Wudhu


Suci adalah syarat sahnya shalat. Seseorang tidak dikatakan shalat bila tidak suci badan dan tempatnya. Salah satu cara mensucikan diri adalah dengan berwudhu. Walau demikian seorang Muslim tidak harus berwudhu setiap akan shalat. Sekali wudhu bisa digunakan untuk sholat beberapa kali selagi belum batal.

وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الكَعْبَيْنِ}
Firman Allah yang Maha Mulya: “Ketika engkau hendak shalat basuhlah wajahmu, dan kedua tanganmu sampai sikut, dan usaplah kepalamu dan dua kakimu sampai mata kaki”.
[Surah Al-Maidah ayat 6]

135 – حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الحَنْظَلِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ» قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ: مَا الحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟، قَالَ: فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ
… Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak diterima sholatnya orang yang hadast sehingga dia berwudhu” Dan seorang laki laki dari Hadramaut bertanya: “Apakah hadast itu: Aba Hurairah menjawab: “Jimak dan berak / kencing.
[Hadist Shohih Bukhari No. 135 Kitabul Wudhu]

Wudhu adalah bersuci dengan menggunakan air putih yang suci, bisa; air sumur, air sungai, air hujan dan sebagainya. Bejana air untuk berwudhu bisa berupa wadah seperti panci, rantang dan sejenisnya, bisa bak mandi atau bisa juga air yang mengalir dari kran.

Tata cara berwhudu tuntunan Nabi shalallohu alaihi wa sallam sebagaiman diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Zaid adalah sebagai berikut:

Membaca Basmallah.
Membasuh telapak tangan.
Berkumur dan menghisap air ke hidung kemudian disemprotkan.
Membasuh wajah.
Membasuh kedua tangan sampai sikut.
Mengusap kepala / rambut kepala dengan telapak tangan. Telapak tangan diusapkan berjalan mulai dahi sampai tengkuk dan kembali ke dahi.
Membasuh kedua kaki
Membaca doa setelah berwudhu.
Jumlah mengusap atau membasuh anggota badan bisa satu kali, dua kali atau tiga kali.

199 – حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ يَحْيَى، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: كَانَ عَمِّي يُكْثِرُ مِنَ الوُضُوءِ، قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ: أَخْبِرْنِيا كَيْفَ رَأَيْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ؟ «فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ، فَكَفَأَ عَلَى يَدَيْهِ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مِرَارٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ، فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ مِنْ غَرْفَةٍ وَاحِدَةٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاغْتَرَفَ بِهَا، فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَمَسَحَ رَأْسَهُ، فَأَدْبَرَ بِهِ وَأَقْبَلَ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ» فَقَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ
… Ayahnya Amru bin Yahya meriwayatkan: Pamanku adalah orang yang memperbanyak berwudhu maka ia bertanya bertanya pada Abdullah bin Zaid: Kabarkanlah saya bagaimana engkau melihat wudhunya Nabi s.a.w.

Maka Abdullah minta wadah air. Abdullah menuangkan air di tangannya dan membasuh kedua tangannya tiga kali.

Kemudian memasukkan kedua tangannya dalam wadah maka ia berkumur dan mengisap air ke hidung dan tiga kali, dari satu kali cawukan air.

Kemudian memasukkan tangannya dalam wadah dan mencawuk air, maka membasuh wajahnya tiga kali.

Kemudian ia membasuh kedua tangannya sampai sikut dua kali-dua kali. Kemudian mengambil air dengan tangannya, maka mengusap kepalanya, maka memundurkan sampai tengkuk dan mengembalikan sampai dahi.

Kemudian membasuh kedua kakinya.

Maka Abdullah bin Zaid berkata: “Demikian inilah saya melihat Nabi s.a.w. berwudhu”.

[Hadist Shohih Bukhari No. 199 Kitabul Wudhu]


148 – أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حَرْبٍ الْمَرْوَزِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ وَأَبِي عُثْمَانَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فُتِّحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
[Hadist Sunan Nasa’i No. 148 Kitabu Thoharoh]