“Allahumma arinal haqqa, haqqaa, warzuqnattiba’ah, wa arinal baathila baathila, warzuqnajtinabah” “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang haq (benar) itu sebagai haq (benar), dan karuniakanlah kepada kami kekuatan untuk mengikutinya (memperjuangkannya), dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan karuniakanlah kepada kami kekuatan untuk menjauhinya (menghapuskannya).
Pesan palsu Nuzulul Quran
Beredar Pesan Palsu 'Nuzulul Qur'an' Yang Mengatasnamakan Nabi dengan menggunakan hadits hadits palsu seperti di bawah ini,
______________
"Ass... Mengingatkan Tepat jam 24.00 Wib malam nanti, akan datangnya Malam Nuzulul quran. Rasullullah Bersabda "Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita Nuzululquran kepada Yang Lain, maka Haram Api Neraka Baginya".
Dan tolong baca sebentar saja kita berdzikir mengingat اَللّهُ ... bismillah "Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaaha ilallah, Allahu-Akbar, Laa haula wala quwata illa billahil aliyil adzim”
Bila disebarkan, Anda akan membuat beribu-ribu manusia berzikir kepada Allah SWT آمِّيْنَ آمِّيْنَ آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Maaf... Jangan putus di Anda.
Gak sampai 1 menit kok.. اَللّهُ Maha Besar..."
______________
Saya selalu bertanya-tanya di dalam hati
Apakah orang yang membuat pesan diatas tidak takut kepada Allah?
Membuat hadits palsu atas nama Rasulullah?
Berdusta atas nama Rasulullah.
Netizen yang awam pun tanpa berpikir panjang langsung share, share dan share.
Dikirim secara massal melalui SMS, BBM, WhatApps, Instagram dan Facebook.
Hingga akhirnya menjadi viral.
Dan hal itu dianggap bagian dari ibadah.
Mereka pun meyakini bahwa itu sebagai sebuah kebenaran.
Karena datangnya dari Nabi.
Inna lillah wa inna ilaihi rojiun.
Kita tahu, Bahwa berdusta atas nama seseorang, walaupun bukan orang yang mulia, merupakan dosa dan aib bagi pelakunya.
Lalu bagaimana jika berdusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , yang perkataan dan perbuatannya adalah sumber ajaran Islam?
Sudah Pasti, berdusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merupakan dosa besar yang mengakibatkan pelakunya akan masuk neraka. Dalam sebuah hadits shahih, Imam Bukhori meriwayatkan:
عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Dari al-Mughirah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. (HR. Bukhori)
Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menegaskan:
لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
"Janganlah kamu berdusta atasku, karena sesungguhnya barangsiapa berdusta atasku, maka silahkan dia masuk ke neraka." (HR. Bukhori dan Muslim)
مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ
"Barangsiapa menceritakan sebuah hadits dariku, dia mengetahui bahwa hadits itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta." (HR. Muslim di dalam Muqaddimah)
Dalam hadits lainnya disebutkan pula,
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Seorang mukmin memiliki tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.” (HR. Ahmad)
Imam Adz Dzahabi dalam kitab 'Al Kabair' (dosa-dosa besar) menjelaskan, “Berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal berarti ia melakukan dosa besar dan masuk dalam ranah kekufuran.”
Oleh karena itu, Berhati-hatilah dalam menyampaikan sebuah pesan yang ditulis hadits di dalamnya. Masyarakat harus diberikan kesadaran, Mereka harus dibiasakan untuk selalu kritis jika terkait dengan ajaran syariat. 'Ini diambil dari kitab apa?' 'Mana dalilnya?' 'Itu hadits statusnya apa?' dsb. Jangan cuma asal guru berkata maka perkataan guru itulah yang dianggap paling benar. Sekalipun ucapan itu muncul dari mulut seorang kyai ternama, ajengan, habib, ustadz dll, mereka semua itu manusia biasa, Mereka bukan dalil atau sumber ajaran Islam. Tak ada salahnya untuk bertanya pada guru kita, 'Ini hadits dari kitab apa?', 'Bagaimana riwayatnya?', 'Bagaimana status haditsnya?', 'Dari kitab apa dinukil?' dll. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang berdusta atas nama Nabi apalagi mendukungnya. Neraka taruhannya! Naudzubillah min dzalik, Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga semua dari segala keburukan, dan menuntun kita di dalam segala kebaikan.