Haji Tamatu'


Ibadah haji adalah rangkaian amalan yang terdiri dari UMRAH (tawaf di Baitullah dan Sa’i safa Marwa), dan HAJI (wukuf di padang Arafah pada 9 Dhul-Hijjah, melempar jumrah Aqobah di Mina pada 10 Dhul-Hijjah dan Tawaf Ifadoh).

Seorang Muslim yang berhaji juga wajib mengerjakan umrah. Haji Tamatu’ adalah haji yang umrahnya dilaksanakan pada bulan haji (tanggal 1 Syawal sampai menjelang pelaksanaan haji 9-10 Dhul-Hijjah) namun umrahnya dipisah dengan haji. Setelah selesai umrah, cukur gundul / menggunting rambut kepala dan lukar dan semua larangan ihram sudah halal termasuk boleh menjima’ istri.

Sambil menunggu pelaksanan ihram haji pada bulan haji tahun itu juga, jamaah boleh beraktivitas bebas, bersenang-senang, seperti: memakai minyak wangi atau berhubungan badan suami istri. Tamatu’ berarti “bersenang-senang”. Miqat ihram haji tamatu’ mengikuti miqat ahli Mekah yaitu dari pondokan masing-masing.

Haji tamatu’ adalah kategori ibadah haji yang banyak dilakukan oleh jamaah Indonesia. Jamaah yang melaksanakan haji tamatu’ dikenakan dam berupa seekor kambing, atau seekor sapi atau seekor onta atau sejenisnya. Apabila tidak bisa mewujudkan hadiah / dam maka bisa diganti dengan puasa 10 hari, 3 hari dikerjakan dalam haji dan 7 hari setelah pulang ke tanah air.

…فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (196)
… maka barang siapa yang mengerjakan umrah dalam bulan haji wajib menyembelih hadiah yang mudah didapat, tetapi jika tidak menemukan hadiyah maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari ketika kalian telah kembali, demikian itu sepuluh hari yang sempurna.
[Surah Al-Baqarah (2) ayat 196]


2980 – حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: أَهْلَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ خَالِصًا، لَا نَخْلِطُهُ بِعُمْرَةٍ، فَقَدِمْنَا مَكَّةَ، لِأَرْبَعِ لَيَالٍ خَلَوْنَ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، فَلَمَّا طُفْنَا بِالْبَيْتِ، وَسَعَيْنَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَجْعَلَهَا عُمْرَةً، وَأَنْ نَحِلَّ إِلَى النِّسَاءِ» فَقُلْنَا مَا بَيْنَنَا: لَيْسَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ عَرَفَةَ، إِلَّا خَمْسٌ، فَنَخْرُجُ إِلَيْهَا، وَمَذَاكِيرُنَا تَقْطُرُ مَنِيًّا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنِّي لَأَبَرُّكُمْ وَأَصْدَقُكُمْ، وَلَوْلَا الْهَدْيُ، لَأَحْلَلْتُ» فَقَالَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكٍ: أَمُتْعَتُنَا هَذِهِ، لِعَامِنَا هَذَا، أَمْ لِأَبَدٍ؟ فَقَالَ: «لَا، بَلْ لِأَبَدِ الْأَبَدِ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Jabir bin Abdillah meriwayatkan: Kami ihram bersama Rasulillah SAW khusus untuk haji, dan tidak mencampur dengan umrah. Maka kami datang di Makkah pada tanggal empat malam yang lewat dari bulan Dhul-Hijjah.Maka ketika kami tawaf di Baitullah dan Sai Safa Marwah, Rasulullah SAW memerintahkan pada kami agar kami menjadikan amalan Tawaf dan Sai itu sebagai UMRAH dan hendaknya kami lukar untuk istri-istri kami.Maka kami membicarakan apa-apa diantara kami : “Tidak ada antara kami dan antara Arofah kecuali lima hari. Maka kami keluar ke Arofah sedangkan kemaluan kami menetes mani?”Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya saya membagusi kalian dan membenarkan kalian. Seandainya saya tidak membawa hadiyah niscaya saya juga lukar seperti kalian”.

Maka Syuroqoh bin Malik bertanya: “Adakah haji tamatu’ ini untuk tahun ini saja atau untuk seterusnya?”

Nabi menjawab: “Bahkan untuk selama-lamanya”.
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 2980 Kitabu Manasik]

Tata-cara Ibadah Haji Tamatu’

Rangkaian praktek pelaksanan ibadah Haji Tamatu’ adalah sebagai berikut:

Mengerjakan umrah dari miqot yang telah ditentukan dalam bulan haji antara 1 Syawal sampai sebelum pelaksanaan haji. Rangkaian praktek umrah terdiri dari:
Mandi seperti mandi jinabat.
Memakai pakaian ihram
Shalat sunah 2 rakaat di miqat.
Membaca niat umrah, contoh لَبَّيكَ اللهُمَّ عُمْرَةً
Dari miqat berangkat menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah. Di perjalanan terus-menerus membaca talbiyah dengan suara keras.
«لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ، لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ»
Tawaf di Baitullah sebanyak 7 putaran dimulai dari pojok Hajar Aswad dan diakhiri dengan shalat dua rakaat di belakang Makom Ibrahim. Kemudian dilanjutkan dengan Sa’i Safa Marwah.
Setelah selesai Sa’i di bukit Marwa, cukur rambut kepala sampai gundul atau menggunting rambut kepala kemudian lukar (melepas baju ihrom). Semua larangan ihram sudah halal. Setelah lukar dari umrah sebelum ihram haji, jamaah boleh beraktifitas bebas, bersenang-senang, seperti; memakai minyak wangi dan menjima’ istri.
Pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dhul-Hijjah) ihram lagi untuk haji dimulai dengan:
Mandi seperti mandi jinabat.
Memakai pakaian ihram
Shalat sunah 2 rakaat di pondokan masing-masing.
Membaca niat haji, contoh لَبَّيكَ اللهُمَّ حَجًّ ا
Tanggal 8 Dhul-Hijjah berangkat menuju ke Arafah untuk mengerjakan wukuf. Dalam perjalanan terus melafadkan talbiyah atau takbir dengan suara keras.
Bacaan Talbiyah:
«لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ، لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ»

Jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah 9 Dhul-Hijjah

Tanggal 9 Dhul-Hijjah, wukuf di Arafah mulai waktu matahari condong ke barat sampai matahari terbenam. Shalat dhuhur dan asar dilakukan dengan qasar jama’ taqdhim. Selama wukuf memperbanyak doa:

«اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ كَالَّذِي نَقُولُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُولُ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي، وَإِلَيْكَ مَآبِي، وَلَكَ رَبِّ تُرَاثِي، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الأَمْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا يَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ»
Dan boleh ditambah doa-doa lain.

Jamaah haji mabit / bermalam di Muzdalifa dan mengumpulkan kerikil untuk lempar Jumrah besok pagi di Mina

Sore hari setelah matahari terbenam, meninggalkan padang Arofah menuju Muzdalifah.
Pada malam tanggal 10 Dhul-Hijjah, bermalam / mabit di Muzdalifah.
Pekerjaan di Muzdalifah:

Shalat maghrib dan isha’ qoshor jama’ ta’khir.
Mengumpulkan kerikil untuk melempar jumrah di Mina besok harinya.
Bermalam / mabit.
Shalat subuh lalu berhenti sebentar untuk berdoa sampai agak terang.
Pagi hari sebelum matahari terbit meninggalkan Muzdalifah berangkat menuju Mina dengan terus-menerus membaca talbiyah atau takbir.
Amalan di Mina:

Pada waktu dhuha melempar jumrah aqobah tanggal 10 Dhul-Hijjah.
Tata cara melempar jumroh sebagai berikut:
Arah Baitullah di sebelah kiri dan Mina (tempat mabit) disebelah kanan.
Melempar tugu jamarat sampai kena sebanyak 7 (tujuh) kali. Lemparan yang meleset / tidak kena tidak dihitung.
Membaca takbir pada saat akan melempar atau bersamaan dengan kerikil yang dilemparkan atau sesudah batu mengenai tugu jamarat.
Menyembelih hadiyah (onta). Menyembelih onta wajib bagi jamaah yang melaksanakan haji Qiran.
Cukur gundul / menggunting rambut kepala.
Lukar dan semua larangan ihram sudah halal kecuali menjima’ istri.
Mengerjakan Tawaf Ifadhoh di Baitullah dilanjutkan dengan Sai Safa Marwah.
Pada malam tanggal 11, 12 dan 13 Dhul-Hijjah bermalam / mabit di Mina dan siang harinya mulai matahari condong ke barat sampai sebelum terbenam, melempar jumroh Ula – Wustho – Aqobah.
Bagi jamaah yang nafar awal amalan mabit di Mina dan melempar 3 jumrah cukup sampai tanggal 12 Dhul-Hijjah. Sebelum matahari terbenam harus sudah meninggalkan Mina.
Menjelang pulang mengerjakan tawaf wada’ (tawaf perpisahan)