Batalnya Wudhu

Tidak ada yang membatalkan wudhu kecuali sesuatu yang keluar dari dua lubang: farji dan dubur. Jadi yang membuat wudhu seseorang batal yaitu: kentut, berak, kencing, keluarnya air mani dan madzi. Khusus laki-laki yang mengeluarkan mani tidak hanya wajib berwudhu namun juga harus mandi jinabat. Keluarnya darah haid dan nifas pada wanita juga membatalkan wudhu.

Sementara itu keluarnya darah dari luka kulit, atau nanah yang keluar dari jerawat atau borok tidak membuat wudhu seseorang batal. Keluarnya darah dan dahak dari mulut juga tidak membatalkan wudhu. Seseorang yang batal wudhunya saat sedang mengerjakan shalat maka batal pula shalatnya dan harus mengulangi wudhu dan shalat dari awal.

بَابُ مَنْ لَمْ يَرَ الوُضُوءَ إِلَّا مِنَ المَخْرَجَيْنِ: مِنَ القُبُلِ وَالدُّبُرِ
وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: {أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الغَائِطِ} [النساء: 43]
Dan Firman Allah yang Maha Luhur: “Atau salah seorang kalian mendatangi berak”. [Surah Annisa’ ayat 43]

وَقَالَ عَطَاءٌ: – فِيمَنْ يَخْرُجُ مِنْ دُبُرِهِ الدُّودُ، أَوْ مِنْ ذَكَرِهِ نَحْوُ القَمْلَةِ – «يُعِيدُ الوُضُوءَ» وَقَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: «إِذَا ضَحِكَ فِي الصَّلاَةِ أَعَادَ الصَّلاَةَ وَلَمْ يُعِدِ الوُضُوءَ» وَقَالَ الحَسَنُ: «إِنْ أَخَذَ مِنْ شَعَرِهِ وَأَظْفَارِهِ، أَوْ خَلَعَ خُفَّيْهِ فَلاَ وُضُوءَ عَلَيْهِ» وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: «لاَ وُضُوءَ إِلَّا مِنْ حَدَثٍ»
Atho’ menuturkan – perihal orang yang dari duburnya keluar cacing, atau dari kemaluannya keluar sejenis kutu – “Mereka harus mengulangi wudhu”.

Sedangkan Jabir bin Abdillah menyampaikan: “Ketika kalian tertawa dalam sholat harus mengulangi sholatnya dan tidak mengulangi wudhu.

Dan Hasan mengajarkan: “Jika orang mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya, atau melepas muzanya maka tidak wajib wudhu baginya”.

Abu Hurairah mengatakan: “Tidak wudhu kecuali dari hadast”.

وَيُذْكَرُ عَنْ جَابِرٍ: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ ذَاتِ الرِّقَاعِ فَرُمِيَ رَجُلٌ بِسَهْمٍ، فَنَزَفَهُ الدَّمُ، فَرَكَعَ، وَسَجَدَ وَمَضَى فِي صَلاَتِهِ» وَقَالَ الحَسَنُ: «مَا زَالَ المُسْلِمُونَ يُصَلُّونَ فِي جِرَاحَاتِهِمْ» وَقَالَ طَاوُسٌ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ، وَعَطَاءٌ، وَأَهْلُ الحِجَازِ لَيْسَ فِي الدَّمِ وُضُوءٌ وَعَصَرَ ابْنُ عُمَرَ بَثْرَةً فَخَرَجَ مِنْهَا الدَّمُ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ وَبَزَقَ ابْنُ أَبِي أَوْفَى دَمًا فَمَضَى فِي صَلاَتِهِ ” وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ، وَالحَسَنُ: ” فِيمَنْ يَحْتَجِمُ: لَيْسَ عَلَيْهِ إِلَّا غَسْلُ مَحَاجِمِهِ “
Dan diriwayatkan dari Jabir: “Sesungguhnya Nabi s.a.w. dulu dalam perang Dzatiriqo’ ada seorang laki-laki dipanah dan mengalir darhnya, ia rukuk dan sujud sampai selesai sholatnya”.

Dan Al-Hasan menceritakan: “Mereka tidak henti-henti mereka shalat keadaan luka mereka”.

Dan Thous, Muhammad bin Ali, Atho’ dan warga Hijaz: “Tidak ada wudhu yang berkaitan dengan darah”.

Ibnu Umar juga pernah memencet jerawatnya dan keluar darah dan tidak wudhu.

Dan Ibnu Abi Auf pernah meludah darah sebelum sholatnya.

Dan Ibnu Umar dan Al-Hasan mengatakan perihal orang yang bekam: “Orang yang bekam tidak perlu berwudhu cukup membasuh bekas bekamnya”.

[Hadist Shohih Bukhari Kitabul Wudhu]


176 – حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ المَقْبُرِيُّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ يَزَالُ العَبْدُ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَ فِي المَسْجِدِ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ مَا لَمْ يُحْدِثْ» فَقَالَ رَجُلٌ أَعْجَمِيٌّ: مَا الحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: الصَّوْتُ يَعْنِي الضَّرْطَةَ
… Nabi s.a.w. bersabda: “Seorang hamba tidak henti-henti mendapatkan pahala sholat selama di dalam masjid menunggu shalat selagi belum batal wudhunya”.

Seorang laki-laki asing bertanya: “Apakah yang dimaksudbatal, ya Aba Hurairah?

Aba Hurairah menjawab: “Yaitu kentut”.

[Hadist Shohih Bukhari No. 176 Kitabul Wudhu]