Ketika ujub menyelimuti hati

Dari KH.Muhammad Kholil As'ary Bustomi:

Terkadang sifat pamer, sombong adalah sesuatu yang kita harapkan agar kita dihargai atau terangkat martabat kita, padahal semua itu telah melampaui batas, dan menjadikan amalan kita lebur
Nasihat dan perkataan Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyah rahimahullah (7 Rajab 691 H - 13 Rajab 751 H)

"Jika Allah mudahkan bagimu mengerjakan *SHOLAT MALAM*, maka janganlah memandang rendah orang2 yg tidur."
"Jika Allah mudahkan bagimu melaksanakan *PUASA*, maka janganlah memandang orang2 yg tdk bepuasa dg tatapan menghinakan."
"Jika Allah memudahkan bagimu pintu utk *BERJIHAD*, maka janganlah memandang orang2 yg tdk berjihad dg pandangan meremehkan."

"Jika Allah mudahkan *PINTU REZEKI* bagimu, maka janganlah memandang orang2 yg berhutang dan kurang rezekinya dg pandangan yg mengejek dan mencela. Karena itu adalah titipan Allah yg kelak akan dipertanggungjawabkan."

"Jika Allah mudahkan *PEMAHAMAN AGAMA* bagimu, janganlah meremehkan orang lain yg belum faham agama dg pandangan hina."
"Jika Allah mudahkan *ILMU SEKOLAH* bagimu, janganlah sombong dan bangga diri karenanya. Sebab Allah lah yg memberimu pemahaman itu."

"Dan boleh jadi orang yg tidak mengerjakan qiyamul lail, puasa (sunnah), tidak berjihad, dan semisalnya lebih dekat kpd Allah darimu."

"Sungguh engkau terlelap tidur semalaman dan pagi harinya menyesal... lebih baik bagimu drpd qiyamul lail semalaman namun pagi harinya engkau "merasa" TAKJUB dan BANGGA dg amalmu. *Sebab tdk layak orang merasa bangga dg amalnya, karena sesungguhnya ia tdk tahu amal yg mana yg Allah akan terima?*

Semoga hati ini terhindar dari ujub.