kisah Alqamah

Alqamah adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yang taat, kuat beribadah dan rajin pula bersodaqoh. Namun rupanya beliau ini setelah berumah tangga, kurang memerhatikan ibunya. Karena itu, terpaksalah sang Ibu mondok sendirian, hingga berlalu beberapa lama sang sang ibu belum juga mendapat santunannya menurut semestinya. Maka akibat dari pada itu, sang ibunda beliau agak kecewa dan berhati kecil terhadap anaknya Alqamah yang kurang memperhatikan dirinya itu.
Akhirnya pada suatu hari, Alqamah jatuh sakit keras sehingga sanak saudara kaum familinya datang memenuhi rumahnya. Hanya Ibunya yang belum hadir. Sementara Alqamah ternyata dalam keadaan sakaratul maut, maka di antara yang hadir menalqinkan kalimat tauhid; LA ILAAHA ILLALLAH.
Namun beliau tidak dapat mengikutinya, di ulang berkali-kali, namun Alqamah belum juga dapat menirukannya, malah mulutnya tertutup dan ia membungkam seribu bahasa, hanya kelihatan susah dan gelisah dengan matanya yang membelalak seakan-akan ia minta tolong.
Semua sahabat handai tolannya keheran-heranan, sebab mereka tahu benar bahwa Alqamah ini seorang sahabat Nabi yang taat dan sholeh, dan menurut mereka ia adalah teladan yang baik dicontoh selama hayatnya. Maka dari itu merekapun bingung sambil saling berbisik-bisik tanya menanya, mengapa beliau ini demikian, padahal ia adalah seorang sahabat Nabi yang shaleh.

Meraka lalu memberitahu kejadian ini pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”
Seseorangpun menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua.”

Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu."

Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.

Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan puteramu Alqamah?”

Si ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan solat, banyak puasa dan senang bersedekah.”

Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”

Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”

Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”

Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan isterinya dibandingkan saya dan dia pun derhaka kepadaku.”

Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kemarahan ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak dapat mengucapkan syahadat.”

Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”

Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”

Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”

Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”

Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya azab Allah lebih pedih dan lebih sengsara, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, solat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,”

Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.

Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah boleh mengucapkan syahadat atau pun belum, barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”

Maka Bilalpun berangkat, dan sesampainya dirumah Alqamah dia menjumpai Alqamah ternyata sedang menarik nafasnya yang terakhir sambil mengucapkan kalimat tauhid, dengan muka yang jernih dan mata yang sayu memandang dengan bibir yang tersenyum tersungging di bibir itu kalimat Thaiyibah : ”LA ILAAHA ILLALLAH”
Ia kembali dengan tenang dan wajah berseri seri. ”INNA LILLAHI WA INNA ILAHI ROJIUN” Alqamah telah kembali ke Rahmatullah dengan tenang.
Maka, Bilalpun berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak mampu mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”

Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau mensholatkannya dan menguburkannya.

Lalu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang melebihkan isterinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertaubat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.