"AMALAN 10 MALAM TERAKHIR"
"LAILATUR QODAR"
Lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an, dimana malam ini lebih utama dari 1000 bulan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا
مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang
dibarokahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4).
Malam yang dibarokahi dalam ayat ini adalah lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)
Kebarokahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
(4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaik
Dan firman Allah Ta’ala:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
"Carilah Lailatul Qadar itu pd malam malam ganjil dari 10 hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR Bukhari no. 1878)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْها :
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan Lailatul Qadar ? Beliau bersabda Berdoalah :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى ‘
"Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku" (HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih).
IKTIKAF"
Dalilnya berdasarkan Al Quran, As Sunnah, dan Ijma’, yakni sebagai berikut:
Al Quran
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ
Janganlah kalian mencampuri mereka (Istri), sedang kalian sedang I’tikaf di masjid. (QS. Al Baqoroh : 187)
As Sunnah
Dari ‘Aisyah Rodiallohu ‘Anha:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ
اللَ?ّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Romadhon sampai beliau diwafatkan Alloh, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR. Bukhori, No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462, dan lainnya)
Dari Abu Huroiroh Rodhiallohu ‘Anhu, katanya:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ
الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Dahulu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Romadhon 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhori No. 694, Ahmad No. 8662, dll)
Dari Aisyah rodhiallohu anha dia berkata:
كَانَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ (أَيْ: عَشْرُ رَمَضَانَ) أَحْيَا اللَّيْلَ
وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
“Jika sudah masuk kesepuluh hari (yakni: sepuluh terakhir romadhon), Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya (untuk sholat), dan beliau menguatkan ikatan sarung beliau (tidak jima’).” (HR. Al-Bukhori no. 2024 dan Muslim no. 1174).