Penjual nasi bakar menjadi pemilik PriAventure travel


Penjual Nasi Bakar Jadi Bos Travel
(Oleh mas Imam gem Sufaat)

Ini kisah hidup seorang sahabat bernama Anshar. Saya biasa memanggilnya Bang Anshar. Sebagian teman ada yang memanggilnya Anchay.

Usianya tiga tahun di atas saya. Dia kelahiran Makassar, 23 Februari 1974. Seperti kebanyakan orang kelahiran 1970-1980, hobinya adalah sepak bola. Bang Anshar adalah suporter setia PSM Makassar. Dia juga suka band rock macam Iron Maiden, Metalica, Guns & Roses, Skid Row, God Bless, Surabaya Rock Band, SAS, Ucamp, Slank, dan sejenisnya.

Bang Anshar kali pertama merantau ke Jakarta pada 1993. Ketika itu, dia sedang mendukung laga PSM Makassar di Jakarta. Bersama belasan teman sekampung, anak ketiga dari lima bersaudara ini putar-putar Ibu Kota.

Singkat cerita, Bang Anshar kepincut dengan Jakarta. Dia enggan balik ke Makassar dan memilih tinggal di Jakarta. Dari sini, petualangan dimulai. Bang Anshar menjajal aneka profesi demi bertahan hidup. Pernah dia bekerja sebagai kru film. Pernah juga bekerja sebagai buruh pabrik di Karawang.

Bosan jadi buruh pabrik, Bang Anshar menjajal profesi sebagai tukang catat di rekanan Bulog. Pernah juga sebagai sales engineering sebuah perusahaan di Jakarta.

Saat di Jakarta inilah, saya berkenalan dengan Bang Anshar. Dia menikahi seorang gadis tetangga saya di Cempaka Putih, Jakpus. Kami pun mulai akrab karena Bang Anshar sejak itu tinggal di Cempaka Putih.

Usai menikah, ekonomi Bang Anshar sempat terpuruk. Dia mencoba berbagai usaha, namun gagal. Pernah Bang Anshar berjualan nasi bakar di perkantoran dekat Kebon Sirih.

Suatu siang, saya mampir di warungnya. Sedih sekali, warung itu sepi pengunjung. Bang Anshar duduk termenung sembari menunggu dagangannya.

"Bang, mau tidak saya ajak bertamu ke rumah bos travel. Siapa tahu, beliau sedang cari karyawan. Nanti, saya bantu ngomong," ajak saya.

"Mau, Mas Imam. Kapan-kapan kita ke sana ya," jawab Bang Anshar.

Suatu malam, saya dan Bang Anshar bertamu ke rumah Bapak H. Bashori. Beliau adalah pemilik travel haji umrah Multazam Utama. Rumahnya tak jauh dari kontrakan saya di Cempaka Putih. Kami menyampaikan maksud untuk bisa berkarya di Multazam Utama. Alhamdulillah, Bapak H. Bashori mengamini rencana kami.

"Mampir saja ke kantor. Nanti kita bicarakan lebih lanjut," kata Bapak H. Bashori yang terkenal dermawan.

Singkat cerita, Bang Anshar bekerja di Multazam Utama pada 2012. Dia dipercaya sebagai staff ticketing. Dari sini, dia belajar banyak tentang jual-beli tiket luar negeri, khususnya Timur Tengah. Putra pasangan H. Abdul Azis Pata dan Hj. Nurhasni ini juga sempat menangani marketing dan handling di bandara.

Pada 2017, Bang Anshar memutuskan resign. Dia pun mendirikan travel haji umrah bersama dua sahabatnya, Barly Azim Jusuf dan Arief Kurniawan. Dua sahabat ini juga mantan karyawan Multazam Utama. Bahu membahu mereka merintis bisnis travel haji umrah berlabel PriAventure Anugrah Haramain.

Berbagai rintangan datang silih berganti. Meski demikian, Bang Anshar dkk tetap tegar menghadapinya. Mereka yakin dengan doa dan ikhtiyar, Allah akan menolong.

"Yang penting doa, yakin, dan musyawarah. InsyaAllah semua masalah bisa diatasi," kata Bang Anshar.

Akhir 2018 ini, PriAventure mulai menampakkan trend positif. Ratusan jamaah sudah siap diberangkatkan ke Tanah Suci. Di antara mereka, banyak yang menjadi korban penipuan travel haji umrah yang marak tahun 2017.

"Selalu berpikir positif saja Mas Imam," kata Bang Anshar saat saya tanya motto hidupnya.

Alhamdulillah, PriAventure Anugerah Haramain sudah mengantongi izin resmi dari pemerintah. Ini membuat Bang Anshar dkk leluasa melebarkan sayap ke berbagai daerah di Indonesia.

Bang Anshar sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberi kemudahan bisa berkiprah di bidang travel haji umrah. Dia juga sangat bersyukur kepada Bapak H. Bashori sekeluarga yang telah berkenan memberikan tempat untuk bekerja dan belajar.

Semoga kisah singkat ini bermanfaat untuk Anda. Betapa jalan hidup manusia selalu menyimpan cerita. Tugas kita adalah berdoa, yakin, ikhtiyar, sabar, dan tawakkal.