Menyambut kehadiran malaikat maut


Coretan ini adalah yang paling "menyeramkan" yang pernah saya tulis. Tapi saya yakin, insyaAllah hikmah tulisan ini bisa jadi bekal jika sewaktu-waktu "saat" itu tiba.

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَ‌ۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat akan disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Ali Imran:185)

Semua tahu dalil di atas. Bahkan, sudah triliunan manusia, dari zaman Nabi Adam AS sampai sekarang, yang sudah merasakan dalil ini. Ironisnya, meski kematian adalah sebuah kepastian, jarang sekali ada yang menyambutnya dengan suka cita.

Dengan segala kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan ilmu, saya coba mengajak Anda larut dalam detik-detik saat nyawa harus lepas dari badan. Coretan ini terilhami dari jatuhnya pesawat AirAsia di Pangkalan Bun serta kematian Bapak mertua, beberapa sahabat, dan Ibunda saya tercinta.

Ada banyak "teori" yang mengupas kematian. Di antaranya ditinjau dari perspektif medis, mitologi, psikologi, dan tentu saja, agama. Masing-masing "teori" memiliki dalil penguat, baik yang tersurat maupun tersirat.

Kali ini saya tidak akan mengupas "teori-teori" di atas. Saya hanya mengajak Anda bersiap diri jika kematian telah di depan mata.

Coba bayangkan beberapa ketegangan berikut ini.

1. Anda atau saya berada di dalam sebuah pesawat di ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut. Mendadak pilot mengumumkan pesawat dalam kondisi sangat berbahaya dan kemungkinan terburuk bisa jatuh.

"Mohon maaf penumpang sekalian. Pesawat sepertinya dalam kondisi sangat berbahaya. Semoga kita bisa selamat dalam perjalanan ini. Semoga Tuhan bersama kita semua."

2. Anda atau saya sedang berada di atas kapal pada malam hari di lautan lepas. Mendadak terjadi kerusakan yang memungkin kapal tenggelam dalam waktu kurang dari 15 menit.

"Diberi tahukan kepada semua penumpang bahwa kapal dalam keadaan terbakar dan akan tenggelam. Segera bersiap melakukan tindakan evakuasi. Semoga Tuhan bersama kita."

3. Mendadak dokter memvonis Anda atau saya menderita penyakit ganas yang belum ditemukan obatnya. Usia Anda atau saya diperkirakan tak lebih sari satu tahun.

"Maaf, Tuan/Nyonya, hasil uji lab menunjukkan Anda positif mengidap kanker stadium empat koma lima. Semoga Anda diberi kekuatan dan kesembuhan."

4. Secara tiba-tiba malaikat maut bertamu pada waktu Anda atau saya sedang tertidur pulas atau ketika terjadi musibah/bencana alam mendadak. Yup, mati tanpa persiapan sedikitpun.

Hiiiii, serem sekali membayangkan hal-hal mengerikan itu. Saking menakutkannya, hanya sedikit manusia yang benar-benar mau sejenak merenunginya.

Yup, Anda dan saya, dan kebanyakan manusia memang enggan bahkan takut mati. Kalau boleh ikut menentukan nasib, kita pasti minta umur panjang yang barokah.

Namun sesuai tema di atas, kematian adalah sebuah keniscayaan. Karenanya, ada baiknya kita bersiap diri supaya bisa "nyaman" saat berjumpa malaikat Izroil.

Berikut tips agar bisa "tenang" ketika nyawa harus ditarik keluar dari jasad.

BERTEMU ALLAH
Begitu kematian mendekat, lebih baik fokus mengingat Allah. Salah satunya membayangkan semua hal positif yang dijanjikan Sang Pemilik Kehidupan, yaitu surga bagi orang-orang baik.

Mati berarti masuk ke alam ghaib. Alam di mana para malaikat dan Allah berada. Dengan mati, manusia bisa bertemu Allah, Dzat yang Maha Baik, Maha Pengasih, Maha Pengampun, dan Maha Penyayang.

Betapa senangnya bisa bertemu dengan Dzat yang sangat luar biasa. Ucapan "Laa ilaha illallah (tiada Tuhan kecuali Allah) adalah yang terbaik sebelum menghembuskan napas terakhir.

MENAHAN SAKIT
Kita pasti pernah merasakan sakit. Entah itu saat dikhitan (bagi laki-laki) atau melahirkan (bagi kaum perempuan). Dari pengalaman ini, kita anggap saja mati akan "menyakitkan" seperti itu. "Kayak digigit semut."

RELA PERGI
Ketika ajal tiba, pasrah bongko'an lebih baik. Tak usah melawan. Legowo saja jika harus "berakhir sampai di sini." Memang sedih karena gak bisa lagi jalan-jalan, makan enak, merajut karir, nongkrong bareng, main futsal, mengejar mimpi, atau bercinta dengan pasangan.

Tapi mati ada baiknya juga lho. Kita gak perlu lagi capek-capek cari duit, gegeran sama teman kantor, dimarahi juragan, dikejar target, atau ketemu orang-orang menyebalkan. Pokoknya tidur terussssssss. "Zzzzzzzzzzz." (kondisi ini khusus buat orang-orang baik yang akrab dengan Allah).

Mudah-mudahan Allah memberi kita bisa tergolong jiwa-jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah). Saratnya, ikuti jejak orang-orang sholih. Mereka punya ilmu dan petunjuk bagaimana meninggalkan dunia dengan hati ridho dan diridhoi.

Di antara petunjuk itu adalah:

Pertama
Rajin mengingat Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta. Sholat, dzikir, doa, membaca Alquran adalah di antara cara efektif mengingat Allah.

Kedua
Mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya. Jadi, pas ketemu Dia kita bisa agak pede (meski hati dan tubuh gemetaran). Banyak pahala dan sedikit dosa menjadi modal awal yang bagus.

Ketiga
Tidak terlalu cinta dengan kesenangan duniawi. Apa yang kita punyai kita syukuri. Yang masih dalam pencarian/pengejaran, diikhtiyari tanpa melalaikan hak-hak Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian.

So, sewaktu-waktu disuruh ninggalin semua harta dan orang-orang tercinta, kita bisa bersikap "Nothing to Loose." Kita juga bisa bilang:
"Bye bye semuanya. Gue pergi dulu ya. Allah udah minta gue balik nih. Sampai ketemu di akhirat. Jangan khawatir, giliran loe juga pasti datang kok. See you guys! Wassalamu'alaikum. Ya Allah ampunilah semua dosaku dan terimalah amalan baikku. Laa ilaha illallah."

Coretan by imam gem sufaat