Keutamaan Qiyamul Lail


Qiyamul-Lail (Sholat Tahajud) merupakan ibadah sholat sunnah yang memiliki banyak
keutamaan dan keistimewaan
sebagaimana diterangkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah (Al-Hadits):
1. Qiyamul-Lail merupakan sholat sunnah yang paling utama setelah sholat wajib yang 5 waktu.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﺳﺌﻞ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺃﻱ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻓﻀﻞ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ؟ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲﺟﻮﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ
-Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya: “Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang lima waktu) ?” beliau menjawab: “Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah shalat di tengah malam (sholattahajjud)-
(Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Muslim).
2. Barangsiapa menunaikan
Qiyamul-Lail, berarti ia telah
mena'ati perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﺘَﻬَﺠَّﺪْ ﺑِﻪِ ﻧَﺎﻓِﻠَﺔً ﻟَﻚَ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻌَﺜَﻚَ ﺭَﺑُّﻚَ ﻣَﻘَﺎﻣًﺎ ﻣَﺤْﻤُﻮﺩًﺍ
-Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan (Pasti) Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji-
(Al- Isro’ 79).
3. Melaksanakan Qiyamul Lail itu adalah kebiasaan orang-orang sholih dan calon penghuni Surga.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﻭَﻋُﻴُﻮﻥٍ , ﺁﺧِﺬِﻳﻦَ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫُﻢْ ﺭَﺑُّﻬُﻢْ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﺒْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻣُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ ,ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻠِﻴﻼً ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻣَﺎ ﻳَﻬْﺠَﻌُﻮﻥَ * ﻭَﺑِﺎﻟْﺄَﺳْﺤَﺎﺭِ ﻫُﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﻥَ
-Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)-
(QS. Adz Dzariyat: 15-18).
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺼَﻠِّﻲْ ﻣِﻦَ
-Sebaik-baik orang adalah
Abdullah (yakni Abdullah bin
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma) seandainya ia mau sholat di waktu malam-
(HR. Muslim No. 2478 dan 2479).
Dan diriwayatkan dari Abdullah
bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menasihatiku dengan sabdanya:
ﻳﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺗﻜﻦ ﻣﺜﻞ ﻓﻼﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺘﺮﻙ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ
-Wahai Abdullah, janganlah
engkau menjadi seperti si fulan, ia dahulu mengerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya-
(HR. Imam al-Bukhari III/31, dan
Muslim II/185).
4. Mengerjakan Qiyamul Lail adalah salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan terhindar dari dosa-dosa.
Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺩَﺃْﺏُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِـﺤِﻴْﻦَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ ﻭَﻫُﻮَ ﻗُﺮْﺑَﺔٌ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻜْﻔَﺮَﺓٌ ﻟِﻠﺴَّﻴِّﺌَﺎﺕِ ﻭَﻣَﻨْﻬَﺎﺓٌ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺈِﺛْﻢِ .
-Hendaklah kalian melakukan
sholat malam karena ia adalah
kebiasaan orang-orang sholih
sebelum kalian, ia sebagai amal
taqorrub bagi kalian kepada Allah, menjauhkan dosa, dan penghapus kesalahan-
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3549, al-Hakim I/308, dan al-Baihaqi II/502, dari jalan Shahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallaahu anhu).
5. Mengerjakan Qiyamul Lail merupakan kemuliaan dan kewibawaan bagi seorang Mukmin.
Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
ﺃَﺗَﺎﻧِـﻲْ ﺟِﺒْـﺮِﻳْﻞُ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﻣُـﺤَﻤَّﺪُ، ﻋِﺶْ ﻣَﺎ ﺷِﺌْﺖَ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻣَﻴِّﺖٌ، ﻭَﺃَﺣْﺒِﺐْ ﻣَﺎ ﺷِﺌْﺖَ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻣُﻔَﺎﺭِﻗُﻪُ، ﻭَﺍﻋْﻤَﻞْ ﻣَﺎ ﺷِﺌْﺖَ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻣَﺠْﺰِﻱٌّ ﺑِﻪِ ،ﻭَﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ ﺷَﺮَﻑَ ﺍﻟْـﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻗِﻴَﺎﻣُﻪُ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻭَﻋِﺰُّﻩُ ﺍﺳْﺘِﻐْﻨَﺎﺅُﻩُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ .
-Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata: “Hai Muhammad,
hiduplah sekehendakmu karena
kamu (pasti) akan mati. Cintailah seseorang sekehendakmu karena
kamu (pasti) akan berpisah
dengannya. Dan beramallah
sekehendakmu karena kamu
(pasti) akan diberi balasan (oleh
Allah pd hari Kiamat). Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang Mukmin itu ada pada sholat malamnya, dan ia tidak merasa butuh kepada manusia-
(Diriwayatkan oleh al- Hakim IV/325, dan ia menshohihkannya, serta disepakati oleh imam adz-Dzahabi. Derajat Hadits ini dinyatakan HASAN oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib I/640, dan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 831).
6. Barangsiapa yang mengerjakan Qiyamul Lail dengan niat ikhlas karena Allah semata dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka ia akan terpelihara dari gangguan setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadaan segar dan bersih
jiwanya. Namun sebaliknya,
barangsiapa yang meninggalkan
Qiyamul Lail, Maka dia akan bangun di pagi hari dalam keaadan jiwanya dililit kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal sholih.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiallahu
anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻳَﻌْﻘِﺪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺎﻓِﻴَﺔِ ﺭَﺃْﺱِ ﺃَﺣَﺪِﻛُﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﻫُﻮَ ﻧَﺎﻡَ ﺛَﻠَﺎﺙَ ﻋُﻘَﺪٍ ﻳَﻀْﺮِﺏُ ﻛُﻞَّ ﻋُﻘْﺪَﺓٍ : ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻟَﻴْﻞٌ ﻃَﻮِﻳﻞٌ ﻓَﺎﺭْﻗُﺪْ . ﻓَﺈِﻥْ ﺍﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻧْﺤَﻠَّﺖْ ﻋُﻘْﺪَﺓٌ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻮَﺿَّﺄَ ﺍﻧْﺤَﻠَّﺖْ ﻋُﻘْﺪَﺓٌ ﻓَﺈِﻥْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻧْﺤَﻠَّﺖْ ﻋُﻘْﺪَﺓٌ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺢَ ﻧَﺸِﻴﻄًﺎ ﻃَﻴِّﺐَ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﺃَﺻْﺒَﺢَ ﺧَﺒِﻴﺚَ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻛَﺴْﻠَﺎﻥَ
-Setan mengikat tengkuk kepala
seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai malam yang sangat panjang, maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah, maka lepaslah satu tali ikatan. Lalu jika dia berwudhu, maka lepaslah tali ikatan yang lainnya. Dan jika dia mendirikan sholat (malam), maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat & baik jiwanya. Namun bila dia tak melakukan hal itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek & menjadi malas beraktifitas-
(HR. Imam Al-Bukhari no.1142, & Muslim no.776).
Dan pada suatu hari pernah
diceritakan kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tentang seseorang yang tidur semalam suntuk hingga pagi (yakni tiba waktu Subuh tanpa melakukan Qiyamul Lail), maka beliau bersabda:
ﺫﺍﻙ ﺭﺟﻞ ﺑﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻓﻲ ﺃﺫﻧﻴﻪ
-Orang tersebut telah dikencingi
setan di kedua telinganya-
(HR. Imam al-Bukhari dan Muslim).
7. Barangsiapa yang mengerjakan Qiyamul Lail, maka ia berkesempatan mendapatkan 1/3 (sepertiga) malam terakhir yang merupakan waktu dimana doa akan dikabulkan, dan dosa-dosa akan diampuni Allah Ta’ala bila ia memohon ampunan kepada-Nya.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini: Dari Jabir bin Abdillah dia berkata:
Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻟَﺴَﺎﻋَﺔً ﻟَﺎ ﻳُﻮَﺍﻓِﻘُﻬَﺎ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻛُﻞَّ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ
-Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala dari urusan dunia maupun akhirat, melainkan Allah akan memberikannya kepadanya. Demikian itu terjadi pada setiap malam-
(HR. Muslim no. 757)
Di dalam hadits shohih yg lain
disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (yg artinya):
-Rabb kita (Allah tabaroka
wata’ala) turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. Barangsiapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya. Dan barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkannya-
(HR. Imam al-Bukhari).
8. Orang yang mengerjakan
Qiyamul Lail secara continue
(istiqomah) akan digolongkan ke
dalam golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah. Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
ﻣَﻦْ ﺍﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺃَﻳْﻘَﻆَ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗَﻪُ ﻓَﺼَﻠَّﻴَﺎ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻛُﺘِﺒَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺬَّﺍﻛِﺮِﻳﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻭَﺍﻟﺬَّﺍﻛِﺮَﺍﺕِ
-Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya, kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam golongan para lelaki dan para wanita yang banyak berdzikir (mengingat) kepada Allah-
(HR. Abu Daud no.1309, Ibnu Majah no.1335, dan dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani di dalam Misykaatu al- Mashoobiih: I/390).
Demikian beberapa keutamaan
Qiyamul-Lail. Semoga Allah Ta’ala memberikan kelonggaran dan kemudahan kepada kita semua agar bersemangat dalam
mengerjakannya dengan istiqomah hingga akhir hayat.

آمين....
الحمدلله، جزا كم الله خيرا

Peringatan untuk ahli ilmu


Selain kita diwajibkan untuk menuntut ilmu, kita juga dituntut untuk memahamkan diri kita dengan ilmu tersebut dan kemudian mengamalkannya.
عَنْ مُعَاوِيَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ ٱللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ يَاأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّمَا ٱلْعِلْمُ بٱِلتَّعَلُّمِ وَٱلْفِقْهُ بِٱلتَّفَقُّهِ وَمَنْ يُرِدِ ٱللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي ٱلدِّينِ وَإِنَّمَا يَخْسَى ٱللهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَاءُ رواه الطبراني
Dari Mu'awiyah berkata : "Aku mendengar Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa Sallam bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya (untuk mendapatkan) ilmu adalah dengan belajar, dan (untuk mendapatkan) kepahaman adalah dengan berusaha untuk paham. Dan barangsiapa yang Alloh menghendaki baik kepadanya, maka Alloh akan menjadikannya paham dalam masalah agama. Dan sesungguhnya yang bisa takut kepada Alloh, dari (semua golongan) hamba-Nya adalah para ulama' !" (HR Thobroni)
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
سورة البقرة 44
Mengapa engkau perintahkan manusia (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal engkau membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS Al Baqoroh 44)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ
سورة الصف 2-3
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang kalian (sendiri) tidak kerjakan ? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan (QS As Shof 2-3)
عَنْ اَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الزَّابَانِيَةُ اِلَى فَسِقَةِ حَمَلَةِ الْقُرْاٰنِ اَسْرَعُ مِنْهُمْ اِلَى عَبَدَةِ اْلاَوْثَانِ فَيَقُوْلُوْنَ يُبْدَأُ بِنَا قَبْلَ عَبَدَةِ اْلاَوْثَانِ فَيُقَالُ لَهُمْ لَيْسَ مَنْ يَعْلَمُ كَمَنْ لاَ يَعْلَمُ
رواه الطبرانى
"Dari Anas berkata : bersabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa Sallam : "Malaikat Zabaniyah lebih cepat (lebih dahulu menyeret ke neraka) bagi orang fasiq dari kalangan pembawa Quran daripada penyembah berhala, maka para pembawa Quran berkata : Mengapa kami lebih dahulu (disiksa) daripada para penyembah berhala ?. Maka dikatakan bagi mereka : Tidaklah sama antara orang yang tahu (berilmu) dan orang yang tidak tahu (tidak berilmu)" (HR At Thobroni)
Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Uban

Sangat wajar jika seseorang menginjak usia senja, muncul pada kepala, wajah atau jenggotnya rambut putih, alias uban. Itulah fase kehidupan yang akan dilewati oleh setiap insan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)
Uban Tidak Boleh Dicabut
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَشِيبُ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’in hadits ini shahih)
Dan hukuman bagi orang yang mencabut ubannya adalah kehilangan cahaya pada hari kiamat nanti.
Dari Fudholah bin ‘Ubaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَانَتْ نُورًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ رَجُلٌ عِنْدَ ذَلِكَ فَإِنَّ رِجَالًا يَنْتِفُونَ الشَّيْبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَنْتِفْ نُورَهُ
“Barangsiapa memiliki uban di jalan Allah walaupun hanya sehelai, maka uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” Kemudian ada seseorang yang berkata ketika disebutkan hal ini: “Orang-orang pada mencabut ubannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Siapa saja yang ingin, silakan dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat).” (HR. At Thabrani, hadits ini hasan).

Perbanyak istigfar

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.
Hal ini terdapat pada firman Allah,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1)
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu. kemenangan yang nyata, supaya Alloh memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)
Dari Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْها, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ
عَبْدًا شَكُورًا ».
“Rosulullah SAW terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rosululloh, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR. Muslim no. 7304)
Inilah kekhususan Nabi SAW yang seorang pun tidak ada yang menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shohihpun yang menceritakan tentang balasan amalan kepada selain belia SAW yang menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni.
Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau SAW dalam segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang setelah beliau. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah pemimpin seluruh manusia di dunia dan akhirat.
Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau SAW adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rosulullah SAW terlihat paling banyak beristigfar.
Rasulullah SAW bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Alloh. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Beliau SAW juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Alloh karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Jadi lihatlah kehidupan Nabi SAW yang setiap waktunya selalu diisi dengan istighfar bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan tersebut. Sebagaimana beliau SAW selalu mengakhiri amalan-amalan sholihnya seperti shalat, haji, shalat malam dengan istigfar, beliau juga mengakhiri hidupnya dengan istigfar.
Jika Nabi SAW saja yang sudah dijamin akan diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang, masih banyak memohon ampun kepada Allah, bagaimana dengan kita yang tidak ada jaminan ampunan dari Allah?
Sungguh, kita sebenarnya yang lebih pantas untuk bertaubat dan memperbannyak istighfar setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah bosan-bosannya kita lakukan.
Rosululloh Allah bersabda, Allah berfirman,
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim no. 6737).
Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Kisah batu yang membawa lari baju nabi Musa

Kisah Batu yang Membawa Lari Baju Musa

Pengantar

Orang-orang bodoh dari Bani Israil menuduh Musa memiliki penyakit bawaan yang dia sembunyikan di tubuhnya. Penyebab tuduhan ini adalah bahwa Musa menyembunyikan aurat dan tubuhnya dari orang lain karena besarnya rasa malu yang ada pada dirinya. Mereka telah berburuk sangka kepada Nabi mereka. Dan manakala Allah menginginkan para nabi dan rasul-Nya adalah orang-orang paling sempurna dan terbaik, serta Dia berkehendak membongkar setiap kebatilan yang dituduhkan kepada mereka sehingga bisa menghalangi orang-orang untuk mengikuti mereka, maka Allah menjadikan batu itu terbang membawa baju Musa yang diletakkan di atasnya ketika dia sedang mandi. Maka Bani Israil melihat Musa telanjang tanpa cacat, dan mereka mengetahui kedustaan para pendusta padanya.
Teks Hadis

Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Musa adalah seorang laki-laki yang pemalu dan menutup diri. Kulitnya tidak terlihat sedikit pun karena rasa malunya. Di kalangan Bani Israil terdapat orang-orang yang menyakitinya. Mereka berkata, ‘Musa tidak tertutup seperti itu kecuali karena cacat yang ada di kulitnya, bisa penyakit sopak, bisa karena kedua buah pelirnya besar atau penyakit lainnya.’

Dan sesungguhnya Allah berkehendak untuk membebaskan Musa dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Suatu hari Musa menyendiri. Dia melepas pakaiannya dan meletakkannya di atas sebuah batu, lalu dia mandi. Selesai mandi Musa menghampiri bajunya untuk mengambilnya dan memakainya, tetapi batu itu berlari membawa baju Musa. Maka Musa mengambil tongkatnya. Orang-orang melihat Musa telanjang dalam bentuk ciptaan Allah yang baik. Allah membebaskan Musa dari tuduhan yang mereka katakan. Batu itu berhenti, maka Musa mengambil bajunya dan memakainya. Musa mulai memukul batu itu dengan tongkatnya. Demi Allah, pukulan tongkat Musa itu meninggalkan bekas di batu itu sebanyak tiga atau empat atau lima; dan itulah firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang yang menyakiti Musa. Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakana. Dan dia adalah seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 69).”

Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Bani Israil mandi dengan telanjang, sebagian melihat kepada yang lain. Sementara Musa mandi sendiri. Mereka berkata, ‘Musa tidak mau mandi kepada kita kecuali karena dia itu memiliki buah pelir yang besar.’ Suatu hari Musa mandi dan dia meletakkan bajunya di atas batu. Tapi kemudian batu itu berlari membawa bajunya. Musa memburunya sambil berkata, ‘Bajuku wahai batu.’ Bani Israil pun melihat Musa. Mereka berkata, ‘Demi Allah, Musa tidak apa-apa.’ Lalu Musa mengambil bajunya dan memukuli batu itu.'” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, pukulan Musa membekas di batu itu enam atau tujuh kali pukulan.”

Dalam riwayat ketiga dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Musa adalah seorang laki-laki pemalu. Itulah firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang yang menyakiti Musa. Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakana. Dan dia adalah seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 69).

Takhrij Hadis

Hadis ini terdapat di dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, 6/436, no. 3404. Riwayat kedua oleh Bukhari dalam Kitabul Ghusli, bab orang mandi telanjang, 1/385, no. 278.

Riwayat ketiga terdapat dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Tafsir, bab “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa.” (Al-Ahzab: 69), 8/534.

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dalam Kitabul Fadhail, 4/1841, bab keutamaan-keutamaan Musa; juga dalam Kitabul Haid, bab boleh mandi telanjang sendirian, 1/267, no. 339.

Penjelasan Hadis

Musa sangat pemalu, dan malu adalah akhlak yang mulia. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam lebih malu daripada perawan di tendanya, dan beliau memuji rasa malu dalam sabdanya, “Rasa malu itu semuanya baik.”

Di kalangan Bani Israil orang laki-laki dibolehkan mandi telanjang, sebagian melihat kepada sebagian yang lain. Tetapi Musa hanya mandi sendirian, karena rasa malunya yang besar. Dia tidak mau menampakkan kulit tubuhnya dan auratnya.

Orang-orang bodoh lalu menebar gosip. Tidak ada yang selamat dari gosip orang-orang seperti ini, bahkan para nabi dan rasul sekalipun. Kata mereka –secara dusta lagi palsu- bahwa sebab tertutupnya Musa dari mereka adalah adanya cacat di tubuhnya yang disembunyikannya, bisa jadi kedua buah pelirnya yang besar atau penyakit kulit(sopak) yang menurut orang-orang menjijikkan atau cacat lain yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.

Jelas, tuduhan dusta ini menyakitkan Musa dan Allah tidak rela hal itu terjadi pada Rasul-Nya. Gosip busuk seperti itu bisa mengurangi kepercayaan pada orang yang diangkat oleh Allah sebagai rasul. Seorang rasul di mata manusia haruslah tampil sebagai contoh sempurna tak ada yang menodainya. Tidak pada bentuk ciptaannya dan tidak pula pada perilakunya.

Allah berkehendak membebaskan Musa dari tuduhan dusta yang dialamatkan kepadanya oleh orang-orang pendusta dan bodoh. Suatu hari Musa pergi mandi sendiri seperti biasanya. Musa meletakkan bajunya di atas batu. Ketika Musa selesai mandi, dan hendak mengambil bajunya, batu itu terbang membawa bajunya. Padahal batu itu tidak memiliki kemampuan untuk bergerak, apalagi terbang. Batu adalah benda mati tetapi Allah membuatnya bisa terbang dengan cara yang tidak kita ketahui demi hikmah yang diinginkan-Nya, yaitu membaskan Musa dari gosip buruk yang ditujukan kepadanya.

Kejadian tiba-tiba ini mengjuktkan Musa, maka dia berlari mengejar batu sambil memanggilnya, “Bajuku, wahai batu. Bajuku wahai batu.” Baju itu membawa pergi pakaian Musa, sebuah pemandangan yang unik. Musa seorang Nabi yang mulia, seorang pemalu yang terhormat berlari dengan telanjang mengejar batu yang membawa bajunya. Hingga ketika baju itu sampai di permukaan Bani Israil, mereka melihat Musa yang sehat dan sempurna, tanpa cacat. Luruhlah kebohongan yang dihembuskan oleh orang-orang bodoh. Batu itu berhenti. Musa mengambil pakaiannya dan memakainya. Musa mengambil tongkatnya. Dia memukuli batu itu seperti orang yang sedang kesal dan marah terhadap seseorang yang durhaka, lalim lagi Bengal.

Musa menyadari bahwa yang dipukulinya adalah batu, tetapi ia telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh batu. Maka, Musa melakukan kepadanya perbuatan yang tidak dilakukan kepada batu. Musa memukulnya dengan pukulan orang yang mendidik. Yang unik adalah, tongkat Musa yang terbuat dari kayu itu bisa berbekas di batu yang keras. Terdapat bekas-bekas pukulan tongkat Musa di batu tersebut sebanyak pukulan yang diberikan oleh Musa. Biasanya tongkat kalah dengan batu, karena batu lebh keras dari kayu. Dan yang sering terjadi adalah tongkat akan patah jika anda memukulkanny ke batu. Akan tetapi, tongkat Musa bukan sembarang tongkat, ia Diberi banyak kelebihan, salah satunya yaitu bisa meninggalkan bekas di batu sebanyak enam atau tujuh bekas pukulan.

Allah telah mengisyaratkan kejadiannya dalam kitab-Nya dengan firman-Nya, “”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang yang menyakiti Musa. Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakana. Dan dia adalah seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (Al-Ahzab: 69).

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
Kaum laki-laki Bani Israil boleh mandi telanjang. Hal ini termasuk yang dinasakh(dihapus) dalam syariat Muhammad, tapi haram bagi kita.
Besarnya rasa malu Musa. Di antara rasa malunya adalah dia menutupi auratnya dan jasadnya dari manusia, walaupun syariatnya tidak melarang hal tersebut.
Para nabi dan rasul tidak lepas dari gangguan orang-orang bodoh, terlebih orang-orang shalih, sehingga dibutuhkan kesabaran untuk menghadapinya.
Allah membebaskan Musa dari tuduhan orang-orang bodoh dengan cara yang menyakitkan Musa, namun cara ini mujarab. Syubhat pun lenyap. Dan Allah pemilik hikmah yang mendalam dan keputusan yang tidak tertolak.
Terdapat dua ayat Allah pada makhluk-Nya dalam hadis ini: batu berlari membawa baju Musa (padahal tidak lazim batu berlari atau terbang) dan bekas yang ditinggalkan oleh tongkat Musa di batu itu ketika Musa memukulnya (padahal tongkat yang meninggalkan bekas di batu bukanlah sesuatu yang lazim/ biasa).
Para nabi adalah orang-orang yang sempurna ciptaan dan akhlaknya, karena Allah memilih orang-orang terbaik dan terpilih untuk memikul risalah-Nya dan menunaikan amanah-Nya.
Orang-orang terhormat dan pintar dalam kondisi terkejut bisa melakukan sesuatu, di mana mereka melupakan kehormatan dan kepintarannya, seperti Musa yang berlari di belakang batu dengan telanjang dan memukul batu untuk mendidiknya.
Syariat Taurat tidak layak untuk dijadikan sebagai pedoman dalam setiap masa. Sebagian darinya ada yang layak untuk masa itu. Di antaranya adalah diperbolehkannya membuka aurat pada waktu mandi. Hal ini tidak layak di masa sekarang, sehingga Allah men-nasakh (menghapus)nya.
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 116-120.

Uwais al-Qarni


Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Puasa sunah

Puasa adalah amalan yang sangat utama.
Di antara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits berikut,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).
Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan puasa wajib.
Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta dari Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, “Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari no. 2506).
Puasa sunnah yang bisa diamalkan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Puasa Senin Kamis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)
Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah
Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja. Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)
Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2345. Hasan).
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, “Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan)
Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
Puasa di Awal Dzulhijah
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih).
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya …” (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih).
Puasa ‘Arofah
Puasa ‘Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arofah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162). Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa ‘Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.” (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih).
Puasa ‘Asyura
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Keutamaan puasa ‘Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah di atas. Puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa ‘Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa ‘Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134).
Puasa Daud
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)
Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah
Pertama:
Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154).
Kedua:
Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas.
Ketiga: Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)
Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Cinta


Betapa Dasyatnya Fitnah Cinta sehingga orang yang sedang dilanda cinta lazimnya akan terfokus untuk mendapatkan yang dicintainya sekalipun hal itu menjadikannya lalai dari Sang Pencipta.
Cinta sanggup membuat tuan menjadi pelayan, dan penguasa menjadi budak.
Cinta Zulayka kepada pemuda tampan Yusuf, yang mendorongnya mampu menerobos sifat malu dan ketertutupan wanita. Cinta yang menggelora dalam dada Zulayka membuatnya berani merayu dan memaksa Yusuf bercinta dengannya.
Begitu dalam cinta Zulayka pada Yusuf sehingga ia tidak rela jika sang kekasih dijatuhi hukuman berat. Menurut para ahli tafsir Al Qur’an, Zulayka lebih menekankan pada kata “ dipenjarakan” daripada kata “azab yang pedih”.
Mengapa Zulayka lebih memilih Yusuf dipenjara ?
Al Aziz suami Zulayka adalah raja yang terkenal kejam. Bukan perkara sulit baginya untuk membunuh Yusuf jika Zulayka memintanya. Namun ternyata Zulayka lebih memilih memenjarakan Yusuf agar ia dapat tetap melihatnya. Secara kasat mata, mungkin permintaan Zulayka untuk memenjarakan Yusuf merupakan suatu bentuk hukuman. Tapi sesungguhnya itu adalah cara Zulayka melindungi sang kekasih.
Pernahkah kita mendengar cerita tentang seorang suami bernama Ibrahim (Nabi Ibrahim عَلَيْهِ الَسَّلَام) yang terpaksa meninggalkan istri dan anak laki-lakinya yang baru saja lahir di sebuah gurun gersang ?
Sang istri bukan kepalang terkejut, saat sang suami hendak meninggalkan diri dan bayinya.
Sehingga bertanyalah sang istri, “ Wahai Ibrahim, hendak kemanakah engkau pergi dan meninggalkan kami berdua disebuah lembah tak berpenghuni dan tak ada apa-apanya ini? “ Ibrahim terus berjalan tanpa menoleh, hingga sang istri bertanya lagi, “ Apakah Allah yang memerintahkanmu ? “ Ibrahim menjawab, “ Benar”. Mendengar jawaban suaminya yakinlah ia bahwa Allah tak akan menyia-nyiakannya.
Keteguhan Hajar istri Ibrahim saat mendengar jawaban suaminya adalah bukti taat pada Allah dan suami. Sedangkan sikap acuh yang ditunjukkan Ibrahim bukan pertanda ia tidak peduli.
Melainkan adalah bukti ketinggian cinta pada Allah SWT dan kelembutan hati.
Inilah Hakikat CINTA SEJATI, Mendahulukan Cintanya Pada Sang Pencipta.
Semoga kita memenukan CINTA SEJATI kita sebagaimana Nabi Ibrahim عَلَيْهِ الَسَّلَام..

Sabar ketika sakit


Sabar menghadapi sakit menahan lidahnya agar tidak mengeluh dan berprasangka buruk kepada Allah.
Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.
Perhatikan riwayat berikut ini.
Dari Anas bin Malik, dia berkata."Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Sesungguhnya Allah berfirman.'Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga" (HR. Bukhari 7/151).
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?"
Di dalam hadits Abu Daud :
عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ : عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ : اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ
"Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". (HR. Abu Daud No. 3092).
Sabar ketika sakit tidak berkeluh kesah dan selalu berprasangka baik kepada Allah adalah thabiat orang Iman.

Dari surga terendah sampai firdaus

"Dari Surga Terendah Sampai Firdaus"
Penghuni Surga Yang Terakhir memiliki Sepuluh Kali Dunia "Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia" ... sepuluh kali dunia itu adalah Surga yang tingkatannya paling rendah.... bagaimana dengan Surga Firdaus?
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي َلأَ عْلَمُ آخِرَ
أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ
رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا
مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا
فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا
مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ
الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا
قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ
لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى
بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ
مَنْزِلَة
Penghuni surga terakhir, Dari `Abdullâh bin Mas’ûd ·radhiallahu ‘anhu·, dia berkata, "Rasulullâh ·shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya dan seorang penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh'. Allah Subhanahu wa Ta’ala· berkata kepadanya, 'Pergilah, masuklah ke dalam surga!’Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati surga telah penuh.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala· berkata lagi kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga!' 'Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam· bersabda, Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olok aku (atau Engkau menertawakan aku), padahal Engkau adalah Raja?’Abdullâh bin Mas’ûd radhiallahu ‘anhu· berkata, Aku melihat Rasulullâh shallallahu‘alaihi wa sallam· tertawa sampai nampak gigi gerahamnya.’ Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya." (H.R. Muslim).
Sementara tingginya surga diterangkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (kedudukan) yang Allah menyediakannya buat para mujahid di jalan Allah dimana jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Untuk itu bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah tengahnya surga dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa di atas firdaus itu adalah singgasananya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga.” (HR. Al-Bukhari no. 2581)
Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنْ الْأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya penghuni surga benar-benar melihat penghuni kamar-kamar di atas mereka seperti kalian melihat bintang terang lewat dari ufuk timur atau barat karena perbedaan keutamaan diantara mereka.” Mereka bertanya: Itu tempat-tempat para nabi yang tidak dicapai oleh selain mereka? Beliau menjawab: “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul.” (HR. Al-Bukhari no. 3016 dan Muslim no. 5059)
Adapun sifat penghuni surga yang memasukinya, maka dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ صُورَتُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَا يَبْصُقُونَ فِيهَا وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ آنِيَتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ أَمْشَاطُهُمْ مِنْ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَمَجَامِرُهُمْ الْأَلُوَّةُ وَرَشْحُهُمْ الْمِسْكُ وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنْ الْحُسْنِ لَا اخْتِلَافَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا
“Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bentuk bulan saat purnama, mereka tidak akan pernah beringus, tidak meludah dan tidak pula membuang air besar (tinja). Alat perabot mereka di dalam surga terbuat dari emas, sisir-sisir mereka terbuat dari emas dan perak, alat penghangatan mereka terbuat dari kayu cendana, keringat mereka seharum minyak misik. Setiap orang dari mereka memiliki dua istri (bidadari) yang sumsum tulangnya dapat kelihatan dari betis-betis mereka dari balik daging karena teramat sangat cantiknya. Tidak ada perselisihan (pertengkaran) di sana dan tidak ada pula saling benci. Hati mereka bagaikan hati yang satu yang senantiasa bertasbih pagi dan petang.” (HR. Al-Bukhari no. 3006 dan Muslim no. 5062)

Mendidik dan meramut anak


"MENDIDIK DAN MERAMUT ANAK"
Pada dasarnya semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sebagaimana hadits dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Sallallahu alaihi wa sallamَ bersabda : “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga) ?”(HR. Muwaththa No. 507).
Untuk itu kewajiban orang tualah untuk meramut dan mendidik anak anaknya agar menjadi anak anak yang sholih dan sholihah.
Orang tua tidak boleh mendiamkan, membiarkan kemungkaran, kemaksiatan yang dilakukan anak anaknya. Dan kalau kita membiarkan, tidak mau tau, mbuh raweruh terhadap anak dan keluarganya itu yang dinamakan Dayyus.
Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما dan sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “Tiga kelompok yang Allah mengharamkan atas mereka surga : Orang yang kecanduan khamer (arak atau narkoba), anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan Ad-Dayyuts, yaitu orang yang menyetujui adanya kemungkaran/kemaksiatan dalam keluarganya.” (HR. Imam Ahmad 2/69)
Anak juga bisa sebagai cobaan terhadap diri kita, di dalam riwayat Imam Ahmad bahwa Abu Abu Buraidah berkata, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah berkhutbah kemudian datang kedua cucunya Hasan dan Husein....Keduanya berjalan dan terjatuh....Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ turun dari mimbar, menggendong keduanya dan meletakkannya dihadapannya lalu bersabda : Benarlah Allah dan Rasul Nya....Sesungguhnya harta dan anak kamu itu merupakan cobaan....Aku telah melihat dua anak yang berjalan dan terjatuh ini dan aku tidak sabar sehingga aku menghentikan khutbahku dan menggendong keduanya.
Ketika anak hadir ditengah - tengah keluarga kita maka sebuah tanggung jawab yang sangat besar harus dipikul oleh kedua orang tuanya.
Anak bisa membawa kedua orang tuanya kepada kebahagiaan dan anak juga bisa membawa kedua orang tuanya kepada penderitaan dunia dan akhirat.
Dalam satu atsar atau riwayat dijelaskan bahwa kelak pada hari kiamat akan banyak orang tua yang digugat oleh anak - anaknya di pengadilan Allah SWT. Ketika anak anak yang sepanjang kehidupannya di dunia selalu diliputi dengan gelimang maksiat dan dosa, perintah dan larangan Allah dan Rasul Nya tidak diindahkan sama sama sekali sementara kedua orang tuanya diam saja atau kurang dalam memberikan landasan untuk mengenal dan dekat dengan Allah dan Rasul Nya maka anak anak yang demikian akan mengacungkan tangannya ketika disiksa oleh malaikat Zabaniah di nereka dengan mengatakan, "Ya Allah, kami protes kepada Engkau, kami tidak beribadah kepada Mu semasa kehidupan kami di dunia karena kedua orang tua kami tidak pernah cukup dalam mendidik kami untuk mengenal dan dekat kepada Mu, mereka tidak tegas dalam memerintahkan kami untuk sholat, mereka tidak mengajarkan kepada kami membaca ayat ayat Mu, mereka tidak menyuruh kami berpuasa di bulan Ramadhan, mereka tidak memberi contoh kepada kami dalam beribadah kepada Mu, maka kami rela Engkau siksa di neraka Mu ini asalkan KAKI KANAN KAMI BERTUMPU PADA KEPALA BAPAK KAMI dan KAKI KIRI KAMI BERTUMPU PADA KEPALA IBU KAMI".
Dan ketika anak anak kita menjadi seorang yang ahli ibadah, anak anak yang sholih dan sholihah atas upaya, ikhtiar dan doa kedua orang tuanya yang cukup serta memberikan pendidikan agamanya dengan baik maka ketika di hadapan Allah SWT pada hari kiamat anak anak yang demikian adalah akan masuk Surga bighairi hisaab "tanpa dihisab", dan ketika mereka sudah berada didepan pintu Surga maka mereka berhenti kemudian menoleh ke kanan, kiri dan belakang. Malaikat penjaga syurga memerintahkan mereka segera memasukinya akan tetapi anak anak yang shalih dan shalihah dan ahli ibadah ini tidak mau memasuki Surga kalau tidak bersama kedua orang tuanya, malaikat mengatakan bahwa kedua orang tua mereka masih dihisab dan disiksa di neraka atas kesalahan dan dosanya yang dilakukan didunia, kemudian mereka menjawab : "kalau begitu biar kami menunggunya di depan pintu Surga". Akhirnya atas ijin dan perintah Allah SWT kepada malaikat disuruh untuk mengambil kedua orang tuanya dan dimasukkan ke dalam Surga bersama sama dengan anak anak mereka,
Inilah buah dari kesungguhan orang tua dalam mendidik dan meramut anak anaknya.
Semoga Allah paring manfaat barokah

Inspirasi : Denis dan helen

 

HELEN, perempuan kulit hitam di ALABAMA,tertangkap basah mencuri di sebuah supermarket. DENIS,polisi yang dipanggil untuk menahannya,menemukan bahwa yang dicuri HELEN hanyalah 5 butir telur karena sudah 2 hari ia dan anak-anaknya tak makan.DENIS yang merasa iba,tak jadi menangkapnya.Ia malah membelikan HELEN sekeranjang telur,lalu mengantarnya pulang ke rumah.

Keesokan harinya, DENIS dan beberapa rekan polisinya datang ke rumah HELEN dengan 2 mobil penuh berisi bahan makanan dan keperluan sehari-hari. HELEN meratap dan berkata: "Engkau tak perlu melakukan ini.Terlalu berlebihan bagi kami..." Namun DENIS menjawab: "Terkadang,KEBUTUHAN kita pada KEMANUSIAAN lebih besar daripada KEBUTUHAN kita pada HUKUM..."

Amalan sebagai pulihan

"AMALAN SEBAGAI PULIHAN"
Orang Iman akan selalu khawatir dengan dosa dan akan berusaha untuk menghidarinya.
Ibnu Mas’ud رَضِيَ اللَّهُ عَنْه mengatakan,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ
مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (HR. Bukhori 6308)
Untuk itu perbanyaklah amalan yang bisa sebagai pulihan untuk penghapus dosa.
Banyak amalan yang bisa kita amalkan sebagai pulihan, diantaranya yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan Al Hadits adaah sebagai berikut :
1. Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke masjid, sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ,
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: ya wahai rasululloh. Beliau berkata: menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan memperbanyak langkah ke masjid serta menunggu shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah ribath” (HR Muslim dan Al Tirmidzi).
Juga dalam sabda beliau yang lain:
إِذَا تَوَضَّأَ الرَّجُلُ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ لَا يُخْرِجُهُ أَوْ قَالَ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا إِيَّاهَا لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
“Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat sholat dengan niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali اَللّهُ angkat satu derajat dan hapus satu dosa” (HR. Al Tirmidzi).
2. Puasa hari Arafah dan A’syura’, dalilnya :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Nabi Bersabda; Puasa hari Arafah saya berharap dari Allah untuk menghapus setahun yangsebelumnya dan setahun setelahnya dan Puasa hari A’syura saya berharap dari Allah menghapus setahun yang telah lalu” (HR. At Tirmidzi).
3. Shalat tarawih di bulan Ramadhan, sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang menegakkan romadhon (shalat tarawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaihi).
4. Haji yang mabrur, dengan dalil:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji lalu tidak berkata keji dan berbuat kefasikan maka kembali seperti hari ibunya melahirkannya” (HR. Al Bukhari)
dan sabda beliau,
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Haji mabrur balasannya hanyalah surga” (HR. Ahmad)
5. Memaafkan hutang orang yang sulit membayar :
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أُتِيَ اللَّهُ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِهِ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَقَالَ لَهُ مَاذَا عَمِلْتَ فِي الدُّنْيَا قَالَ يَا رَبِّ آتَيْتَنِي مَالَكَ فَكُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ وَكَانَ مِنْ خُلُقِي الْجَوَازُ فَكُنْتُ أَتَيَسَّرُ عَلَى الْمُوسِرِ وَأُنْظِرُ الْمُعْسِرَ فَقَالَ اللَّهُ أَنَا أَحَقُّ بِذَا مِنْكَ تَجَاوَزُوا عَنْ عَبْدِي
“Dari Hudzaifah beliau berkata Allah memanggil seorang hambaNya yang Allah karuniai harta. Maka Allah berkata kepadanya: Apa yang kamu kerjakan didunia? Ia menjawab: Wahai Rabb kamu telah menganugerahkanku hartaMu lalu aku bermuamalah dengan orang-orang. Dan dahulu akhlakku adalah memaafkan, sehingga aku dahulu mempermudah orang yang mampu dan menunda pembayaran hutang orang yang sulit membayar. Maka Allah berfirman: Aku lebih berhak darimu maka maafkanlah hambaKu ini” (HR. Muslim).
6. Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa :
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan akhlak yang mulia” (HR Al Tirmidzi)
7. Sabar atas musibah dengan, sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنْ الْخَطَايَا
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya” (HR Ahmad).
8. Menjaga shalat lima waktu dan jum’at serta puasa Ramadhan, sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
الصلوات الخَمْسُ وَ الجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَان إِلَى رَمَضَان مُكَفِّرَاتُ مَا بَينَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Sholat lima waktu dan jum’at ke jum’at dan Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa diantara keduanya selama menjauhi dosa besar” (HR Muslim).
9. Shalat wajib, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
“Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di pintu yang digunakan untuk mandi setiap hari lima kali, pa yang kalian katakan apakah tersisa kotorannya? Mereka menjawab: Tidak sisa sedikitpun kotorannya. Beliau bersabda: sholat lima waktu menjadi sebab Allah hapus dosa-dosa” (HR. Bukhari).
10. Memperbanyak sujud, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
عَلَيْكَ بَكَثْرَنِ السُّجُوْدِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَ حَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً
“Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa)” (HR Muslim)
11. Shalat malam, dengan dalil:
عَلَيْكَ بِقِيَامِ اللَيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ لَكُم لإِلَى رَبِّكُمْ وَ مُكَفِّرَةٌ للسَّيْئَاتِ وَ مَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
“Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa” (HR Al Hakim).
12. Mengiringi haji dengan umrah, dengan dalil:
تَابِعُوْا بَيْنَ الحَجِّ وَ الْعُمْرَةِ فَإِنَّ مُتَابَعَةَ بَيْنَهُمَا تَنْفِيْ الْفَقْرَ وَ الذُّنُوْبِ كَمَا تَنْفِيْ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ
“Iringi haji dengan umroh, karena mengiringi antara keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana Al Kier (alat pembakar besi) menghilangkan karat besi” (HR Ibnu Majah)
13. Shadaqah, dengan dalil :
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah: 271)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun bersabda:
الصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِىءُ الْمَاءُ النَّارَ
“Shadaqah menghapus dosa seperti air memadamkan api” (HR Tirmidzi)
Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Inspirasi : Kakek penjual shampoo


Dari facebook Suci N Cahyani

Kakek ini tinggal di daerah Mertoyudan Magelang. Hampir setiap pagi saya melihat kakek ini di derah Kawatan. Beliau membawa sepeda tua menjual sabun dan shampoo. Temen2 kalau bertemu kakek ini sedang menyeberang jalan tolong dibantu, kalau kalian sedang terburu2, tolong bersabar, kakek ini fisiknya sudah tidak sekuat anak muda. Jangan marah2 karena kakek ini jalannya pelan2. Jangan dikasih uang, beliau tidak akan mau menerimanya, belilah barang dagangannya. Beliau hanya berusaha untuk tidak mengemis.. Sehat terus ya kakek

Birul Walidain

"BIRUL WALIDAIN"
Kita diwajibkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ... "(an-Nisâ`ayat 36).
Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat Luqman ayat 14 : "(Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua, ... )"
Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua terutama Ibu, alasan Allah memerintah ini, yaitu :
"(ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah)".
Yakni keadaan lemah dan berat ketika mengandung, melahirkan, mengasuh dan menyusuinya sebelum kemudian menyapihnya.
Kemudian Allah berfirman : "(dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ke dua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu)".
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Rasulullah menjawab,"Ibumu." Orang itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ibumu." Orang itu mengulangi pertanyaannya: "Kemudian siapa lagi?" Nabi pun kembali mengulangi jawabanya: "Ibumu." Iapun kemudian mengulangi pertanyaanya untuk yang ke empat kalinya: "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab: "Bapakmu."
Sang ibu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anaknya. Iapun rela menahan rasa letih supaya si anak bisa beristirahat dengan cukup. Adapun bapaknya, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan si anak. Sehingga sepantasnya bagi si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya.
Nabi telah menjadikan bakti kepada orang tua lebih diutamakan daripada berjihad di jalan Allah. Disebutkan dalam hadits shahîhnya dari 'Abdullâh bin Mas'ud, ia berkata : "Aku bertanya kepada Nabi ; "Amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,"Shalat pada waktunya." Aku bertanya lag i: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,”Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa lagi ?” Beliau menjawab,”Berjihad di jalan Allah.”
Allah Subhanhu wa Ta'ala juga telah berwasiat supaya berbuat baik kepada kedua orang tua di dunia walaupun keduanya kafir. Akan tetapi, apabila keduanya menyuruh untuk berbuat kufur maka seorang anak tidak boleh mentaati perintah kufur ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya :
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(Luqmân :15).
Cara berbakti kepada kedua orang tua, ialah dengan mencurahkan kebaikan, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.
Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan penghormatan/mengagungkan.
Sebagai seorang anak sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat.
Semoga Allah paring manfaaat dan barokah.

Menghitung mundur

Oleh: Teddy Suratmadji

WA’BUD Robbaka hattaa ya-tiyakal yaqiin – Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang ajal.

Itulah tantangan paling besar bagi manusia yang ingin masuk sorga selamat dari neraka: harus ibadah kepada Allah sampai datang ajal mati masing-masing, tidak boleh berhenti barang sejenakpun.

Mengapa itu adalah sebuah tantangan? Karena semuanya berurusan dengan Malaikat Izroil yang tidak mengenal kompromi.

Husnul Khotimah

Pertama, karena mati itu harus “GOOD ENDING”, husnul khotimah – akhir yang baik, sebagaimana perintah Allah ”walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun” – dan janganlah kamu sekalian ketika Izroil mencabut nyawamu kecuali dalam keadaan Muslim, menyerah.

Kedua, karena mati itu “ANYTIME”, datangnya sewaktu-waktu, sebagaimana firman Allah ”idzaa jaa-a ajaluhum laa yasta-khiruuna saa’atan walaa yastaqdimuun” – ketika Izroil datang, tidak ada seorangpun yang bisa menolak supaya memperlambat atau mengundang supaya mempercepat pencabutan nyawa, barang sedetikpun.

Ketiga, karena mati itu “ANYWHERE”, tidak ada tempat menghindar darinya ”walau kuntum fii burujim musyayyadah” – walaupun lari ke bintang di langit lalu dibentengi dengan kerangkeng baja yang super kuat, tidak akan mampu  menghindar dari kehadiran Izroil untuk memisahkan nyawa dari jasad.

Bagi Muslim, bukan “Happy Ending” seperti di cerita film yang dicari, melainkan “Good Ending”. Karena mati yang menggembirakan dalam pandangan dunia belum tentu baik di sisi Allah. Misalnya orang kaya setara Qorun yang mati dalam keadaan kaya-raya dan dikelilingi anak-anak isteri-isteri yang hidup bahagia, tetapi ternyata semuanya diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal.

Sebaliknya, yang mati dalam pandangan dunia sepertinya mengenaskan, tetapi di sisi Allah justru mulia. Misalnya para syuhada sebagaimana Hamzah paman Nabi yang matinya ditombak musuh, dan jantungnya diambil dan dimakan mentah-mentah oleh Hindun. Padahal rohnya harum dan disambut malaikat untuk disemayamkan di tembolok burung di sorga.

Laa tahsabannalladziina yuqootiluuna fii sabiilillaahi amwaat – janganlah kalian mengira orang yang terbunuh didalam sabilillah itu mati. Roh para syuhada itu hidup dengan luar biasa bahagia. Bahkan mereka memohon kepada Allah dengan sebuah permintaan: minta dihidupkan lagi! Untuk apa? Supaya pergi fii sabiilillah lagi, lalu dibunuh lagi, demi mati sebagai syuhada!

Pengecualian Musa

Satu pengecualian tentang saat kematian hanya bisa dilakukan oleh Nabi Musa yang melawan bahkan menempeleng Izroil ketika Musa hendak dicabut nyawanya. Izroil datang menghadap Allah, mengadu atas kelakuan Musa. Allah kemudian menyuruh Izroil kembali menemui Musa untuk negosiasi.

Kepada Musa dihamparkanlah selembar kulit sapi, dan disuruh menghitung jumlah bulunya. Selembar bulu setara dengan 1 tahun penambahan umur. Pikir Musa, berapa ribu lembar pun jumlah bulu sapi, berapa ribu tahun pun umurnya ditambah, akhirnya nyawa yang dikandung badan akan dipisahkan juga oleh Izroil. Akhirnya Musa menyerah, dan memilih mati saat itu juga.

Jasad mummi Firaun yang diduga hidup sezaman dengan Musa sudah ditemukan, dan dengan teknik ilmu kimia murni ‘paruh waktu’ secara ilmiah umurnya dapat dihitung. Ternyata umur mummi itu 3000 tahun. Ah, andaikan Musa mengambil keputusan lain, dan jumlah bulu sapi saat itu ada 3001 lembar saja. Lumayan, masih ada kesempatan 1 tahun lagi untuk ketemu. Syukurlah, Musa mengambil keputusang yang tepat.

Bertambah vs Berkurang

Pemikiran manusia umumnya terbalik dengan Nabi. Saat milad alias hari ulang tahun, manusia umumnya menyatakan “umur bertambah”. Padahal Nabi mengatakan setiap ganti tahun justru disebutnya “umur berkurang”. Artinya, manusia umumnya “menghitung maju”, sedangkan Nabi “menghitung mundur” atau “count down”.

Count-down adalah seperti ketika pesawat ulang alik akan diluncurkan ke angkasa, maka menara kontrol akan menghitung mundur: ten .. nine .. eight .. seven .. six .. five .. four .. three .. two .. ZERO! dan pesawat pun melesat ke angkasa.

Atau ketika pergantian tahun baru. Pada tanggal 31 Desember jam 23:59 orang-orang yang merayakan akan menghitung mundur: sepuluh .. sembilan .. .. .. tiga .. dua .. satu .. HAPPY NEW YEAR! Sambil terompet dibunyikan sekeras-kerasnya, diikuti pelanggaran dan kemaksiatan lainnya. Itulah makanya generus di kalangan lembaga dakwah dilarang mengikuti acara seperti itu. Lebih baik dikumpulkan di suatu tempat, dan mengaji atau melaksanakan ibadah bentuk lainnya.

Mengapa count-down? Sebab batasnya sudah dipastikan zero alias nol. Sedangkan count-up harus disepakati dulu batasnya: 10? 25? 50? Dst.

 Referensi 63 Tahun.

‘Umru ummatii min sittiin ilaa sab’iin sanah – umur ummatku dari 60 sampai 70 tahun, demikian sabda Nabi. Sedangkan usia Nabi sendiri 63 tahun. Nah, karena merupakan sebuah rentang tahun yang terdiri atas 2 angka 60 dan 70, maka sulit untuk melakukan count-down, karena mau angka berapa yang akan dipakai sebagai batas atas?

“Berapa umurnya sekarang, Dik?” tanya Fulan.
“Limapuluh tiga, Mas” jawab Fulen.
“Alhamdulillah, masih ada sepuluh tahun lagi” kata Fulan.

Percakapan diatas sering terjadi diantara anggota lembaga dakwah. Tentunya dalam suasana joke alias bergurau. Memangnya siapa bisa mengatur umur? Namun tanpa disadari, sebetulnya ketika mengatakan ‘masih ada sepuluh tahun lagi’, Fulan sedang melakukan count-down, menghitung mundur dari angka 63.

“Mas sendiri usianya berapa?” balas Fulen.
“Alhamdulillah sudah dapat bonus lima tahun” jawab Fulan.

Tanpa perlu dijelaskan lagi, karena menggunakan angka referensi yang sama, maka umur Fulan adalah 63 plus bonus 5 atau 68 tahun.

Sekali lagi, itu semua dilakukan dalam suasana gurauan. Karena sesungguhnya mati itu kapan saja. Mati muda bahkan di usia anak-anak pantas. Mati tua apalagi.

Menyembah Tanpa Jeda.

Ibadah wajib tidak mengenal masa reses. Sholat lima waktu tidak boleh ditinggalkan walaupun hanya 1 sholatan. Tidak bisa sholat berdiri lakukan dengan duduk. Tidak bisa sholat duduk lakukan dengan berbaring. Tidak bisa sholat berbaring lakukan dengan isyarah. Kalau isyarah pun sudah tidak bisa, berarti orang itu sudah tinggal jasad tanpa roh.

Taat kepada orang-tua tidak mengenal jeda. Dalam situasi dan kondisi apapun, sepanjang tidak memerintah syirik kepada Allah, orang tua wajib dita’ati. Wa wasshoinal insaana bi waalidaihi husna – dan berwasiat kami Allah kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang-tua.

Boro-boro mengejek dan berkata sinis apalagi kotor, mengatakan “uffin” alias “ah” dalam bahasa kita saja, dilarang. Walaa taqullahumaa uffin – dan janganlah berkata kepada kedua orang tua “ah!”.

Mengapa tidak boleh mengenal jeda?

Karena jika maut datang menjemput pada saat sedang istirahat full tidak sholat lima waktu sehari saja, misalnya, maka matinya didalam dosa akbar. Man tarokaha faqod kafaro – barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka orang itu sudah kufur. Na’uudzu billaah.

Karena ketika maut datang menjemput pada saat sedang bermasalah dengan orang tua, maka matinya didalam mega dosa. Ridlor robbii fii ridlol waliid wa sakhotor robbii fii sakhotol waliid – ridlo Allah bersama ridlo orang-tua dan murka Allah bersama murka orang-tua. Cukuplah Alqomah, seorang sahabat yang hampir saja dibakar karena sakratul mautnya lama sekali, hanya gara-gara ibunya sakit hati, dan belum memaafkannya.

Karena demikian besarnya resiko jeda dalam ibadah, buat apa coba-coba melakukannya? Karena yang jadi pertanyaan besar adalah: apakah saat jeda ibadah itu bisa bebas dari kematian? Bagaimana jika pada saat jeda ibadah tiba-tiba mati datang menjemput?

Jadi untuk apa lagi berani tidak taat kepada Allah, kepada Rasul, kepada Umaro dan kepada orang-tua, walaupun hanya sesaat? Fa aina tadzhabuun? Kemana engkau hendak pergi?

Sihir dan perdukunan

Praktek sihir dan perdukunan yang membuat orang celaka, apes, sakit, bangkrut, menderita bahkan dapat membunuh orang. Contoh nyata adalah santet, tenung, jengges dan lain-lain.
Guna-guna menggunakan barang dan atau mantra-mantra yang bertujuan menjadikan sesorang senang atau sebaliknya benci, seperti; pelet, jaran goyang, semar mendem dan lain sebagainya.
Hipnotis yaitu praktek sihir yang membuat orang tertidur atau terbawa ke alam bawah sadar.
Magic yaitu aksi-aksi atau atraksi-atraksi fantastis dengan mengandalkan kekuatan magic yang semua itu merupakan praktik minta tolong pada jin.
Segala jenis ramalan ghaib untuk mengetahui nasib seseorang atau kejadian-kejadian akan datang dan menebak barang yang hilang dengan menggunakan berbagai media dan perantara.
Orang-orang yang telah mempraktikkan sihir dan perdukunan tersebut, mengajarkan atau memerintahkan atau meminta orang lain untuk praktek sihir dan perdukunan itu hukumnya dia telah musyrik dan menjadi kafir.
Semua bentuk sihir adalah pengajaran dari setan, firman Allah :
وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ
“Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 102)
…وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ….
… dan setiap Harut Marut mengajarkan sihir kepada seseorang ia selalu berkata,”Sesungguhnya kami adalah fitnah (bagimu) maka janganlah kamu kufur (terhadap Tuhanmu)”.Surah Al-Bakarah ayat 102
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ» .
Dan Imam Ahmad meriwayatakan dalam musnadnya, dari Abi Huroiroh, sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda,”Barangsiapa mendatangi dukun atau paranormal lalu dia membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh ia telah kufur terhadap Al-Quran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tanda tanda pemuja dunia



Tanda-tanda Anda Sudah Menjadi Budak Kehidupan Dunia :
--------------------------------------
1. Anda tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.
2. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al Qur'an lantaran Anda terlalu sibuk.
3. Anda sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang diri Anda.
4. Anda selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Anda semakin bertambah.
5. Anda marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah haram.
6. Anda terus menerus menunda untuk berbuat baik. "Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya."
7. Anda selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.
8. Anda sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti.
9. Anda sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.
10. Anda ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.
11. Anda selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.
12. Anda selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.
13. Anda merasa tertekan manakala Anda gagal meraih sesuatu.
14. Anda tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil
15. Anda tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.
16. Anda tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain
17. Anda sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Anda miliki.
18. Anda merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.
19. Anda menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.
20. Anda memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Anda kepada Allah.
21. Anda menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.
22. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.
23. Anda meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.
24. Anda merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.
25. Anda tidak kuasa mengubah gaya hidup Anda yang suka berfoya-foya, walaupun Anda tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.
26. Anda senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.
27. Anda diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Anda beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.
28. Anda ingin menikmati hidup ini sepuasnya.
29. Anda sangat perhatian dengan penampilan fisik Anda.
30. Anda meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.
31. Anda melihat orang lain meraih sesuatu dan Anda selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.
32. Anda ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Anda sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.
33. Anda ingin semua yang Anda harapkan di dunia ini terkabul.
34. Anda mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.
35. Anda tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Anda hidup di dunia.
36. Anda merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Anda miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.
37. Anda berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat Anda meminta kenikmatan dunia.

Beberapa pemberian nama yang sebaiknya dihindari dalam Islam

Nama merupakan doa yang bisa mempengaruhi gambaran bagi sifat, gaya hidup dan pemikiran. Nama seperti Rozana, Suzana atau yang menggunakan nama ‘zana’, bunyinya memang enak didengar dan disebutkan tapi maknanya ‘berzina’ atau pun nama ‘wati’ yang berarti ‘bersetubuh’. Jadi hindarilah memberi nama anak dengan nama-nama tersebut.

Dalam Islam juga terdapat beberapa nama yang sebaiknya dihindari untuk diberikan kepada putera-puteri anda karena maknanya yang tidak baik, buruk dan bisa mendatangkan masalah di kemudian hari.

Kita tentu pernah mendengar ungkapan, "Apalah arti sebuah nama?" Bagi orang muslim nama sangatlah penting bagi diri seseorang karena nama adalah doa yang bisa mempengaruhi jalan hidup seseorang.

Berikut nama-nama yang sering digunakan yang ternyata merupakan nama-nama yang digunakan di kalangan kaum Jin:

1. Zaqwan/Zaquan – anak jin
2. Qistina/Kistina – penghulu jin
3. Balqis – ketua jin
4. Najwa – bisikan
5. Haikal/Haiqal – tengkorak
6. Badrisha/Badlisha/Herisha

Bagi mereka yang mempunyai nama-nama seperti di atas hendaknya diganti, namun jika tidak memungkinkan karena sudah tercatat di ijazah maupun akta kelahiran dan berkas-berkas administrasi lain tidak perlu untuk ganti nama tetapi cukup dengan mengganti nama panggilan.

Sebagai contoh, kalau nama Nur Najwa. Kalau selama ini nama panggilannya adalah Najwa, nama panggilannya cukup diganti menjadi Nur. Namun nama adalah doa, bisa terkabul maupun tidak. Sesungguhnya segala macam penyakit atau kejadian-kejadian buruk yang menimpa, semuanya datang dari Allah SWT. Bukan semata-mata akibat dari nama seseorang, semuanya ketentuan-Nya.

Hanya sebagai peringatan bagi para orang tua agar ketika memberi nama pada putra-putrinya hendaknya menghndari penggunaan nama-nama yang bermakna buruk.

Ibn Umar berkata: “Anak perempuan Umar dinamakan dengan nama ‘Asiah (wanita yang derhaka), lalu dinamakan oleh Rasulullah SAW dengan Jamilah (cantik).”  (riwayat Tirmidzi dan Ibn Majah).

Disunatkan mengubah nama yang buruk atau yang tidak baik kerana Nabi SAW telah melakukannya kepada para sahabat baginda, di mana Rasulullah SAW pernah menukar nama seorang yang bernama Abdul Hajar (hamba batu) kepada Abdullah. Ada yang bernama ‘Asi (yang durhaka) lalu ditukar menjadi Muti’ (yang taat).
Aishah r.a berkata: “Rasulullah telah menukar nama-nama yang buruk.” (riwayat Tirmidzi).”

Berikut adalah beberapa nama yang harus dihindari ketika menamai bayi anda :

A
Abiqah Hamba yang lari dari tuannya
Afinah Yang bodoh
Amah Hamba suruhan perempuan
Asiah Wanita yang derhaka
Asyar Paling jahat
Asyirah Yang tidak bersyukur atas nikmat
Aznie Aku berzina

B
Baghiah Yang zalim, jahat
Bahimah Binatang
Bakiah Yang menangis, merengek
Balidah Yang bodoh, bebal
Batilah Yang batil, tidak benar

D
Dahisyah Goncang, stress
Dahriyah Yang mempercayai alam wujud dengan sendirinya
Dami’ah Yang mengalir air matanya
Daniyah Yang lemah dan hina

F
Faji’ah Kecelakaan
Fajirah Yang jahat, yang berdosa
Fasidah Yang rosak, yang binasa
Fasiqah Yang jahat, si fasik
Fasyilah Gagal, kalah

G
Ghafilah Yang lalai, yang leka
Ghaibah Hilang
Ghailah Kecelakaan, bencana
Ghamitah Yang tidak mensyukuri nikmat
Ghasibah Perampas, perompak
Ghawiah Yang sesat, yang mengikut hawa nafsu

H
Haqidah Yang dengki
Hasidah Yang hasad
Hazinah Yang sedih

J
Jafiah Yang tidak suka berkawan
Jariah Hamba suruhan perempuan

K
Kafirah Yang kafir, yang ingkar
Kaibah Yang sedih
Kamidah Yang hiba, yang sangat berduka
Kazibah Pendusta, pembohong
Khabithah Yang jahat, yang keji
Khali’ah Yang tidak segan silu, mengikut hawa nafsu
Khamrah Arak
Khasirah Yang rugi
Khati’ah Yang bersalah, yang berdosa

L
Lahab Bara api
Lahifah Yang sedih, menyesal dan dizalimi
La’imah Yang tercela
Lainah Yang terkutuk

M
Majinah Yang bergurau senda tanpa perasaan malu
Maridah Yang menderhaka
Musibah Celaka, bencana, kemalangan

N
Nariah Api
Nasyizah Yang menderhaka dan melawan suami

Q
Qabihah Yang buruk, hodoh
Qasitah Yang melampaui batasan dan menyeleweng dari kebenaran
Qatilah Pembunuh

R
Rajimah Yang direjam, yang dilaknat
Razani Kepala zakar lelaki
Razi’ah Kecelakaan, musibah
Razilah Yang keji dan hina

S
Safih Insan Manusia bodoh
Safilah Yang rendah dan hina
Sahiah Yang pelupa
Sharrul / Sharru Jahat
Sakirah Pemabuk
Syafihah Yang bodoh
Syani’ah Yang buruk
Syaqiyah Yang menderita
Syaridah Yang diusir
Syariqah Pencuri
Syarisah Yang buruk akhlak
Syarrul Bariyyah Sejahat-jahat manusia

T
Tafihah Karut
Talifah Yang rosak, yang binasa
Talihah Yang tidak baik
Tarikah Anak dara tua

W
Wahiah Yang lemah, yang jatuh, yang buruk
Wahimah Yang lemah
Wahinah Penakut
Wailah Bencana, keburukan
Wajilah Penakut
Waqihah Yang kurang sopan dan malu
Wasikhah Yang kotor
Wasyiah Yang mengumpat, yang mengadu dombakan orang
Wati/Waty Nama Hindu/tiada makna
Wathy / Wathi Bersetubuh

Y
Yabisah Yang kering, yang sedikit kebaikannya
Yaisah Yang berputus asa

Z
Zalijah Kebinasaan
Zalilah Yang hina
Zalimah Yang zalim
Zaniyah Penzina, pelacur
Zufafah Racun pembunuh

Untuk para orang tua namailah anak-anak anda dengan nama yang baik. Jangan hanya memberi nama dengan nama yang enak didengar namun buruk maknanya. Karena di suatu hari nanti ketika seseorang meninggal dunia dan ruhnya diangkat maka para malaikat akan menyebutkan namanya.

Setiap melewati sekelompok Malaikat di langit, mereka bertanya, ‘Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?’ Para Malaikat yang membawanya menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan’, seraya mereka menyebutkan nama-nama panggilannya yang terbaik yang biasa dipanggilkan kepadanya ketika di dunia. (aminin)

Sabar

Sabar yang menjadikan seseorang mendapatkan ganjaran pahala adalah sabar ketika di awal musibah dan inilah yang dinamakan sabar sebenarnya.
Alloh Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang akan dipenuhi pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Alloh Ta’ala berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqoroh: 155)
Dari Shuhaib bin Sinan rodhiallohu anhu dia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Dari Ibnu Umar rodhiallohu anhuma dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ
الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Orang mukmin yang berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka.” (HR. At-Tirmizi no. 2507, Ibnu Majah no. 4022, Al-Albani, Shohih)
Sabar adalah perbuatan menahan jiwa dari berkeluh kesah dan jengkel terhadap takdir Alloh, menahan lisan dari berkeluh kesah, marah, dan ucapan lain yang menunjukkan dia tidak menerima takdir Alloh, serta menahan anggota tubuh dari amalan lain yang menunjukkan dia tidak ridho terhadap takdir dari Alloh kepada dirinya.