Menjaga niat

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya” itulah sebuah dalil yang sudah sering kita dengar. Salah satu makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwasanya seseorang mendapatkan pahala atau tidak atas amalan yang dikerjakannya tergantung bagaimanakah niatnya. Walaupun amalan yang dikerjakan sudah saking banyaknya hingga tak terhitung jumlahnya, jika tidak disertai niat yang murni karena Allah, maka segala yang dikerjakan itu menjadi muspro, tidak berpahala.
Di akhirat nanti, orang seperti itu hanya akan diiming-imingi balasan amalnya. Balasan yang seharusnya didapatkan hanya akan diperlihatkan padanya. Jika saja dulu saat di dunia amalannya diniati karena Allah, maka ia akan mendapat “begini... begitu... dan seperti itu...”. Namun, karena tidak niat karena Allah maka semua itu tidak jadi ia dapatkan.
Tak hanya itu, mengerjakan amalan dengan niat karena selain Allah, entah karena ingin dipuji, ingin mengambil hati calon mertua "heis", atau sekedar pencitraan, termasuk syirik khofi (syirik yang samar).
Jadi, amalan yang dikerjakan tidak mendatangkan pahala justru malah berbuah dosa. "Sungguh suatu kerugian yang besar".
Tidak mudah untuk menjaga niat apalagi dalam waktu yang panjang, pasti banyak sekali yang mempengaruhi sehingga berubah niat kita.
Misalkan awalnya mau ngaji dengan niat murni karena Allah ingin masuk surga selamat dari neraka, dalam perjalanannya bisa saja berubah niat tidak karena Allah, punya niatan lain selain Allah.
Lalu bagaimanakah cara agar kita bisa selalu menjaga niat karena Allah ?
Berikut ini langkah-langkah agar bisa menjaga niat karena Allah yang saya catat dari materi pengajian beberapa tahun silam :
1. Selalu mengingat-ingat bahwa Allah akan memberi balasan berupa surga kepada orang yang niat karena Allah dan memberi siksa neraka pada yang beramal tidak karena Allah,
2. Senang beramal sholih dengan cara sembunyi, tidak senang menampakkan amal ibadah yang dikerjakan kepada orang lain,
3. Merasa khawatir amalnya ditolak/ tidak diterima oleh Allah, sehingga menghindari hal-hal yang menyebabkan amal tidak diterima, misalnya ngundat-undat, riya’, dan lain sebagainya,
4. Tidak senang apabila amal kebaikannya dipuji orang lain, sehingga amal ibadahnya tidak diceritakan pada orang lain, (termasuk lebih baik tidak perlu update status, ataupun ngetwit habis mengerjakan suatu amalan tertentu, walaupun tidak bermaksud apa-apa tapi hal itu berpotensi untuk mengubah niat ibadah kita)
5. Meneliti niat yang ada dalam hati sebelum melaksanakan amal kebaikan,
6. Memohon pertolongan kepada Allah (berdoa) agar selalu bisa menata hati dengan karena Allah dalam setiap amalan.