Penasehat vs pencela


Tujuan pemberi nasehat adalah untuk melakukan perbaikan, dengan menutup rahasia (keburukan orang yang dinasehati), dan memperbaiki kekurangannya.
Sebaliknya tujuan seorang pencela adalah untuk membongkar rahasia dan aib, menyebarkan fitnah dan kerusakan, menimbulkan kebencian bagi orang yang dinasehati.
Seorang pemberi nasehat wajib menunaikan hak saudaranya seiman yang memang wajib untuk ia tunaikan. Sehingga ia mendapatkan pahala dari nasehat yang ia berikan untuk saudaranya.
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Adapun seorang Pencela, mengoyak hak-hak hamba Allah, memecah belah kerukunan serta merusak agama mereka. Lebih jauh lagi dia berdosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai balasan atas perbuatannya yang menyakiti hamba hamba Allah dengan cara menyebarkan fitnah di tengah mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ –
"Sesungguhnya orang-orang yang senang jika berita-jelek tersiar di kalangan orang orang iman mendapatkan siksa yang sangat pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah tahu; sedangkan kalian tidak tahu.” [QS. An-Nuur : 19].
Pada ayat di atas Allah ta’ala menjelaskan bahwa menyebarkan satu kemungkaran (baik dari jenis perkataan atau perbuatan) agar beredar di kalangan orang iman, merupakan sifat orang-orang yang mendapatkan ancaman Allah ta’ala dengan adzab yang sangat pedih.
Seorang pemberi nasehat pada umumnya tidak ditunggangi oleh hawa nafsu.
Adapun seorang pencela tidaklah lepas dari hawa nafsu dan penyakit hati.
Hal itu karena seseorang yang memberi nasehat mencintai orang yang dia cintai baik untuk dirinya sendiri berupa perbuatan perbuatan baik. Kemudian, dia berusaha agar yang diberikan nasehat bertambah kebaikannya.
Adapun seorang pencela tidaklah mencintai orang yang dia cela. Tidak pula mencintai kebaikan untuknya. Bahkan sebaliknya dia mengharapkan keburukan menimpanya. Ucapannya tidak lepas dari hawa nafsu yang mendorongnya untuk menyakiti dan menimbulkan kerusakan.
Semoga manfaat dan barokah.