Perlunya guru



Kita tidak bisa belajar tanpa guru hanya dengan membaca atau belajar lewat Sosial Media.

Bagaimana bisa kita belajar tanpa guru (manqul), tidak memiliki sanad (musnad), dan tidak bersambung sampai kepada Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam (mutasshil). 

Bagaimana bisa mengerti arti suatu ayat Qur’an ataupun hadits, hanya dengan membaca ?

Padahal para Nabi pun diberikan wahyu oleh Allah secara langsung (seperti Nabi Musa), maupun melalui para malaikatnya (seperti Nabi Muhammad). 

Jika Nabi dan Rosul saja diharuskan belajar dari guru, pantaskah kita belajar tanpa guru? Apakah kita lebih hebat dari Nabi, sehingga bisa mengartikan sendiri ayat-ayat Al-Qur’an dan sabda Nabi Sholallahu 'Alaihi Wasallam.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ الْمُقْرِئُ الْحَضْرَمِيُّ حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ مِهْرَانَ أَخِي حَزْمٍ الْقُطَعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ

Dari Jundub, dia berkata, "Rosululloh Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barang siapa berbicara tentang Kitab Allah Yang Maha Mulya dan Maha Agung dengan pendapatnya sendiri lalu benar, maka sungguh sungguh salah"