Mengaji ngantuk'an

Psikologi Mengaji: Peserta Ngaji Suka Ngantuk ?

Kali ini mari kita bahas tentang “Psikologi Mengaji” yang mungkin belum begitu lazim di dunia psikologi. Ini karena dorongan dari beberapa pengamatan dan cerita dari banyak majelis pengajian. Mulai dari, kalau ngaji masih ada yang ngantukan, telatan (terlambat), yang mengajar penyampaiannya mbules, mboseni (membosankan) dan sejenisnya.

Pertanyaan saya kepada Anda untuk dukung dan praktekkan hal ini mulai sekarang dan seterusnya antara lain :

Pernahkah Anda berfikir, mengapa menonton TV walaupun lama terasa sebentar, namun ketika mengikuti pengajian walaupun sebentar terasa lama?

Mengapa ketika kita nonton bola (khususnya bagi penghobi bola) meskipun sudah larut malam, 90 menit bahkan lebih bisa tetap fit mengikuti, namun ketika mengaji baru 15 menit sudah ngantuk bahkan tidur?

Mengapa jika menonton sinetron bisa menghayati, tapi ketika mengikuti materi pengajian susah menghayati?

Saya tidak tahu seberapa banyak orang yang pernah memikirkannya dan kemudian mencari solusi agar bisa ikut pengajian dengan baik, memperhatikan, semangat, dan berusaha untuk paham. Sekarang saya ganti bertanya kepada para pengajar/pemateri:

Jika saat Anda mengajar kemudian pendengarnya mengantuk, melamun, ngobrol sendiri, apalagi sampai belum faham, siapa yang pertama kali Anda koreksi?

Saya tidak tahu juga seberapa banyak yang mengoreksi pendengarnya alias menyalahkan jamaahnya atau ada juga yang koreksi diri sendiri dulu, dia ber-introspeksi, apa yang kurang dari dirinya sehingga penerimaan materi kurang direspon.

Sekarang kita tidak usah menyalahkan siapa-siapa, mulai sekarang dan seterusnya mari kita disaat sebagai pengajar (guru) bisa memberikan penyampaian yang mantap, menarik, dan mudah dipahami. Sedangkan disaat kita sebagai pendengar kita bisa usaha menatap diri, usaha untuk semangat dan usaha untuk faham.

Teknik-teknik dalam mengajar

Visualisasi

Sebelum mengajar, guru harus mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Salah satu teknik yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan melakukan visualisasi yaitu dengan cara pikirkan, bayangkan, katakana dalam hati, rasakan betapa mulianya dan luar biasanya hasil dari mengaji.

Melakukan rapport (hubungan batin)

Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Ada berbagai macam teknik rapport salah satunya yaitu dengan cara mengikuti dan menyamakan (pacing) lawan bicara. Rapport ini bertujuan untuk menjalin keakraban dan kepercayaan dari lawan bicara.

Mengingatkan outcome (hasil yang diharapkan)

Dalam mengajar guru harus selalu mengingatkan, apa outcome yang ingin dicapai.

Mengingatkan niat dalam pengajian
Mengingatkan hasil dari pengajian
Active Interaction
Interaksi pendengaran
Teknik berbicara

Tidak terlalu cepat
Tidak bertele-tele
Tidak terlalu bernada puitis

Perhatikan intonasi

Intonasi merupakan hal yang penting dalam mengajar. Dengan adanya perubahan intonasi menjadikan makna pesan yang disampaikan semakin jelas. Sehingga guru harus tahu kapan dia harus menggunakan intonasi keras dan intonasi datar.

Interaksi pandangan
Eye contact (pandangan mata) dalam mengajar

Adanya interaksi (tukar) pandangan antara seorang guru dengan muridnya merupakan hal yang penting agar seorang guru dapat menguasai murid-muridnya. Secara psikologis pendengar juga merasa mendapat perhatian dan lebih merasa dihargai oleh gurunya.

Pada saat berjalan menuju podium usahakan tidak menunduk
Pada saat duduk, kuasai arena, tatap pendengar dari ujung ke ujung
Usahakan tatap bola mata audien, jika Anda tidak berani, tatap di keningnya di antara kedua matanya
Hindari pandangan lurus/central ke depan, tapi beri perhatian pada “semua” audien
Beri perhatian khusus bagi mereka yang terindikasi kurang memperhatikan.

Memanfaatkan ekspresi wajah

Memanfaatkan ekspresi wajah dalam mengajar membantu guru untuk dapat menyampaikan tujuannya dalam mengajar. Dengan ekspresi wajah yang ditangkap oleh pendengar membuat pesan yang disampaikan semakin jelas.

Contoh:

Ketika menceritakan tentang surga ekspresinya senang
Ketika menceritakan tentang neraka ekspresinya bisa takut.
Tersenyum

Wajah ceria akan memancarkan energi positif dan mengubah suasana menjadi lebih akrab, sebaliknya wajah judes dan mahal senyum akan menciptakan kekakuan dan ketegangan. Suasana tegang akan menjadikan proses belajar mengajar kurang menarik, membosankan dan menjadikan jiwa murid tertekan sehingga belajarpun jadi menakutkan dan menjadi beban.

Interaksi perasaan

Dalam mengajar seorang guru juga harus memperhatikan interaksi perasaan. Guru harus benar-benar bisa menghayati terlebih dahulu pesan yang dia sampaikan. Guru juga semestinya bisa memahami perasaan muridnya, sehingga dalam mengajar guru bisa jaga perasaan murid, tidak tunjuk hidung, menjatuhkan murid di depan umum.

Praktikum

Menggabungkan metode teori dengan praktek dalam mengajar merupakan salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengajar dan mendidik. Metode seperti ini sangat memudahkan murid.

Dengan metode praktikum, guru juga dapat mengukur seberapa fahamnya murid menerima materi dari guru. Sehingga jika adak kesalahan dan kekurangan dalam penerimaan bisa langsung dikoreksi.

Misalnya:

Setelah memberi kemanqulan tentang suatu ayat atau hadits murid diminta untuk mengulangi menyampaikannya
Setelah guru mengajarkan dan mempraktekkan bab sholat, kemudia murid diminta mempraktekkan, sehingga guru bisa mengoreksi jika ada kesalahan.
Questioning (bertanya)
Pertanyaan terkaan (guessing with question)

Metode ini penting untuk memperkuat pemahaman dan memperbesar keingintahuan.

Metode tanya jawab

Metode ini digunakan untuk menarik perhatian dari murid. Diharapkan murid yang belum mnegerti terpancing untuk bertanya. Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam metode tanya-jawab:

Beri pujian pada yang bertanya (karena orang yang tanya kadang diidentikkan bodoh , apalagi menertawakan orang yang bertanya, jika ada pendengar lain yang menertawakannya, sebagai pengajar harus mampu me-reframe (menengahi), dan memberi penghargaan pada yang bertanya tanpa menjatuhkan yang menertawakannya). Misalnya: “Baik, pertanyaannya sangat bagus, barang kali di antara Bapak/Ibu yang datang juga ada yang belum mengerti dan memiliki pertanyaan yang sama, saya akan jawab.” Atau, “Pertanyaannya bagus sekali, dan sepertinya ada di antara Bapak/Ibu yang sudah mengetahui jawabannya. Barang kali ada yang bisa menjelaskan?”.

Bahkan kita sebagai pengajar (guru) sangat tidak etis menertawakan ketidaktahuan muridnya apalagi memarahi orang yang bertanya.

Setelah kita menjawab pertanyaan dari pendengar hindari bertanya “Sudah puas?” (karena kita tidak bisa memuaskan penanya), tapi yang harus kita lakukan bertanya “Sudah jelas/faham?”.

Jika belum mampu menjawab pertanyaan, katakana sejujurnya: “Pertanyaannya bagus sekali, meskipun demikian dalam hal ini saya belum mampu menjawab, insya-Allah saya akan tanyakan dulu pada yang lebih mengerti.”

Story-telling (metaphore)/bercerita

Bercerita adah metode yang sangat baik dalam pendidikan. Cerita pada umumnya disukai oleh jiwa manusia. Cerita memiliki pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar. Cerita tidak hanya ditujukan untuk hiburan semata, akan tetapi harus diambil pelajaran, nasehat dan hikmah yang ada di dalamnya.

Hasil dari komunikasi yang efektif dari penyampaian ilmu itu dapat diukur dari respon yang kita dapatkan, terlebih dalam hal ilmu agama bukan hanya sekedar mendapatkan informasi melainkan mampu pahami ilmu agama untuk kemudian mampu amalkan ilmu yang telah kita dapatkan. Sehingga peran guru sebagai penyampai ilmu sangatlah penting. Oleh karenanya didalam mengajar guru hendaknya mampu:

Menginformasikan
Membuat pendengar mengerti (tidak cukup didengar saja, tapi harus bisa difahami)
Menghapus keraguan dan menambah keyakinan
Mengubah tidak percaya menjadi percaya, tidak yakin menjadi yakin.

By : Siduta.com