Sedulur. Tahu Ngga' Perayaan malam tahun baru, pada umumnya tidak lepas dari PESTA KEMBANG API. Asalnya adalah pestanya kaum PENYEMBAH API.
Mungkin banyak di antara kita yang belum mengetahui bahwa kaum pagan Persia yang beragama Majusi (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama Jamsyad, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi Nairuz pada awal tahun. Nairuz sendiri berarti tahun baru. Kaum Majusi juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Kisah perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh Al-Imam an-Nawawi rahimahullah.
Di dalam perayaan itu, kaum Majusi MENYALAKAN API dan MENGAGUNGKANNYA –karena mereka adalah penyembah api.
Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan khamr (minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.
Perayaan menyambut tahun baru juga termasuk syi'ar kaum Yahudi, yang dijelaskan di dalam Taurat mereka, yang mereka sebut dengan awal Hisya atau pesta awal bulan, yaitu hari pertama tasyrin, yang mereka anggap sama dengan hari raya 'Idul Adha-nya kaum muslimin. Mereka mengklaim bahwa pada hari itu, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ishaq ‘alaihissalam yang lalu ditebus dengan seekor kambing yang gemuk.
Sungguh ini adalah sebuah kedustaan yang besar yang diada-adakan oleh Yahudî. Karena sebenarnya yang diperintahkan oleh Allah untuk disembelih adalah Isma'il Alaihissalam bukan Ishaq Alaihissalam. Karena sejarah mencatat bahwa Isma'il lebih tua daripada Ishaq dan usia Ibrahim pada saat itu adalah 99 tahun. Mereka melakukan tahrif (penyelewengan fakta) semisal ini disebabkan oleh kedengkian mereka. Karena mereka tahu bahwa Isma'il adalah nenek moyang orang Arab sedangkan Ishaq adalah nenek moyang mereka.
Kemudian datanglah kaum Nasrani mengikuti jejak orang-orang Yahudi. Mereka berkumpul pada malam awal tahun Miladiyah. Dalam perayaan ini mereka melakukan do'a dan upacara khusus, begadang hingga tengah malam. Mereka habiskan malam mereka dengan bernyanyi-nyanyi, menari-nari, makan-makan dan minum-minum sampai menjelang detik-detik akhir pukul 12 malam. Lampu-lampu dimatikan dan setiap orang memeluk orang yang ada di sampingnya, sekitar 5 menit. Semuanya sudah diatur, bahwa disamping pria haruslah wanita. Kadang-kadang mereka saling tidak mengenal dan setiap orang sudah tahu bahwa orang lain akan memeluknya ketika lampu dipadamkan. Mereka memadamkan lampu itu bukannya untuk menutupi aib, namun untuk menggambarkan akhir tahun mulainya tahun baru.
Kemudian perayaan menyambut tahun baru dijadikan syi'ar oleh kaum Nasrani. Mereka menjadikannya SATU PAKET dengan peringatan Natal, sehingga dimunculkan ucapan:
"Selamat Hari Natal & Tahun Baru"
Bagi sebagian orang Indonesia yang pernah berada di negara Saudi pada akhir bulan Desember misalnya ketika haji atau umroh, maka akan terheran-heran karena malam pergantian tahun baru sepi sepi saja, tidak terdengar tiupan trompet, tidak juga pemandangan indah kilauan kembang api warna-warni di angkasa atau bahkan tidak nampak orang saling sekedar mengucapkan selamat tahun baru.
Lantas mengapa ini bisa terjadi? Jawabnya, sebagian besar masyarakat di sana bangga dengan Islam sebagai jati diri, tidak merasa rendah dihadapan pemeluk agama lainnya terutama ketika mengetahui:
1. Rasulullah Shollallaahu ‘alayhi wa sallama bersabda ketika beliau melihat kaum anshor merayakan hari raya di masa jahiliyah mereka: “Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersukaria padanya di masa jahiliyah, kemudian Allah menggantikan untuk kalian dua hari raya yang lebih baik dari keduanya, yaitu Iedul Qurban dan Iedul Fithri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa-i dan Al Baghowi – shahih).
2. Wasiat Nabi: “..Wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur Rosyidin..” (HR Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Al Hakim – shahih.)
3. Seringnya Nabi memerintahkan agar umat Islam menyelisihi kebiasaan-kebiasaan orang Nasrani, Yahudi atau Majusi baik dalam perkara ibadah hingga masalah janggut. Tentunya Nabi tidak tanpa sebab memerintahkan demikian, hal itu karena beliau melihat umatnya sering ‘minder’ atau ‘kagum’ melihat ‘kebesaran’ budaya umat-umat sebelumnya seperti Bani Israil (Yahudi), Romawi (Nasrani) dan Persia (Majusi). Beliau sangat ingin umat beliau bangga dengan agama dan syariatnya.
4. Merayakan Tahun Baru disikapi oleh pemeluk agama Kristen dengan beribadah di gereja-gereja sehingga menjadi bagian ibadah tahunan mereka. Dan sebenarnya perayaan ini pun mengadopsi kebiasaan kaum pagan / penyembah dewa-dewa.
“Julius Caesar Penguasa Romawi menetapkan tanggal 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru sejak tahun 46 sebelum masehi. Romawi mendedikasikan hari itu untuk Janus, dewa semua pintu gerbang, pintu-pintu dan permulaan waktu. Januari sendiri diambil dari nama Janus dewa yang memiliki 2 wajah, satu ke masa depan satu ke masa lalu.”
(The world Book encyclopedia 1984 vol 14 hal 237).
5. Telah mafhum bahwa malam tahun baru banyak diisi dengan adanya berbagai ketidaktaatan yang dilakukan sebagian orang seperti: kemubaziran misal dengan membakar kembang api, hura hura. Juga pesta-pesta campur baur antara pria wanita yang bukan mahram, dihidangkannya minuman keras, kencan bahkan perzinahan.
Maka, mengingat sabda-sabda Nabi, kemudian mengetahui kemusyrikan yang melatarbelakangi diperingatinya tahun baru serta kemaksiatan yang banyak terjadi dalam peringatan tahun baru, maka sudah selayaknya kaum muslimin di sana berlepas diri dari peringatan-peringatan yang tidak syar’i semacam perayaan tahun baru. Nah kini, bagaimana dengan kita? Semoga Allah limpahkan hidayah dan kekuatan