Tiga cara therapy Ghibah

Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Nabi Muhammad Rasulullah saw sempat melihat ke dalam neraka dan Rasulullah melihat pemandangan yang mengerikan di dalamnya. Beliau berkata : “Aku diperlihatkan orang yang mencabik-cabik mukanya sendiri dengan kuku-kuku tajam mereka.”

Dengan rasa penasaran, Rasulullah saw pun bertanya kepada Malaikat Jibril. “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka adalah para penggunjing semasa hidup di dunia, dan membuka aib kehormatan dirinya.” (HR Abu Daud).

Selain itu, ghibah menjadi faktor penyebab siksa di dalam kubur. Seperti hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA: “Suatu kali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati dua kuburan lalu berkata:”Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa, bukanlah karena kesalahan yang besar. Salah seorang dari keduanya karena tidak menjaga kesucian setelah buang air, dan satunya lagi berjalan ke sana kemari menyebar namimah (mengadu domba).”(H.R Al-Bukhari no:5592)

Ghibah diibaratkan memakan daging orang lain, enak rasanya hingga susah menghentikannya. Namun, mereka tidak mengetahui bahwa daging itu sudah basi alias telah menjadi bangkai.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu berbuat ghibah terhadap yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat [49]: 12).

Ada beberapa cara agar kita terhindar dari ghibah. Pertama, Rasulullah saw perintah agar orang iman gemar berbicara yang baik atau lebih baik diam. Kedua, melakukan klarifikasi (tabayyun) bila dijumpai pembicaraan ghibah yang dapat mengarah ke fitnah memecah kerukunan sesama orang manusia.

Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Alquran :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6]

Ketiga, menjadi penengah bila ditemukan pembicaraan ghibah, nasihatilah orang yang berbicara ghibah supaya tidak fitnah, bukan malah ikut larut dalam pembicaraan ghibah.

Dan selain itu, perbanyaklah berdzikir kepada Allah SWT agar dijauhkan dari ghibah. Dzikir ibarat obat hati, sedangkan ghibah adalah penyakitnya.