima”. Ini lebih parah. Karena kata “mudah-mudahan” itu mengandung ketidak-pastian. Misalnya saat berdoa seseorang berkata: “Kami telah bersusah-payah berusaha ya Allah, kami telah kerahkan segala kemampuan yang ada. Harapan kami, usaha ini berhasil baik. Mudah-mudahan Allah menerima doa kita semua.” Doa demikian harus dibuang, lalu diganti doa yang tegas dan penuh harapan: “Ya Allah, kami telah berusaha sekuat tenaga, sepenuh kemampuan, maka berikanlah kami kesuksesan. Berilah kami rizki terbaik. Jadikanlah usaha ini benar-benar berkah. Ya Allah, terimalah doa kami.”
[5]. Berdoa yang lebih mementingkan keindahan syair dan puisi, daripada isi doa yang bermanfaat. Ada kalanya sebagian orang berdoa: “Ya Allah, tulang-belulang kami sudah rapuh, air mata kami telah kering, anak-anak kami telah musnah, dunia telah gelap gulita, tiada cercah cahaya penerang. Lilin-lilin penerang telah padam. Ya Allah berikan dari sisi-Mu akan karunia indah yang mengobati dahaga manusia-manusia haus, mengenyangkan perut manusia-manusia lapar,  memadamkan amarah jiwa-jiwa nan resah, memperat tali kasih manusia-manusia yang terputus dalam pertikaian.” Doa demikian bisa diganti sebagai berikut: “Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia, berilah kami kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa api neraka.” Sudah cukup. Tidak perlu bersajak, berpantun, besyair yang membuat doa itu sendiri menyimpang dari maksud semula.
[6]. Berdoa yang mengandung permusuhan dan persengketaan antar sesama Muslim. Doa demikian harus dijauhi, karena apabila ada perselisihan antar sesama Muslim, yang lebih baik adalah mendamaikan; bukan malah memperburuk pertikaian. Misalnya ada yang berdoa: “Ya Allah hancurkan kelompok si fulan, robohkan yayasan si fulan, cerai-beraikan lembaga si fulan. Mereka itu telah menyelisihi kami, sehingga mereka menyelisihi Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu selalu tidak taat kepada program dan agenda kami, padahal yang kami lakukan ini sudah diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu selalu mencela kami dan kawan-kawan kami, ustadz-ustadz kami; padahal demi Allah, kami ini semata-mata fi sabilillah. Tidak terbetik hawa nafsu sedikit pun dalam urusan kami.” Doa demikian, selain memintakan kecelakaan bagi sesama Muslim, juga mengandung kesombongan.
Jika ada masalah pada kelompok tertentu, solusinya bukan didoakan agar mereka dihancurkan. Mula-mula, jika masalah itu bersifat prinsip (akidah), kita boleh mendoakan agar kelompok itu diberikan hidayah dan taubat oleh Allah. Jika masalahnya, mereka tidak mengetahui ilmu yang benar; kita bisa mendoakan agar mereka diberikan ilmu dan pencerahan. Jika masalahnya ijtihadiyah, boleh berbeda di dalamnya; kita bisa mendoakan, agar hubungan di antara kita selalu rukun-damai, meskipun berbeda pendapat. Kecuali jika kelompok tersebut sudah zhalim, melampaui batas, banyak membuat kerusakan lahir bathin; maka kita bisa mendoakan agar Allah memadamkan kezhalimannya.
Demikian risalah sederhana ini disampaikan. Semoga ada guna dan manfaatnya. Rabbighrili wa li walidaiya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira. Wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

Saat sakaratul maut penyesalan muncul

Alkisah ada seorang sahabat Nabi bernama Sya’ban RA.
Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan
sahabat2 yg lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf di pojok depan masjid.
Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah SAW, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tsb termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah SAW mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya kepada jemaah yg hadir apakah ada yg melihat Sya’ban RA.
Namun tak seorangpun jamaah yg melihat Sya’ban RA. Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yg ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Selesai sholat subuh, Nabi bertanya apa ada yg mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab.
Nabi bertanya lagi apa ada yg mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dg Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumahnya.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Nabi dan rombongan sebelum sampai ke rumah yg dimaksud.
Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira2 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut Nabi mengucapkan salam.
Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tsb.
“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Nabi bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tsb.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yg tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?”
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“Beliau telah meninggal tadi pagi..."
InnaliLahi wainna ilaihirojiun… Maa sya Allah, satu2nya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul
“ Ya Rasul ada sesuatu yg jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dg masing2 teriakan disertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya."
“Apa saja kalimat yg diucapkannya?” tanya Rasul.
Di masing2 teriakannya dia berucap kalimat:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
“ Aduuuh kenapa tidak yg baru……. “
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Nabi pun melantukan ayat yg terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 :
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“
Saat Sya’ban dlm keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yg sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yg lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk sholat
berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yg dekat.
Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yg diperolehnya dari langkah2 nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban , mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yg didapatkan lebih banyak dan sorga yg didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban sengaja memakai pakaian yg bagus (baru) di dalam dan yg jelek (butut) di luar.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yg kena hanyalah baju yg luar. Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dg baju yg lebih bagus.
Dalam perjalanan ke masjid dia menemukan seseorang yg terbaring kedinginan dalam kondisi mengenaskan.
Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yg paling luar dan dipakaikan kepada orang tsb dan memapahnya utk bersama2 ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari
mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban pun kemudian melihat indahnya sorga yg sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tsb.
Kemudian dia berteriak lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru...“
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban.
Jika dg baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yg begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yg lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yg baru.
Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dg roti yg dimakan dg cara mencelupkan dulu ke segelas susu.
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yg meminta diberi sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tsb. Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama2 roti itu yg sebelumnya dicelupkan susu, dg porsi yg sama.
Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dg surga yg indah.
Demi melihat itu diapun berteriak
lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Sya’ban kembali menyesal .
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yg lebih indah.
Masyaallah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal.
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yg meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat dimundurkan.
Sering sekali kita mendengar ungkapan hadits berikut:
“Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam.”
“Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam.”
“Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya.”
Namun lihatlah... masjid tetap saja lengang.
Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah.
Mengapa demikian?
Karena apa yg dijanjikan Allah itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal.
Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah tidak pernah meleset.
Allah akan membuka hijab itu pada saatnya.
Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan.
Sya’ban RA telah menginspirasi kita
bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah tsb.
Dia ternyata tetap menyesal sebagaimana halnya kitapun juga akan menyesal.
Namun penyesalannya bukanlah karena tdk menjalankan perintah Allah SWT.
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dgn optimal.
Sudahkah kita semua di group ini berhitung siap menghadapi apa yg akan pasti kita hadapi semua...sakratul maut...atau sibuk masih sibuk dg urusan dunia kita yg pasti kita tinggalkan...ituu ???
Semoga Alloh paring pada kita(JM)selalu diberikan bisa mengoptimalkan Amalan2 IBADAH dan kebaikan² disetiap kesempatan.Aamiin.
Semoga Bermanfaat dan barokah