Khutbah Rasulullah SAW ketika haji wada (perpisahan)


DISAMPAIKAN PADA WAKTU HAJI WADA PADA TANGGAL 9 DZULHIJJAH TAHUN 10 HIJRIAH. DI LEMBAH URANAH, GUNUNG ‘ARAFAH…

Hari itu Hari Tarwiyah 10 Hijriah. Saat itu Rasulullah Saw. pergi ke Mina dan melaksanakan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh di sana. Seusai menanti beberapa saat hingga matahari terbit, beliau lantas melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk tenda yang disiapkan bagi beliau.

Setelah matahari tergelincir, Rasulullah Saw. meminta agar Al-Qashwa’, unta beliau, didatangkan. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul sekitar 124.000 kaum Muslim. Beliau kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan khutbah haji terakhir beliau yang lebih dikenal dengan sebutan haji wada’

MUQADDIMAH BELIAU S.A.W
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Segala puji bagi Allah kami memuji dan mohon pertolongan kepadaNya, dan kami mohon ampun kepadaNya serta bertaubat kepadaNya, dan kami berlindung dari kejahatan diri kami dan kejelekan amal kami, barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkanNya maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Dan aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dengan esaNya dan tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad S.A.W adalah hamba dan utusanNya.

أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ، بِتَقْوَى اللهِ وَأَحْثَكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ، وَأَسْتَفْتِحُ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ، أَمَّا بَعْدُ :
Aku berpesan kepada kalian, wahai hamba-hamba Allah agar bertaqwa kepada Allah dan aku mengajak kalian untuk taat kepadaNya, dan aku akan memulai dengan yang terbaik. Adapun selanjutnya :

KEHARAMAN DARAH DAN HARTA SESAMA UMAT ISLAM.
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا.
Wahai manusia, sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian hingga kalian bertemu Tuhan kalian (hari Kiamat) seperti keharaman hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negri kalian ini.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ .... ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan … ? Ya Allah saksikanlah.

فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانَةٌ فَلْيُؤَدِّهَا إِلَى مَنِ ائْتَمَنَهُ عَلَيْهَا.
Maka barang siapa yang menanggung amanah maka hendaklah disampaikan kepada yang memberinya amanah tersebut.

PEMBATALAN SENGKETA / PERMASALAHAN JAHILIYAH
وَإِنَّ رِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ رِبًا أَبْدَأُ بِهِ رِبَا عَمِّي عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.
Dan riba jahiliyah dibatalkan dan riba jahiliyah yang pertama kali aku batalkan adalah riba pamanku Abbas bin Abdil Mutthalib.

وَإِنَّ دِمَاءَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَبْدَأُ بِهِ دَمُ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
Dan dendam pertumpahan darah jahiliyah juga dibatalkan, dan sesungguhnya dendam pertumpahan darah jahiliyah yang pertama kali aku batalkan adalah darah Amir bin Rabi’ah bin Al-Harits bin Abdil Mutthalib.

وَإِنَّ مَآثِرَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ غَيْرَ السَّدْنَةِ، وَالسِّقَايَةِ، وَالْعَمْدُ قَوَدٌ، وَشَبَّهَ الْعَمْدَ مَا قُتِلَ بِالْعَصَا وَالْحَجَرَ وَفِيهِ مِائَةُ بَعِيرٍ، فَمَنْ زَادَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ.
Dan sesungguhnya pilih kasih (hak istimewa) zaman jahiliyah dibatalkan selain hak melayani (mentadbir Ka’bah), dan memberi minum (air zamzam) kepada orang Haji, dan pembunuhan yang sengaja harus diqishah dan yang menyerupainya adalah pembunuhan menggunakan kayu atau batu, dan di dalam urusan itu bisa digantikan dengan denda 100 unta, barang siapa (wali yang dibunuh) minta tambah maka dia termasuk orang jahiyah.

PERINGATAN AGAR WASPADA DARI TIPU DAYA SETAN
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي أَرْضِكُمْ هَذِهِ، وَلَكِنَّهُ قَدْ رَضِيَ أَنْ يُطَاعَ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِمَّا تُحْرِقُونَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ.
Wahai manusia! Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah di bumi kalian (Mekah) ini. Tetapi, ia akan bangga jika ditaati (diikuti) pada perbuatan selain itu (menyembah setan) dari perkara yang kalian anggap remeh dari amal kalian !

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا، لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللهُ.
Wahai manusia! Sesungguhnya perbuatan menunda-nunda adalah menambah di dalam kekafiran, orang-orang kafir disesatkan oleh perbuatan itu, mereka menghalalkan (pada bulan haram) setahun dan mengharamkannya setahun (dengan tujuan) agar mencocoki hitungan (bulan) yang diharamkan oleh Allah maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah.

Hikmah : Perbuatan menunda kebaikan hanya akan menyebabkan seseorang bertambah kekufurannya.

وَإِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ، "إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ" ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ، وَوَاحِدٌ فَرْدٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرٌ، اَلَّذِي بَيْنَ جُمَادَىْ وَشَعْبَانَ.
Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi “Sesungguhnya hitungan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan di dalam Kitab Allah (sejak) Allah menciptakan langit dan bumi diantaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan berturut-turut dan yang satu bulan terpisah; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar yang terletak diantara bulan Jumadil (Akhir) dengan Sya’ban.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ .... ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ingatlah bukankah aku telah menyampaikan …. ? Ya Allah saksikanlah.

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ لِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا، وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ حَقٌّ.
Adapun selanjutnya, wahai manusia, sesungguhnya bagi istri kalian mempunyai hak yang (wajib) atas kalian, dan kalian juga punya hak yang (wajib) atas mereka.

لَكُمْ أَنْ لاَ يُوَاطِئْنَ فُرُشَهُمْ غَيْرَكُمْ، وَلاَ يَدْخُلْنَ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ بُيُوتَكُمْ إِلاَّ بِإِذْنِكُمْ، وَلاَ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ، فَإِنْ فَعَلْنَ فَإِنَّ اللهَ قَدْ أَذَنَ لَكُمْ أَنْ تَعْضُلُوهُنَّ وَتَهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعَ وَتَضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنِ انْتَهَيْنَ وَأَطَعْنَكُمْ فَعَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ،
Hak kalian adalah; Jangan sampai mereka (istri) membolehkan orang menginjak alas tidur mereka selain kalian, dan mereka tidak boleh membawa masuk ke rumah kalian orang yang kalian benci melainkan atas izin kalian, dan mereka tidak boleh melakukan tindakan keji (tidak taat dan tidak setia) jika mereka melakukannya maka sesungguhnya Allah telah memberi izin kepada kalian untuk memisahi mereka di tempat tidur, dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak mencederakan, jika mereka telah berhenti (bertaubat) dan taat kepada kalian, maka wajib atas kalian memberi rizki (nafkah) dan pakaian kepada mereka bilma’ruf (sepantasnya).

وَإِنَّمَا النِّسَاءُ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ، لاَ يَمْلِكْنَ لأَنْفُسِهِنَّ شَيْئًا، وَإِنَّكُمْ إِنَّمَا أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ وَاسْتَوْصُوا بِهِنَّ خَيْرًا.
Dan sesungguhnya perempuan (istri) di sisi kalian ibarat tawanan, mereka sedikitpun tidak berkuasa atas diri mereka sendiri, dan sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menjadikan farji mereka halal (untuk kalian) dengan kalimat Allah bertaqwalah kalian kepada Allah di dalam urusannya perempuan (istri), dan nasehatlah dengan baik kepada mereka.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ....؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah.

ORANG IMAN ADALAH BERSAUDARA
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لامْرِئٍ مَالٌ لأَخِيهِ إِلاَّ عَنْ طَيِّبِ نَفْسٍ مِنْهُ.
Wahai manusia, Sesungguhnya orang-orang iman adalah bersaudara, dan tidak halal bagi seseorang harta saudaranya kecuali disertai enak (ridhanya) diri.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ....؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah.

فَلاَ تَرْجِعَنَّ بَعْدِى كَافِرًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ.
Janganlah kalian setelah (wafat)ku kembali kafir, sebagian kalian memukul leher (membunuh) sebagian yag lain.

PERINTAH AGAR BERPEGANG TEGUH KEPADA AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH.
فَإِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ : كِتَابَ اللهِ.
Dan sungguh telah aku tinggalkan di kalangan kalian yang kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh dengannya yaitu : Kitab Allah (Al-Qur’an).

NOTE : DALAM RIWAYAT MALIK KALIMATNYA :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.
Telah aku tinggalkan di kalangan kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selagi berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabinya.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ....؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah.

NOTE : TAMBAHAN DI DALAM RIWAYAT AHMAD;
قَالُوا : نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ : اللَّهُمَّ اشْهَدِ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.
Mereka menjawab : Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan telah mendatangkan serta nasehat (menyempurnakan risalah), maka Nabi mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan menunjukkan ke arah manusia seraya bersabda : Ya Allah saksikanlah, beliau ulang hal itu hingga tiga kali.

YANG MEMBUAT MANUSIA MULIA DI SISI ALLAH ADALAH KETAQWAANNYA
أَيُّهَا النَّاسُ، أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى.
Wahai manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, bapak kalian itu satu, ingatlah tidak ada keutamaan orang Arab mengalahkan orang A’jam (non Arab), dan tidak ada keutamaan orang A’jam mengalahkan orang Arab, dan tidak ada keutamaan orang kulit merah mengalahkan orang kulit hitam, tidak ada keutamaan orang kulit hitam mengalahkan orang kulit merah, melainkan dengan sebab ketaqwa’an.

أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ....؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ. قَالُوا : نَعَمْ، قَالَ : فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ.
Sudahkah aku menyampaikan… ? ya Allah saksikanlah, mereka menjawab; ya, beliau bersabda hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.

PENUTUP : PENJELASAN TENTANG WARIS, WASIAT DAN KEPEMILIKAN.
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ قَدْ قَسَمَ لِكُلِّ وَارِثٍ نَصِيبَهُ مِنَ الْمِيرَاثِ، وَلاَ يَجُوزُ لِوَارِثٍ وَصِيَّةٌ، وَلاَ يَجُوزُ وَصِيَّةٌ فِي أَكْثَرَ مِنْ ثُلُثٍ، وَالْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ.
Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah membagi bagi setiap ahli waris bagiannya masing-masing dari harta waris, dan tidak ada wasiat bagi ahli waris, dan wasiat tidak boleh lebih dari 1/3, anak adalah untuk “alas” (ibu) sedangkan bagi pezina adalah batu (hukum ranjam).

مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ تَوَلَّى غَيْرَ مَوَالِيهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ.
Barang siapa yang mengaku pada selain bapaknya atau mengaku hamba selain hambanya maka berat atasnya laknat Allah dan Malaikat serta manusia semuanya, tidak diterima darinya ibadah sunnah dan ibadah wajib.

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Dan semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian.

Setelah itu di tempat yang sama dan jarak waktu yang tidak lama baginda medapat wahyu berupa ayat ;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا.
Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan aku sempurnakan atas kalian nikmat-nimatKu, dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian. QS. Al-Maidah : 3

Mendengar firman ALLAH SWT tersebut, ‘Umar bin Al-Khaththab r.a. pun meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun ditanya, “‘Umar! Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”
“Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada kekurangan,” jawab Umar. Ia telah merasakan suasana perpisahan (wada’) terakhir dengan Rasulullah SAW yang sangat dicintainya.

Kira-kira tiga bulan setelah khotbah yang sangat monumental tersebut. kemudian Baginda memenuhi panggilan kekasih sekaligus Tuhan yang telah mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam, shalawat dan salam semoga tetap atasnya.

REFERENSI;
Rangkaian Khotbah Wada’ tersebut, saya susun dari salinan kitab : Khutbu Ar-Rasul S.A.W (Muhammad Khalil Al-Khatib) dan disesuaikan dengan petikan-petikan Hadits-Hadits Shahih; Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Muwatta’ Malik. Sunan Abu Dawud, dan Musnad Ahmad.