“Allahumma arinal haqqa, haqqaa, warzuqnattiba’ah, wa arinal baathila baathila, warzuqnajtinabah” “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang haq (benar) itu sebagai haq (benar), dan karuniakanlah kepada kami kekuatan untuk mengikutinya (memperjuangkannya), dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan karuniakanlah kepada kami kekuatan untuk menjauhinya (menghapuskannya).
Keutamaan ayat Kursi
A Y A T K U R S I
Bacaannya calon Ahli Surga setelah Shalat 5 Waktu
Ayat Kursi juga dibaca setelah shalat, sebagaimana yg disebutkan dalam hadits riwayat Abi Umamah رضي الله عنه, dia berkata:
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda :
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْت
ُ
“Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian”.
[HR. ath-Thabrani no. 7532] - Shahih
Jadi batas / tabir antara Dirinya dan Pintu Surga adalah kematiannya saja..
InsyaAllah bila sewaktu- waktu dia mati, maka dihadapannya adalah Surga.. Kenikmatan Akhirat.. MasyaAllah..
Kisah Abu Qilabah
KISAH ABU QILABAH
BALASAN NAN INDAH
Abu Ibrahim bercerita:
Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang…
Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..
Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:
الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..
Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…
Aku heran mendengar ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh… ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi… kedua tangannya buntung… matanya buta… dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya…
Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…
Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”
“Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.
“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.
“Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya.
“Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku.
“Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya.
“Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.
“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…?
“Betul.” jawabku. Lalu katanya, “Berapa banyak orang yang gila?”
“Banyak juga.” jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.” Jawabnya.
“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.
“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.
“Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
“Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.
“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.
“Wah, banyak itu.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.
“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”
“Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…
Betapa banyak pesakitan selain beliau, yg musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yg lumpuh, ada yg kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yg kehilangan organ tubuhnya… tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya… mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar…
Aku pun menyelami fikiranku makin jauh… hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan:
“Hmmm, bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?”
“Iya.. apa permintaanmu?” Kataku.
Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun… dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku… sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja… dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya…”
Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya…
Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut… aku tak tahu harus memulai dari arah mana…
Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua.
Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu… maka segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun kecuali pada bangkai, atau sisa makanan.
Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.
Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung…
Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah…
Aku pun turun dari bukit… dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam…
Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian… ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?
Aku berjalan menujuk kemah pak Tua… aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana?
Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam… maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya… ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?”
Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”
“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya.
“Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.
“Tentu Ayyub…” jawabnya.
“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku.
Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya… lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya…
Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku…
Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya… maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”
“Iya..” Jawab mereka.
Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya… namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”
Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh…
Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah…
Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah… ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna… ia berjalan-jalan di tanah yang hijau… maka aku bertanya kepadanya:
“Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”
Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:
( سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار )
Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali
Kisah ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian.
Diterjemahkan oleh Abu Hudzaifah Al Atsary dari kitab: ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muh. Al Arify.
BALASAN NAN INDAH
Abu Ibrahim bercerita:
Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang…
Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..
Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:
الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..
Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…
Aku heran mendengar ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh… ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi… kedua tangannya buntung… matanya buta… dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya…
Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…
Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”
“Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.
“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.
“Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya.
“Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku.
“Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya.
“Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.
“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…?
“Betul.” jawabku. Lalu katanya, “Berapa banyak orang yang gila?”
“Banyak juga.” jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.” Jawabnya.
“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.
“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.
“Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
“Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.
“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.
“Wah, banyak itu.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.
“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”
“Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…
Betapa banyak pesakitan selain beliau, yg musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yg lumpuh, ada yg kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yg kehilangan organ tubuhnya… tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya… mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar…
Aku pun menyelami fikiranku makin jauh… hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan:
“Hmmm, bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?”
“Iya.. apa permintaanmu?” Kataku.
Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun… dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku… sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja… dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya…”
Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya…
Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut… aku tak tahu harus memulai dari arah mana…
Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua.
Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu… maka segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun kecuali pada bangkai, atau sisa makanan.
Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.
Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung…
Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah…
Aku pun turun dari bukit… dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam…
Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian… ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?
Aku berjalan menujuk kemah pak Tua… aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana?
Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam… maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya… ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?”
Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”
“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya.
“Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.
“Tentu Ayyub…” jawabnya.
“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku.
Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya… lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya…
Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku…
Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya… maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”
“Iya..” Jawab mereka.
Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya… namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”
Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh…
Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah…
Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah… ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna… ia berjalan-jalan di tanah yang hijau… maka aku bertanya kepadanya:
“Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”
Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:
( سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار )
Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali
Kisah ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian.
Diterjemahkan oleh Abu Hudzaifah Al Atsary dari kitab: ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muh. Al Arify.
Pelayanan ramah hotel di Jepang terhadap tamu Muslim
Meskipun bukan sebuah negara Islam, Jepang ternyata memiliki strategi pariwisata yang ramah bagi turis Muslim. Sebuah hotel di Kyoto, Jepang, diketahui selalu menyediakan menu variatif yang halal di restorannya.
Tidak hanya itu, Hotel Granvia Kyoto, demikian namanya, juga selalu menyiapkan sebuah sajadah berkompas arah kiblat dan kitab suci Alquran. Semua itu dikhususkan bagi setiap tamu yang beragama Islam.
Dilansir dari laman situs pariwisata Kota Kyoto, kyoto.travel, di kota ini ternyata juga banyak hotel lainnya yang menyediakan layanan ramah Muslim (Muslim Friendly) . Kecuali Hotel Granvia, setidaknya ada dua hotel lain yang menyediakan menu halal setiap hari dan tentunya sajadah berkiblat serta kitab suci Alquran.
Sementara, ada enam hotel lain di kota yang sama yang masih berlabel Muslim Welcome. Berarti, hotel-hotel ini hanya bisa menyediakan sajadah berkompas kiblat dan kitab suci Alquran bagi setiap tamu Muslim yang menginap. Restoran halalnya belum tersedia.
Tidak ingin mengecewakan tamu Muslim, para pelayan setiap restoran di keenam hotel itu dapat dimintai tolong. Supaya, restorannya tidak menyuguhkan pesanan kepada pengunjung Muslim dengan peralatan masak yang telah digunakan sebelumnya untuk kuliner non-halal. Dengan begitu, tidak ada yang perlu dirisaukan.
"Kyoto sangat bangga menyambut tamu-tamu Muslim!" demikian tulis pengelola situs destinasi wisata itu,
Musa, penghafal AlQuran kebanggaan Indonesia
Masya Allah, Musa penghafal alquran 30 Juz memperoleh peringkat ketiga dalam Musabaqah Tilawatil Quran Internasional ke 23 di Mesir.
Seperti dikutip dalam laman iqna.ir disiarkan menggunakan bahasa Arab bahwa Musa mewakili Indonesia memperoleh nilai 91,17.
“Adapun diperlombaan kategori menghafal al-quran tingkat internasional di Mesir. Duduk diperingkat pertama Ala Muhammad (9 tahun) dari Provinsi Buhairah dengan nilai 98,58, selanjutnya di ikuti peringkat kedua Bilal Muhammad Sayyid (10 tahun) dan dilanjutkan dengan peringkat ketiga musa (7 tahun) dari indonesia dengan nilai 91,17,” seperti diterjemahkan oleh Facebook Al-Faqir dalam laman komentar status La Ode Abu Hanifa,Rabu (13/4) pukul 22.55 Waktu Indonesia Barat.
Berbagai komentar membanjiri status tersebut terutama ucapan rasa syukur atas prestasi yang ditorehkan oleh Musa.
اللهم حفظنا كتابك واجعلنا من العالمين والعاملين به...
Dalam rangka memenuhi undangan Kementerian Wakaf Mesir, Pemerintah RI melalui Kemenag mengutus Musa La Ode Abu Hanafi (7 tahun 10 bulan) didampingi oleh orang tuanya, La Ode Abu Hanafi untuk mengikuti Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) Internasional di Sharm El-Sheikh Mesir pada 10-14 April 2016. Jumlah peserta MHQ Internasional Sharm El-Sheikh untuk semua cabang mencapai 80 orang yang terdiri dari 60 negara antara lain Mesir, Sudan, Arab Saudi, Kuwait, Maroko, Chad, Aljazair, Mauritania, Yaman, Bahrain, Nigeria, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Australia, Ukraina, dan Indonesia serta negara-negara lainnya. Dalam hal ini, Musa merupakan utusan Indonesia satu-satunya yang berpartisipasi pada perlombaan tersebut.
Musa mengikuti lomba cabang Hifz al-Quran 30 juz untuk golongan anak-anak, dan merupakan peserta paling kecil di antara seluruh peserta lomba, karena peserta lainnya berusia di atas sepuluh tahun. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta Indonesia yang mendorong jurnalis Kantor Berita MENA mewawancarai Musa dan orang tuanya pada hari pertama kedatangan mereka, sebelum bertanding. Pada keesokan harinya hasil wawancara tersebut sudah dimuat di sejumlah media Mesir dengan judul: Indonesia Berpartisipasi pada MTQ Internasional Sharm El-Sheikh dengan Peserta Paling Kecil.
Seperti peserta lomba cabang Hifzil Quran golongan anak-anak lainnya, Musa diminta untuk menuntaskan 6 soal, yang berhasil dilalui Musa dengan tenang, tanpa ada salah maupun lupa. Hal itu berbeda dengan para peserta lomba lainnya yang rata-rata mengalami lupa, bahkan diingatkan dan dibetulkan oleh dewan juri. Lancarnya bacaan dan ketenangan Musa dalam membawakan ayat-ayat Al-Quran yang ditanyakan membuat Ketua Dewan Juri Sheikh Helmy Gamal, Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir dan sejumlah hadirin meneteskan air mata.
Decak kagum terhadap penampilan Hafiz Cilik Indonesia tidak hanya ditunjukkan oleh dewan juri dan para hadirin. Para peserta yang menjadi saingan Musa pun menunjukkan decak kagum kepada utusan Indonesia tersebut. Setelah tampil, Musa langsung diserbu oleh oleh para hadirin untuk berfoto dan mencium kepalanya sebagai bentuk takzim sesuai budaya masyarakat Arab. Tak mau ketinggalan, Dewan Juri dan panitia dari Kementerian Wakaf Mesir ikut pula meminta Musa untuk berfoto dengan mereka. Hal itu tidak mereka lakukan terhadap peserta MTQ lainnya. Meskipun karena usianya yang masih kecil dan lidahnya yang masih cadel dan belum bisa mengucapkan hurup "R" Musa dinilai telah menjadi juara di hati dewan juri dan para hadirin, meskipun secara tertulis dia hanya memperoleh juara tiga. Hal itu karena menurut Syeikh Helmy Gamal bacaan Al-Quran diatur dengan kaedah dan hukum yang jelas dan tidak bisa dikesampingkan antara lain terkait makharijul huruf.
Pada acara penutupan, Menteri Wakaf Mesir Prof. Dr. Mohamed Mochtar Gomaa memanggil Musa dan Abu Hanafi secara khusus. Pada kesempatan tersebut Menteri Gomaa atas nama Pemerintah Mesir mengundang Musa dan Hanafi pada peringatan Malam Lailatul Qadar yang diadakan pada Ramadan mendatang. Disebutkan bahwa Presiden Mesir akan memberikan penghargaan secara langsung kepada Musa. Pemerintah Mesir akan menanggung biaya tiket dan akomodasi selama mereka berada di Mesir. Menteri Gomaa menyampaikan takjubnya kepada Musa yang berusia paling kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi menghapal Al-Quran dengan sempurna.
Lauti Nia Sutedja, Kordinator Fungsi Pensosbud KBRI Cairo menuturkan, "Delegasi cilik Indonesia, Musa, telah berhasil meningkatkan kecintaan bangsa lain terhadap Indonesia. Banyak peserta yang menyebutnya sebagai mukjizat. Alhamdulillah, staf kami telah berhasil merekam penampilan Musa secara utuh. Dalam waktu dekat akan kita turunkan pada laman resmi KBRI di situs jejaring Facebook dan Youtube agar dapat disaksikan oleh masyarakat di tanah air."
Sementara Meri Binsar Simorangkir, KUAI KBRI Cairo menyatakan bangga bahwa Musa yang masih kecil telah berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui Al-Quran. Menurutnya, KBRI Cairo dalam hal ini sangat mendukung upaya Musa dalam meraih prestasinya, karena ia membawa nama Indonesia
Raja Istigfar
Raja istigfar dibaca pagi dan sore
Kefadholan : Jika dibaca sore hari kemudian datang qodar mati sebelum pagi atau dibaca pagi hari dan datang qodar mati sebelum sore, maka wajib baginya surga.
اَللّهُمَّ اَنْتَ رَبَّـى لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ خَلَقَتَنِى وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ وَاَبُوْءُ اِلَيْكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ
وَاَعْتَرِفُ بِذُنُوْبِـى فَاغْفِرْلِـى ذُنُوْبِـى اِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُنَوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Ya Alloh Engkau Tuhanku, tidak ada Tuhan kecuali Engkau yang telah menciptakan aku, dan aku hamba-Mu, dan aku pada agama-Mu, dan menetapi janji-Mu sepenuh kemampuanku, aku berlindung pada-Mu dari jeleknya apa-apa aku perbuat dan aku taubat pada-Mu dengan nikmat-Mu padaku dan aku engakui dosa-dosaku maka ampunilah akuatas dosa-dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.
Pasangan hidup
Sebagian di antara kita mungkin pernah memikirkan bahwa pada saat2 pertama kita berjumpa dengan pasangan kita, dialah sosok yang paling sempurna di hadapan kita.
Setelah menikah, tidak jarang kita beranggapan bahwa ternyata banyak yang seindah dia di luaran sana.
Beberapa tahun kemudian setelah punya anak kita merasa bahwa ternyata di luaran banyak yang lebih hebat dan lebih sempurna daripada pasangan kita.
Sahabat, benarkah bahwa pasangan orang lain lebih sempurna dari pasangan kita? Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di halaman kita?
Saya rasa jawabnya adalah TIDAK....!
Jawabannya akan menjadi IYA apabila manusia tidak mensyukuri nikmat yang sudah di terima.
Masalah sesungguhnya bukan terletak pada pasangan kita yang kurang sempurna, istri yang kurang cantik, kurang menarik atau suami yang kurang gagah, atau kurang bertanggung jawab. Masalahnya ada pada diri kita sendiri, hati yang rakus atau lelaki yang mata keranjang.
Mata dan jiwa manusia tidak akan pernah puas, kecuali jika sudah tertutup tanah. Sebagaimana sabda nabi yang kurang lebih mengatakan “Andaikan anak adam memiliki lembah penuh berisi emas, niscaya dia menginginkan lembah kedua"
Dan tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali dengan tanah.
Jika kita melihat pasangan lain lebih sempurna dari pada pasangan kita, itu karena mata kita tertutup untuk melihat kekurangan pasangan lain.
Sahabat... jika kita melihat pasangan lain punya kelebihan, sebenarnya mereka juga punya kekurangan, dan apabila kita melihat pasangan kita punya kekurangan yakinlah bahwa sebenarnya di balik kekurangan itu juga ada kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Disaat kita melihat kekurangan pada diri pasangan kita, pejamkan mata dan cobalah rasakan dan lihatlah dengan mata hati sekecil apapun kelebihan yang telah dia berikan. Jangan menyalahkan kekurang pasangan kita, tapi cobalah untuk instropeksi diri dan mulailah untuk menjadi penyempurna bagi kekurangannya.
Orang yang merasa cukup dalam kesederhanaan yang halal, maka dia akan merasakan kenikmatan yang sempurna pada kehalalan tersebut.
Orang yang senantiasa bersyukur atas sekecil nikmat apapun, Allah akan menambah dan menyempurnakan nikmat atas dirinya.
Beribadah 500 tahun
Jabir bin Abdillah RA berkata, “Suatu hari, nabi SAW keluar (rumah) menuju kami. Dan bersabda ‘Jibril AS sahabat pilihan saya, barusan pergi meninggalkan saya’. Tadi dia AS berkata, ‘hai Muhammad, demi yang telah mengutus kau dengan hak, sungguh Allah memiliki Hamba bertempat di atas gunung, di tengah laut. Ketinggian gunung kecil yang dihuni, 30 hasta; memanjang 30 hasta; besarnya juga 30 hasta. Gunung dikepung oleh laut, seluas 4.000 farsakh, mengeliling. (Satu farsakh 3 hingga 6 mil).
Dari celah sebesar jari, di puncak gunung, Allah meneteskan mata-air bersih, untuk dia. Sampai di bawah, tetesan air itu, memenuhi cekungan sempit. Cukup untuk masuk tangan, untuk berwudhu. Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang tiap malam berbuah, untuk makanan dia sehari-hari.
Jika hari telah sore, dia turun untuk berwudhu. Lalu memetik buah delima, untuk dimakan. Lalu berdiri untuk shalat.
Dia pernah berdoa pada Tuhannya, agar:
1. Di waktu Tuhan mewafatkan nanti, dia sedang dalam keadaan bersujud.
2. Tidak ada sesuatu di bumi, maupun di langit, yang merusak jasadnya, hingga Allah membangkitkan dia, (pada Hari Kiamat) dalam keadaan sujud.
Allah telah mengabulkan doanya. Tiap naik (ke langit), dan turun (ke bumi), kami selalu melewati mayat sujud tersebut. Kami barusan menemukan ilmu bahwa, di hari Kiamat nanti, dia akan dibangkitkan, untuk disuruh berhenti, di hadapan Allah azza wajalla. Tuhan akan berfirman, ‘masukkan HambaKu ini ke dalam surga! KarenaRahmatKu!’
Dia akan berdoa, 'yang benar, karena amalan hamba'.
Tuhan akan berfirman, 'masukkan HambaKu ini ke dalam surga! Karena RahmatKu!'
Dia akan berdoa, 'yang benar, karena amalan hamba'.
Tuhan akan berfirman, 'masukkan HambaKu ini ke dalam surga! Karena RahmatKu!'
Dia akan berdoa, “Yang benar, karena amalan hamba'.
Pada para malaikat, Allah berfirman, “Bandingkan NikmatKu untuk dia; dan amalan dia ini!'
Ternyata Nikmat untuk dia, berbentuk ‘bisa melihat’ lebih besar daripada dia beribadah 500 tahun. Nikmat Allah pada seluruh anggota badannya, tidak dihitung lagi, atas dia.
Allah berfirman, 'masukkan HambaKu ke dalam neraka!'
Si hamba segera ditarik untuk dimasukkan ke neraka.
(Dengan menangis) dia berdoa, 'ya Tuhan! Masukkan hamba ke surga karena RahmatMu!'
Allah berfirman, 'kembalikan dia!'
Lalu dihadapkan pada Allah, untuk ditanya, 'hai HambKu! Siapa yang telah mencipta kau? Yang asalnya tidak ada?'
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah bertanya, 'Engkau ada karena kau, atau karena RahmatKu?'.
Dia berdoa, 'tentu karena RahmatMu'.
Allah berfirman, 'siapa yang memberi kemampuan kau‘ beribadah 500 tahun?'.
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah bertanya, 'yang memberi tempat kau di pegunungan, dikepung oleh laut sangat dalam? Dan mengeluarkan mata-air bersih, dari pertengahan laut asin? Dan tiap malam, mengeluarkan delima, untuk kau? Padahal mestinya pohon itu, hanya berbuah sekali, dalam setahun? Yang telah mengabulkan doa, agar kau wafat dalam keadaan sujud, siapa?'.
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah azza wajalla berfirman, 'itu semua ada, karena RahmatKu. Maka kau, Aku masukkan ke surga, juga karena RahmatKu. Masukkan HambaKu ini kedalam surga! Kau sebaik-baik HambaKu!'.
Dia dimasukkan ke surga, oleh Allah.
Jibril AS berkata, 'ya Muhammad, memang segala sesuatu ada, karena Rahmat Allah Taala'.”
Isnad Hadits ini shahih. Sulaiman bin Harim Al-‘Abid, tergolog kaum Zuhud, penduduk Syam. Allaits bin Saed tidak mau meriwayatkan Hadits dari kaum Majhul (tidak dikenal).
Dalam Ta’liq Adzzahabi (الذهبي), dijelaskan, “Demi Allah, (Hadits) Sulaiman bin Harim, tidak bisa dijadikan tumpuan.” [1]
[1] المستدرك على الصحيحين للحاكم (4/ 278)
7637 - أَخْبَرَنِي أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ الْعَنَزِيُّ، ثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ الْمُقْرِئُ، ثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ هَرِمٍ الْقُرَشِيُّ، وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ الْعَدْلُ، ثَنَا عُبَيْدُ بْنُ شَرِيكٍ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، ثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ هَرِمٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " خَرَجَ مِنْ عِنْدِي خَلِيلِي جِبْرِيلُ آنِفًا فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ إِنَّ لِلَّهِ عَبْدًا مِنْ عَبِيدِهِ عَبَدَ اللَّهَ تَعَالَى خَمْسَ مِائَةِ سَنَةٍ عَلَى رَأْسِ جَبَلٍ فِي الْبَحْرِ عَرْضُهُ وَطُولُهُ ثَلَاثُونَ ذِرَاعًا فِي ثَلَاثِينَ ذِرَاعًا وَالْبَحْرُ مُحِيطٌ بِهِ أَرْبَعَةَ آلَافِ فَرْسَخٍ مِنْ كُلِّ نَاحِيَةٍ وَأَخْرَجَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ عَيْنًا عَذْبَةً بِعَرْضِ الْأُصْبَعِ تَبَضُّ بِمَاءٍ عَذْبٍ فَتَسْتَنْقِعُ فِي أَسْفَلِ الْجَبَلِ وَشَجَرَةَ رُمَّانٍ تُخْرِجُ لَهُ كُلَّ لَيْلَةٍ رُمَّانَةً فَتُغَذِّيهِ يَوْمَهُ، فَإِذَا أَمْسَى نَزَلَ فَأَصَابَ مِنَ الْوضُوءِ وَأَخَذَ تِلْكَ الرُّمَّانَةَ فَأَكَلَهَا ثُمَّ قَامَ لِصَلَاتِهِ، فَسَأَلَ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ وَقْتِ الْأَجَلِ أَنْ يَقْبِضَهُ سَاجِدًا وَأَنْ لَا يَجْعَلَ لِلْأَرْضِ وَلَا لِشَيْءٍ يُفْسِدُهُ عَلَيْهِ سَبِيلًا حَتَّى بَعَثَهُ وَهُوَ سَاجِدٌ قَالَ: فَفَعَلَ فَنَحْنُ نَمُرُّ عَلَيْهِ إِذَا هَبَطْنَا وَإِذَا عَرَجْنَا فَنَجِدُ لَهُ فِي الْعِلْمِ أَنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُوقَفُ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُولُ لَهُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: رَبِّ بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: رَبِّ بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلْمَلَائِكَةِ: قَايِسُوا عَبْدِي بِنِعْمَتِي عَلَيْهِ وَبِعَمَلِهِ فَتُوجَدُ نِعْمَةُ الْبَصَرِ قَدْ أَحَاطَتْ بِعِبَادَةِ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَبَقِيَتْ نِعْمَةُ الْجَسَدِ فَضْلًا عَلَيْهِ فَيَقُولُ: أَدْخِلُوا عَبْدِي النَّارَ قَالَ: فَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ فَيُنَادِي: رَبِّ بِرَحْمَتِكَ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ: رُدُّوهُ فَيُوقَفُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيَقُولُ: يَا عَبْدِي، مَنْ خَلَقَكَ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: كَانَ ذَلِكَ مِنْ قِبَلِكَ أَوْ بِرَحْمَتِي؟ فَيَقُولُ: بَلْ بِرَحْمَتِكَ. فَيَقُولُ: مَنْ قَوَّاكَ لِعِبَادَةِ خَمْسِ مِائَةِ عَامٍ؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: مَنْ أَنْزَلَكَ فِي جَبَلٍ وَسَطَ اللُّجَّةِ وَأَخْرَجَ لَكَ الْمَاءَ الْعَذْبَ مِنَ الْمَاءِ الْمَالِحِ وَأَخْرَجَ لَكَ كُلَّ لَيْلَةٍ رُمَّانَةً وَإِنَّمَا تَخْرُجُ مَرَّةً فِي السَّنَةِ، وَسَأَلْتَنِي أَنْ أَقْبِضَكَ سَاجِدًا فَفَعَلْتُ ذَلِكَ بِكَ؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: فَذَلِكَ بِرَحْمَتِي وَبِرَحْمَتِي أُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ، أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ فَنِعْمَ الْعَبْدُ كُنْتَ يَا عَبْدِي فَيُدْخِلُهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ، قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّمَا الْأَشْيَاءُ بِرَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى يَا مُحَمَّدُ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، فَإِنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ هَرِمٍ الْعَابِدَ مِنْ زُهَّادِ أَهْلِ الشَّامِ، وَاللَّيْثَ بْنَ سَعْدٍ لَا يَرْوِي عَنِ الْمَجْهُولِينَ»
[التعليق - من تلخيص الذهبي] 7637 - لا والله وسليمان بن هرم غير معتمد.
Dari celah sebesar jari, di puncak gunung, Allah meneteskan mata-air bersih, untuk dia. Sampai di bawah, tetesan air itu, memenuhi cekungan sempit. Cukup untuk masuk tangan, untuk berwudhu. Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang tiap malam berbuah, untuk makanan dia sehari-hari.
Jika hari telah sore, dia turun untuk berwudhu. Lalu memetik buah delima, untuk dimakan. Lalu berdiri untuk shalat.
Dia pernah berdoa pada Tuhannya, agar:
1. Di waktu Tuhan mewafatkan nanti, dia sedang dalam keadaan bersujud.
2. Tidak ada sesuatu di bumi, maupun di langit, yang merusak jasadnya, hingga Allah membangkitkan dia, (pada Hari Kiamat) dalam keadaan sujud.
Allah telah mengabulkan doanya. Tiap naik (ke langit), dan turun (ke bumi), kami selalu melewati mayat sujud tersebut. Kami barusan menemukan ilmu bahwa, di hari Kiamat nanti, dia akan dibangkitkan, untuk disuruh berhenti, di hadapan Allah azza wajalla. Tuhan akan berfirman, ‘masukkan HambaKu ini ke dalam surga! KarenaRahmatKu!’
Dia akan berdoa, 'yang benar, karena amalan hamba'.
Tuhan akan berfirman, 'masukkan HambaKu ini ke dalam surga! Karena RahmatKu!'
Dia akan berdoa, 'yang benar, karena amalan hamba'.
Tuhan akan berfirman, 'masukkan HambaKu ini ke dalam surga! Karena RahmatKu!'
Dia akan berdoa, “Yang benar, karena amalan hamba'.
Pada para malaikat, Allah berfirman, “Bandingkan NikmatKu untuk dia; dan amalan dia ini!'
Ternyata Nikmat untuk dia, berbentuk ‘bisa melihat’ lebih besar daripada dia beribadah 500 tahun. Nikmat Allah pada seluruh anggota badannya, tidak dihitung lagi, atas dia.
Allah berfirman, 'masukkan HambaKu ke dalam neraka!'
Si hamba segera ditarik untuk dimasukkan ke neraka.
(Dengan menangis) dia berdoa, 'ya Tuhan! Masukkan hamba ke surga karena RahmatMu!'
Allah berfirman, 'kembalikan dia!'
Lalu dihadapkan pada Allah, untuk ditanya, 'hai HambKu! Siapa yang telah mencipta kau? Yang asalnya tidak ada?'
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah bertanya, 'Engkau ada karena kau, atau karena RahmatKu?'.
Dia berdoa, 'tentu karena RahmatMu'.
Allah berfirman, 'siapa yang memberi kemampuan kau‘ beribadah 500 tahun?'.
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah bertanya, 'yang memberi tempat kau di pegunungan, dikepung oleh laut sangat dalam? Dan mengeluarkan mata-air bersih, dari pertengahan laut asin? Dan tiap malam, mengeluarkan delima, untuk kau? Padahal mestinya pohon itu, hanya berbuah sekali, dalam setahun? Yang telah mengabulkan doa, agar kau wafat dalam keadaan sujud, siapa?'.
Dia berdoa, 'Engkau ya Tuhan'.
Allah azza wajalla berfirman, 'itu semua ada, karena RahmatKu. Maka kau, Aku masukkan ke surga, juga karena RahmatKu. Masukkan HambaKu ini kedalam surga! Kau sebaik-baik HambaKu!'.
Dia dimasukkan ke surga, oleh Allah.
Jibril AS berkata, 'ya Muhammad, memang segala sesuatu ada, karena Rahmat Allah Taala'.”
Isnad Hadits ini shahih. Sulaiman bin Harim Al-‘Abid, tergolog kaum Zuhud, penduduk Syam. Allaits bin Saed tidak mau meriwayatkan Hadits dari kaum Majhul (tidak dikenal).
Dalam Ta’liq Adzzahabi (الذهبي), dijelaskan, “Demi Allah, (Hadits) Sulaiman bin Harim, tidak bisa dijadikan tumpuan.” [1]
[1] المستدرك على الصحيحين للحاكم (4/ 278)
7637 - أَخْبَرَنِي أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ الْعَنَزِيُّ، ثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ الْمُقْرِئُ، ثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ هَرِمٍ الْقُرَشِيُّ، وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ الْعَدْلُ، ثَنَا عُبَيْدُ بْنُ شَرِيكٍ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، ثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ هَرِمٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " خَرَجَ مِنْ عِنْدِي خَلِيلِي جِبْرِيلُ آنِفًا فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ إِنَّ لِلَّهِ عَبْدًا مِنْ عَبِيدِهِ عَبَدَ اللَّهَ تَعَالَى خَمْسَ مِائَةِ سَنَةٍ عَلَى رَأْسِ جَبَلٍ فِي الْبَحْرِ عَرْضُهُ وَطُولُهُ ثَلَاثُونَ ذِرَاعًا فِي ثَلَاثِينَ ذِرَاعًا وَالْبَحْرُ مُحِيطٌ بِهِ أَرْبَعَةَ آلَافِ فَرْسَخٍ مِنْ كُلِّ نَاحِيَةٍ وَأَخْرَجَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ عَيْنًا عَذْبَةً بِعَرْضِ الْأُصْبَعِ تَبَضُّ بِمَاءٍ عَذْبٍ فَتَسْتَنْقِعُ فِي أَسْفَلِ الْجَبَلِ وَشَجَرَةَ رُمَّانٍ تُخْرِجُ لَهُ كُلَّ لَيْلَةٍ رُمَّانَةً فَتُغَذِّيهِ يَوْمَهُ، فَإِذَا أَمْسَى نَزَلَ فَأَصَابَ مِنَ الْوضُوءِ وَأَخَذَ تِلْكَ الرُّمَّانَةَ فَأَكَلَهَا ثُمَّ قَامَ لِصَلَاتِهِ، فَسَأَلَ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ وَقْتِ الْأَجَلِ أَنْ يَقْبِضَهُ سَاجِدًا وَأَنْ لَا يَجْعَلَ لِلْأَرْضِ وَلَا لِشَيْءٍ يُفْسِدُهُ عَلَيْهِ سَبِيلًا حَتَّى بَعَثَهُ وَهُوَ سَاجِدٌ قَالَ: فَفَعَلَ فَنَحْنُ نَمُرُّ عَلَيْهِ إِذَا هَبَطْنَا وَإِذَا عَرَجْنَا فَنَجِدُ لَهُ فِي الْعِلْمِ أَنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُوقَفُ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُولُ لَهُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: رَبِّ بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ الرَّبُّ: أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، فَيَقُولُ: رَبِّ بَلْ بِعَمَلِي، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلْمَلَائِكَةِ: قَايِسُوا عَبْدِي بِنِعْمَتِي عَلَيْهِ وَبِعَمَلِهِ فَتُوجَدُ نِعْمَةُ الْبَصَرِ قَدْ أَحَاطَتْ بِعِبَادَةِ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَبَقِيَتْ نِعْمَةُ الْجَسَدِ فَضْلًا عَلَيْهِ فَيَقُولُ: أَدْخِلُوا عَبْدِي النَّارَ قَالَ: فَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ فَيُنَادِي: رَبِّ بِرَحْمَتِكَ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ: رُدُّوهُ فَيُوقَفُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيَقُولُ: يَا عَبْدِي، مَنْ خَلَقَكَ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: كَانَ ذَلِكَ مِنْ قِبَلِكَ أَوْ بِرَحْمَتِي؟ فَيَقُولُ: بَلْ بِرَحْمَتِكَ. فَيَقُولُ: مَنْ قَوَّاكَ لِعِبَادَةِ خَمْسِ مِائَةِ عَامٍ؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: مَنْ أَنْزَلَكَ فِي جَبَلٍ وَسَطَ اللُّجَّةِ وَأَخْرَجَ لَكَ الْمَاءَ الْعَذْبَ مِنَ الْمَاءِ الْمَالِحِ وَأَخْرَجَ لَكَ كُلَّ لَيْلَةٍ رُمَّانَةً وَإِنَّمَا تَخْرُجُ مَرَّةً فِي السَّنَةِ، وَسَأَلْتَنِي أَنْ أَقْبِضَكَ سَاجِدًا فَفَعَلْتُ ذَلِكَ بِكَ؟ فَيَقُولُ: أَنْتَ يَا رَبِّ، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: فَذَلِكَ بِرَحْمَتِي وَبِرَحْمَتِي أُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ، أَدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ فَنِعْمَ الْعَبْدُ كُنْتَ يَا عَبْدِي فَيُدْخِلُهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ، قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّمَا الْأَشْيَاءُ بِرَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى يَا مُحَمَّدُ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، فَإِنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ هَرِمٍ الْعَابِدَ مِنْ زُهَّادِ أَهْلِ الشَّامِ، وَاللَّيْثَ بْنَ سَعْدٍ لَا يَرْوِي عَنِ الْمَجْهُولِينَ»
[التعليق - من تلخيص الذهبي] 7637 - لا والله وسليمان بن هرم غير معتمد.
Kiat khusu dalam sholat
Agar para jamaah bisa khusu’ dalam sholat, perhatikanlah kiat-kiat khusus berikut ini mulai dari tahapan-tahapan persiapan menuju sholat maupun ketika melaksanakan sholat.
1. Tahapan persiapan menuju sholat :
- Bersiwak / menggosok gigi dan membersihkan mulut agar tidak berbau.
- Berwudhu dengan sempurna.
- Tidak menahan buang hajat ( air besar maupun air kecil).
- Ketika lapar dan makanan sudah siap serta waktu sholat masih panjang, maka mulailah dengan makan terlebih dahulu.
- Menggunakan perlengkapan sholat seperti baju, sarung, mukena, sajadah dan lain-lain yang suci, bersih, rapi dan tidak terdapat gambar – gambar dan corak yang dapat mengganggu kekhusuan sholat.
- Berjalan menuju Masjid dengan tenang, tidak terburu-buru, khusu’, tawadhu’, mukhlish lillah karna Allah, dengan penuh harapan mendapat rohmat Allah dan pengampunannya.
- Memasuki Masjid dengan penuh rasa ta’dzim karna Masjid adalah rumah Allah dan paling baiknya tempatdi dunia ini, mulailah dengan kaki kanan sambil berdo’a :
”بِسْمِ اللَّهِ، وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ “
- Tidak ramai dan tidak bersuara keras di Masjid.
- Berusaha ingat dan menghayati bahwa sholat yang akan dilaksakan ditujukan untuk taqorrub (mendekatkan diri) dan munajat (berdialog) dengan Allah.
- Bertekat mengerahkan seluruh kemampuan mulai takbirotul ikrom sampai salam agar bisa selalu khusyu’ ingat kepada Allah, tidak memberi peluang sedikitpun kepada syaiton untuk mengingatkan kepada hal-hal keduniyaan yang tidak ada hubunganya dengan sholat.
2. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan sholat :
- Semua gerakan-gerakan sholat disyariatkan sebagai tatacara menyembah, menghamba, dan mengagungkan Allah agar mendapat ridho dan pengampunanya, maka supaya dilakukan dengan sempurna sesuai dengan sunnah Rosululloh SAW dengan tuma’ninah yaitu pelan-pelan, tenang, tidak melakukan gerakan-gerakan selain gerakan sholat serta selalu menunduk melihat tempat sujud dengan perasaan tunduk, takut,pasrah, ta’zim, dan menghamba, serta merendahkan diri, merasa tidak memiliki kemampuan apapun dihadapan Allah.
- Semua bacaan-bacaan dalam sholat isi munajat ( komunikasi) kita dengan Allah, maka supaya dibaca dengan sempurna yaitu : dibaca dengan pelan-pelan dan fasih sambil dihayati maknanya
Berikut contoh perincian bacaan sholat dan cara menghayatinya :
1. Bacaan takbir “ الله أكبر” supaya dihayati bahwa Allah maha besar dan maha agung baik zatnya, kekuasaannya, maupun sifat-sifatnya.
2. Bacaan Iftitah “اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا” supaya dihayati bahwa kita sedang mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya mengagungkan, memuji Allah dengan pujian yang banyak, dan mensucikan allah dari segala kekurangan, cacat, dan persamaan
3. Bacaan Ta’wudz “أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ اشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ” Supaya dihayati bahwa kita betul-betul memohon perlindungan kepada Allah dari godaan dan tipu daya syetan khususnya diwaktu sholat
4. Bacaan “ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ” Supaya dihayati bahwa kita berharap berkah (تَبَرُّكَ) dan bebas dari segala mara bahaya khususnya diwaktu sholat dan membaca Al Qur’an (الفاتحة دان سورة)
5. Bacaan surat Al Fatehah :
Bacaan
“ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ . ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ “
Supaya dihayati bahwa kita sedang memuji Allah dan sifat-sifat allah yang sempurna yang terkandung dalam lafadz-lafad tersebut
“إِيَّاكَ نَعْبُدُ “ supaya dihayati bahwa kita betul-betul menyatakan kepada Allah bahwa kita hanya beribadah dan menyembah kepadanya, khususnya sholat yang sedang dikerjakan.
“وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ” Supaya dihayati bahwa kita menyatakan اسْتِعَانَة ( permohonan pertolongan) kita hanya kepada Allah karna itulah kalimat ini supaya dibaca dengan penuh harapan dan kepasrahan kepadanya
“اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ” supaya dihayati bahwa kita sedang berdoa dan memohon petunjuk kepada allah agar dapat mengerti dan memahami jalan yang lurus serta dapat menetapinya sebagaimana orang-orang sholeh yang telah diberi nikmat oleh Allah dapat menetapi jalan yang lurus dan jauh dari pengaruh kesesatan Yahudi maupun nasrani.
“امِيْن” Artinya اللّهُمَّ اسْتَجِبْ / Ya Allah terimalah dan kabulkanlah pujian, pernyataan, dan permohonan kami yang termaktub dalam surat Alfatihah. Bacaan “الفَاتِحَة” Ini dibaca dengan keras dan panjang maksudnya memohon betul-betul kepada Allah agar apa yang kita minta dikabulkan.
6. Bacaan surat setelah Alfatihah usahakan membaca surat yang sudah dimengerti dan dipahami maknanya atau mengerti kesimpulannya secara umum.
7. Bacaan ketika Ruku’ “سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ” supaya menghayati dzat Allah dan sifat-sifatnya yang sangat besar dan agung, serta suci bersih dari segala cacat dan kekurangan sehingga kita merasa sangat kecil dihadapan Allah, kita merasa sangat lemah, tidak memiliki daya upaya dan kekuatan apapun tanpa pertolongannya, kita betul-betul berserah diri kepada Allah
8. Bacaan ketika berdiri dari Ruku’ (اعتدال) : “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهْ، رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ” supaya dihayati dan diyakini bahwa sifat terpuji yang sempurna hanya milik Allah dan Allah mendengar orang yang memujinya, lalu kita memujinya dengan
“رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ”
9. Bacaan ketika sujud “سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى” Supaya menghayati dzat Allah dan sifat-sifatnya yang sangat luhur dan tinggi yang bebas dari sifat-sifat kekurangan, cacat, dan tercela. Ketika sujud dengan menempelkan 7 anggota badan, kita merasa sangat lemah, sangat hina dihadapan Allah, merasa banyak salah dan dosa, bersujud sambil berharap Ampunan dan belas kasihnya dan takut sekali dengan ancaman-ancamannya berupa malapetaka didunia maupun siksanya diakhirat
10. Bacaan ketika duduk diantara dua sujud : “رَبِّ اغْفِرْلِي”. ketika kita mengucapkan kalimat ini supaya diikuti dengan penghayatan yang mendalam bahwa kita banyak berbuat dosa dan maksiat, kurang bersyukur, sering melupakan Allah karna itulah kita sangat mengharapkan pengampunannya.
11. Bacaan ketika duduk Ttahiyyat :
“التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ” Ketika memgucapkan kalimat ini kita supaya menghayati dan meyakini bahwa segala penghormatan, segala salawat ( Rahmat dan permohonan), dan segala yang baik hanya milik Allah.
“السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،” Supaya dihayati bahwa kita sedang memohon keselamatan, rahmat, dan barokah, khususnya untuk nabi Muhammad SAW dan keselamatan untuk dirinya kita, dan semua jamaah lain yang sedang sholat serta untuk semua hamba-hamba allah yang sholeh.
“أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ” Supaya dihayati bahwa kita bersaksi dan menyatakan yang berhak disembah hanya Alah, dan nabi Muhammad SAW adalah hamba Allah dan utusan Allah.
“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ َ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ” supaya dihayati bahwa kita sedang mendoakan salawat dan barokah untuk nabi Muhammad SAW dan keluarganya sebagaimana sholawat dan barokah untuk nabi Ibrohim dan keluarganya.
Berdoa sesuai keinginan kita (setelah attahiyat sebelum salam), seperti :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا، وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ ” dalam doa ini kita memohon kepada Allah keselamatan dari neraka jahanam, siksa kubur, fitnah dajal, dan fitnah dalam kehidupan maupun setelah kematian dan minta perlindungan dari banyak dosa dan keberatan hutang.
Mengucapkan Salam “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ” dengan menoleh kekanan dan kekiri, juga supaya dilakukan dengan khusu’ karna salam ini adalah doa keselamatan untuk semua orang yang ada dikanan kiri kita termaksud malaikat
1. Tahapan persiapan menuju sholat :
- Bersiwak / menggosok gigi dan membersihkan mulut agar tidak berbau.
- Berwudhu dengan sempurna.
- Tidak menahan buang hajat ( air besar maupun air kecil).
- Ketika lapar dan makanan sudah siap serta waktu sholat masih panjang, maka mulailah dengan makan terlebih dahulu.
- Menggunakan perlengkapan sholat seperti baju, sarung, mukena, sajadah dan lain-lain yang suci, bersih, rapi dan tidak terdapat gambar – gambar dan corak yang dapat mengganggu kekhusuan sholat.
- Berjalan menuju Masjid dengan tenang, tidak terburu-buru, khusu’, tawadhu’, mukhlish lillah karna Allah, dengan penuh harapan mendapat rohmat Allah dan pengampunannya.
- Memasuki Masjid dengan penuh rasa ta’dzim karna Masjid adalah rumah Allah dan paling baiknya tempatdi dunia ini, mulailah dengan kaki kanan sambil berdo’a :
”بِسْمِ اللَّهِ، وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ “
- Tidak ramai dan tidak bersuara keras di Masjid.
- Berusaha ingat dan menghayati bahwa sholat yang akan dilaksakan ditujukan untuk taqorrub (mendekatkan diri) dan munajat (berdialog) dengan Allah.
- Bertekat mengerahkan seluruh kemampuan mulai takbirotul ikrom sampai salam agar bisa selalu khusyu’ ingat kepada Allah, tidak memberi peluang sedikitpun kepada syaiton untuk mengingatkan kepada hal-hal keduniyaan yang tidak ada hubunganya dengan sholat.
2. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan sholat :
- Semua gerakan-gerakan sholat disyariatkan sebagai tatacara menyembah, menghamba, dan mengagungkan Allah agar mendapat ridho dan pengampunanya, maka supaya dilakukan dengan sempurna sesuai dengan sunnah Rosululloh SAW dengan tuma’ninah yaitu pelan-pelan, tenang, tidak melakukan gerakan-gerakan selain gerakan sholat serta selalu menunduk melihat tempat sujud dengan perasaan tunduk, takut,pasrah, ta’zim, dan menghamba, serta merendahkan diri, merasa tidak memiliki kemampuan apapun dihadapan Allah.
- Semua bacaan-bacaan dalam sholat isi munajat ( komunikasi) kita dengan Allah, maka supaya dibaca dengan sempurna yaitu : dibaca dengan pelan-pelan dan fasih sambil dihayati maknanya
Berikut contoh perincian bacaan sholat dan cara menghayatinya :
1. Bacaan takbir “ الله أكبر” supaya dihayati bahwa Allah maha besar dan maha agung baik zatnya, kekuasaannya, maupun sifat-sifatnya.
2. Bacaan Iftitah “اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا” supaya dihayati bahwa kita sedang mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya mengagungkan, memuji Allah dengan pujian yang banyak, dan mensucikan allah dari segala kekurangan, cacat, dan persamaan
3. Bacaan Ta’wudz “أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ اشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ” Supaya dihayati bahwa kita betul-betul memohon perlindungan kepada Allah dari godaan dan tipu daya syetan khususnya diwaktu sholat
4. Bacaan “ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ” Supaya dihayati bahwa kita berharap berkah (تَبَرُّكَ) dan bebas dari segala mara bahaya khususnya diwaktu sholat dan membaca Al Qur’an (الفاتحة دان سورة)
5. Bacaan surat Al Fatehah :
Bacaan
“ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ . ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ “
Supaya dihayati bahwa kita sedang memuji Allah dan sifat-sifat allah yang sempurna yang terkandung dalam lafadz-lafad tersebut
“إِيَّاكَ نَعْبُدُ “ supaya dihayati bahwa kita betul-betul menyatakan kepada Allah bahwa kita hanya beribadah dan menyembah kepadanya, khususnya sholat yang sedang dikerjakan.
“وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ” Supaya dihayati bahwa kita menyatakan اسْتِعَانَة ( permohonan pertolongan) kita hanya kepada Allah karna itulah kalimat ini supaya dibaca dengan penuh harapan dan kepasrahan kepadanya
“اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ” supaya dihayati bahwa kita sedang berdoa dan memohon petunjuk kepada allah agar dapat mengerti dan memahami jalan yang lurus serta dapat menetapinya sebagaimana orang-orang sholeh yang telah diberi nikmat oleh Allah dapat menetapi jalan yang lurus dan jauh dari pengaruh kesesatan Yahudi maupun nasrani.
“امِيْن” Artinya اللّهُمَّ اسْتَجِبْ / Ya Allah terimalah dan kabulkanlah pujian, pernyataan, dan permohonan kami yang termaktub dalam surat Alfatihah. Bacaan “الفَاتِحَة” Ini dibaca dengan keras dan panjang maksudnya memohon betul-betul kepada Allah agar apa yang kita minta dikabulkan.
6. Bacaan surat setelah Alfatihah usahakan membaca surat yang sudah dimengerti dan dipahami maknanya atau mengerti kesimpulannya secara umum.
7. Bacaan ketika Ruku’ “سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ” supaya menghayati dzat Allah dan sifat-sifatnya yang sangat besar dan agung, serta suci bersih dari segala cacat dan kekurangan sehingga kita merasa sangat kecil dihadapan Allah, kita merasa sangat lemah, tidak memiliki daya upaya dan kekuatan apapun tanpa pertolongannya, kita betul-betul berserah diri kepada Allah
8. Bacaan ketika berdiri dari Ruku’ (اعتدال) : “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهْ، رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ” supaya dihayati dan diyakini bahwa sifat terpuji yang sempurna hanya milik Allah dan Allah mendengar orang yang memujinya, lalu kita memujinya dengan
“رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ”
9. Bacaan ketika sujud “سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى” Supaya menghayati dzat Allah dan sifat-sifatnya yang sangat luhur dan tinggi yang bebas dari sifat-sifat kekurangan, cacat, dan tercela. Ketika sujud dengan menempelkan 7 anggota badan, kita merasa sangat lemah, sangat hina dihadapan Allah, merasa banyak salah dan dosa, bersujud sambil berharap Ampunan dan belas kasihnya dan takut sekali dengan ancaman-ancamannya berupa malapetaka didunia maupun siksanya diakhirat
10. Bacaan ketika duduk diantara dua sujud : “رَبِّ اغْفِرْلِي”. ketika kita mengucapkan kalimat ini supaya diikuti dengan penghayatan yang mendalam bahwa kita banyak berbuat dosa dan maksiat, kurang bersyukur, sering melupakan Allah karna itulah kita sangat mengharapkan pengampunannya.
11. Bacaan ketika duduk Ttahiyyat :
“التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ” Ketika memgucapkan kalimat ini kita supaya menghayati dan meyakini bahwa segala penghormatan, segala salawat ( Rahmat dan permohonan), dan segala yang baik hanya milik Allah.
“السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،” Supaya dihayati bahwa kita sedang memohon keselamatan, rahmat, dan barokah, khususnya untuk nabi Muhammad SAW dan keselamatan untuk dirinya kita, dan semua jamaah lain yang sedang sholat serta untuk semua hamba-hamba allah yang sholeh.
“أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ” Supaya dihayati bahwa kita bersaksi dan menyatakan yang berhak disembah hanya Alah, dan nabi Muhammad SAW adalah hamba Allah dan utusan Allah.
“اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ َ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ” supaya dihayati bahwa kita sedang mendoakan salawat dan barokah untuk nabi Muhammad SAW dan keluarganya sebagaimana sholawat dan barokah untuk nabi Ibrohim dan keluarganya.
Berdoa sesuai keinginan kita (setelah attahiyat sebelum salam), seperti :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا، وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ ” dalam doa ini kita memohon kepada Allah keselamatan dari neraka jahanam, siksa kubur, fitnah dajal, dan fitnah dalam kehidupan maupun setelah kematian dan minta perlindungan dari banyak dosa dan keberatan hutang.
Mengucapkan Salam “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ” dengan menoleh kekanan dan kekiri, juga supaya dilakukan dengan khusu’ karna salam ini adalah doa keselamatan untuk semua orang yang ada dikanan kiri kita termaksud malaikat
Haramnya rokok
Rokok belum ada di masa Rosulullah Shallallohu ‘alaihi Wa Sallam. Namun Islam telah datang dengan prinsip-prinsip yang umum yang mengharomkan setiap perkara yang membahayakan fisik atau mengganggu orang lain atau merugikan harta.Berikut ini dalil-dalil tentang hukum rokok.
1. Alloh Ta’ala berfirman: “Dan Alloh menghalalkan bagi mereka semua perkara yang baik dan mengharomkan semua yang buruk (Qs Al-A’rof:157)Rokok termasuk hal yang buruk yang memudhorotkan.
2. Alloh pun berfirman :“Dan Janganlah kalian menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan” (QS. Al- Baqoroh :195)
Rokok menimbulkan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti kanker, TBC, dan lain-lain.
3. Alloh juga berfrman :“Dan janganah kalian membunuh diri-diri kalian”
Rokok membunuh jiwa secara perlahan.
4. Alloh berfirman tentang bahaya khamr:“Dan dosanyalebih besar daripada manfaatnya”
Bahaya rokok pun lebih besar dari manfaatnya, bahkan keseluruhannya merupakan kemudhorotan.
5. Alloh berfirman :“Dan janganlah engkau menghambur-hamburkan harta dengan boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan (Qs Al-Isro:26-27)
Rokok adalah pemborosan dan penghambur-hamburan terhadap harta, termasuk amalan setan.
6. Rosulullohu Shallalohu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :“tidak boleh ada kemudhorotan, tidak boleh ada perbuatan memudhorotkan” (Shohih diriwayatkan Imam Ahmad)
Rokok memudhorotkan (membahayakan) pengisapnya, mengganggu orang-orang disekitarnya dan memboroskan harta.
7. Beliau pun bersabda :“Dan Alloh membenci bila kalian membuang-buang harta” Rokok merupakan pembuang-buangan terhadap harta maka Alloh membencinya.
Bagaimana dengan pedagang rokok ?
إِنَّ الله إِذَا حَرَّمَ شَيْئًا حَرَّمَ ثَمَنَهُ
Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya
Dan rokok dihukumi harom, maka larangan juga bagi pedagang rokok.
Semoga manfaat dan barokah.
Perkataan para ulama terdahulu tentang qiyamul lail
----------------
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ» [ص:553]
… Sesungguhnya Rasulullah S.A.W. bersabda : "Kalian tetapilah shalat malam, sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam itu mendekatkan diri kepada Allah, mencegah perbuatan dosa dan menghapus dosa-dosa serta menolak penyakit dari tubuh".
(Hadits Tirmidzi Kitabu Da'wat)
1. Dalam sebuah atsar (riwayat) disebutkan:
"Apabila orang-orang telah tidur, Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu 'Anhu bangun dan akan terdengar darinya sebuah suara seperti suara dengungan lebah..(Beliau Ulama ahli Al Quran dan senang membaca Al-Quran di sepanjang malam)"
2. Seseorang bertanya kepada al-Hasan al-Bashri (seorang ulama Tabi’in):
“Mengapa orang-orang yang sholat Tahajjud (Qiyamul-Lail) memiliki wajah paling cerah di antara manusia lainnya?”,
Beliau menjawab: “Karena mereka menyendiri dengan (Allah) sang Maha Pengasih, lantas DIA mengenakan kepadanya cahaya dari cahaya-Nya”.
3. Hasan Al-Bashri juga berkata:
“Sesungguhnya seseorang benar-benar telah berbuat dosa (yg besar) sehingga dengan sebab dosa-dosanya itu ia terhalang (atau tidak akan mampu) untuk melaksanakan sholat Tahajjud (Qiyamul-Lail).”....
Noted :
JANGAN-JANGAN KITA TAK BISA MELAKSANAKAN SHOLAT MALAM UNTUK BERDEKATAN DENGAN ALLAH, SEBAB KOTORNYA DIRI AKIBAT DOSA-DOSA!?
APA PANTAS ALLAH YG MAHA SUCI, BERDEKATAN DENGAN ORANG YG KOTOR BERLEPOTAN DOSA MAKSIAT..!?
MAKA BANYAKLAH BERISTIGHFAR! MEMOHON AMPUNLAH KEPADA ALLAH! BILA ALLAH TELAH MEMBERSIHKAN DOSA-DOSAMU, NISCAYA ALLAH AKAN MEMBAGUSI / MEMPERBAIKI. AMALANMU..
4. Seorang laki-laki berkata kepada salah seorang Ulama Sholih:
“Aku tidak bisa bangun untuk sholat Tahajjud, bagaimana cara mengatasinya?”
Beliau menjawab: “Janganlah engkau bermaksiat kepada-Nya pada waktu siang, sehingga Dia akan menjadikanmu bangun di waktu malam (untuk Qiyamul-Lail) di hadapan-Nya".
5. Diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri. (Seorang ulama Tabi’in), bahwasanya ia berkata:
“Aku tidak bisa sholat Tahajjud (Qiyamul-Lail) selama lima bulan disebabkan sebuah dosa yang pernah aku lakukan”.
6. Ibnul Munkadir berkata:
“Tidak ada tersisa kenikmatan di dunia ini kecuali tiga hal: Qiyamul-Lail (sholat Tahajud), bertemu saudara (seiman), dan sholat berjama’ah”.
Semoga Manfaat Berhikmah dan Barokah.. Amiin
Ahli Qiyaamul lail memiliki kedudukan yang terpuji
-------------
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل بعد المكتوبة؟ قال: (الصلاة في جوف الليل)
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi WaSallam pernah ditanya: “Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang lima waktu) ?”
Beliau menjawab: “Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat (sunnah) di tengah malam (sholat Tahajjud).”.
(Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim) - Shohih
Di dalam hadits yg Shohih ini Nabi Shallallahu 'Alaihi WaSallam menerangkan kepada kita bahwa Qiyamul Lail atau sholat sunnah yang dikerjakan di malam hari seperti sholat Tahajjud dan Witir adalah sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu yang lima waktu.
Menurut Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 79 Allah SWT memberikan kedudukan terpuji kepada Nabi Muhammad SAW disebabkan karena beliau melaksanakan Qiyamul Lail (shalat tahajjud). Hal ini didasarkan pada firman-Nya :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji".
(QS Al-Isra’ : 79).
Menurut riwayat beberapa hadits shahih, yang dimaksud dengan maqam mahmuda (kedudukan terpuji) dalam ayat ini adalah bahwa Nabi SAW memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan Para Nabi terdahulu. Diantara kelebihan tersebut adalah Nabi SAW bisa memberikan syafa'at kepada Anak Cucu Adam di hari qiyamat. Sementara Nabi-Nabi yang lain tidak bisa memberikannya. Adapun hamba-hamba Allah yang lain dari umat Nabi Muhammad SAW, tentu, juga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hamba-hamba-Nya yang lain yang tidak mengerjakan Qiayamul Lail.
Qiyamul Lail merupakan salah satu sholat yang disyariatkan dalam Islam. Dan hukumnya adalah SUNNAH MUAKKAD (sangat dianjurkan). Hal ini berdasarkan dalil-dalil syar’i berikut ini:
Firman Allah Ta’ala:
يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) [المزمل / 1- 4].
Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil).”
(QS. al-Muzzammil: 1-4)
Firman Allah Ta’ala yang menerangkan sebagian sifat orang-orang yang bertakwa :
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
Artinya: “Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.”.
(QS. Adz-Dzaariyaat: 17)
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
Artinya: “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.
(QS. Al Insaan : 26)
Semoga manfaat berhikmah dan barokah.. Amiin
Misteri usia 40
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa Al-Qur’an membahas mengenai usia 40 tahun. Hal ini sebagai pertanda bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dengan serius pada pembahasan usia 40 tahun ini. Allah Ta’ala berfirman, “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a, “Ya Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15)
Usia 40 tahun disebutkan dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya. Do’a yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Di dalamnya terkandung penjelasan yang jelas bahwa mereka telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmonis, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala.
Pada ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman: “Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir : 37)
Para ulama salaf menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “umur panjang dalam masa yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut adalah ketika berusia 40 tahun.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Apabila hal itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janji-Nya dalam ayat setelahnya, yaitu kematangan. Usia 40 tahun adalah usia matang bagi kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak heran tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi kita tercinta, Muhammad SAW pun demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, “Diutusnya Rasulullah (yaitu) pada usia 40 tahun.” (HR. Al-Bukhari).
Nabi Muhammad SAW diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Mayoritas negara juga mensyaratkan bagi calon-calon yang akan menduduki jabatan-jabatan elit seperti ketua negara, harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat pun mengakui bahwa mantabnya prestasi seseorang tatkala orang tersebut telah berusia 40 tahun.
Mengapa umur 40 tahun begitu penting?
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu: (1) Anak-anak (aulad); sejak lahir hingga akil baligh, (2) Pemuda (syabab); sejak akil baligh hingga 40 tahun, (3) Dewasa (kuhul); 40 tahun hingga 60 tahun, (4) Tua (syuyukh); 60 tahun ke atas.
Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa sempurna. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agamanya yang semasa mudanya jauh sekali dengan agamanya. Baik dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktunya dengan berjama’ah dan tepat waktu, memperbanyak sedekah, menutupi auratnya, atau dengan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Seolah-olah di usia ini merupakan momentum kembalinya manusia kepada fitrahnya. Namun jika ada orang yang telah mencapai usia ini, akan tetapi tidak ada minat terhadap agamanya, maka hal ini sebagai pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia.Wal iyaadzu billaah.
Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah SAW, “Seorang hamba muslim apabila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya).” (HR. Ahmad)
Hadits ini menyebutkan bahwa usia 40 tahun merupakan titik awal seseorang memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah Ta’ala, sekaligus konsisten terhadap Islam, sehingga Allah Ta’ala pun akan meringankan hisabnya. Inilah keistimewaan orang yang mencapai usia 40 tahun. Akan tetapi, usia 40 tahun merupakan saat di mana orang harus berhati-hati juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk waktu senja.
Abdullah bin Abbas mengatakan, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantab dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”
Imam Asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syari’at lazim bagiku.”
Kematian Bisa Datang Kapan Saja
Satu perkara yang kita harus senantiasa kita sadari bahwa kematian bisa memanggil kita kapan saja tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk mulai memperbaiki diri, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika ternyata umur kita tidak panjang.
Maka dari itu, di sisa-sisa usia kita ini, marilah kita mulai berbenah diri, meneguhkan tujuan hidup, meningkatkan daya spiritual, memperbanyak bersyukur, menjaga makan dan tidur, serta menjaga keistiqamahan dan berusaha meningkatkan kualitas dalam beribadah.
Banyak manusia yang tertipu dengan keindahan dunia dan isinya yang bersifat sementara. Mengingati mati bukan berarti kita akan gagal di dunia ini. Akan tetapi dengan mengingati mati kita berharap menjadi insan yang berjaya di dunia dan di akhirat kelak. Janganlah menunggu hingga esok untuk membuat persediaan menghadapi kematian, karena mati boleh datang kapan saja.
Akhirnya, semoga kita bisa memaksimalkan sisa-sisa umur kita ini untuk memperbanyak amal shaleh.
Jauhi ujub
SUATU hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.
Kemudian Hasan berbisik dalam hati,
"Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia seperti aku!".
·
Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam.
·
Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
·
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang".
·
Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya,
"Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak".
·
Hasan al-Basri tertegun lalu berkata,
"Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan".
Lelaki itu menjawab,
"Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan".
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.
Jika Allah membukakan pintu solat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur nyenyak.
Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat.
Boleh jadi mereka lebih dekat & lebih utama disisi Allah daripada diri kita.
Maka jangan pernah ujub & sombong pada amalanmu.
عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
لو لم تذنبوا لخشيت عليكم ما هو أكبر منه، العجب
رواه البزار
Jika kalian tidak berbuat dosa, niscaya aku khawatir kalian (terjerumus) pada yang lebih besar (bahayanya) dari dosa, yaitu "ujub"
كفى بالمرء علما أن يخشى الله وكفى بالمرء جهلا أن يعجب بعلمه.
مسروق: الدر المنثور
Cukup merupakan ilmu bagi seseorang bila dia takut kepada Alloh.
Dan cukup merupakan kebodohan bagi seseorang bila dia takjub dengan ilmunya.
علامة الجهل ثلاث:
العجب
وكثرة المنطق فيما لا يعنيه
وأن ينهى عن شيء و يأتيه
(أبو الدرداء: جامع بيان العلم وفضله)
Tanda kebodohan itu ada tiga:
Ujub (takjub pada diri sendiri)
Banyak bicara yang tidak manfaat baginya.
Melarang sesuatu tapi dia mengerjakannya.
Moga moga paring manfaat barokah,
Parenting
Sumber: Elly Risman
Pernah mencoba membetulkan keran sendiri? Pasang bohlam?
Ganti ban motor atau mobil yang bocor di jalan?
Me-lem sesuatu yang sdh terlanjur patah?
Membuka botol kaca yang allahuakbar sangat susah di buka?
Memasak sambil menggendong anak bahkan di sambi lg dg naro pakaian kotor ke mesin cuci?
Nyetrika sambil bcr dg mertua di telfon dan kaki menggoyang2kan bouncer agar bayi tidak bangun dan nangis tanpa henti?
Hidup ini penuh masalah, cobaan, kesulitan, tantangan
dan pekerjaan susah yang kadang mau gk mau hrs kita kerjakan.
Di Indonesia enak. Tkg ledeng terjangkau, pembantu ada, supir banyak yang pny.
Yang pernah (atau masih) tinggal di negara maju tau betul bahwa pelayan dan pelayanan itu diluar jangkauan dompet kita pada umumnya.
Lha yang bekerja aja belum tentu bisa membayar mereka,
apalagi yang keluar negri nya untuk ngejar s3
Kita gk tau anak kita terlempar di bagian bumi Allah yang mana nanti,
izinkan dia belajar menyelesaikan masalahnya sndiri.
Jangan memainkan semua peran, ya jd ibu, ya jd koki, ya jd tkg cuci.
ya jd ayah, ya jadi tukang ledeng, ya jadi pengemudi.
anda bukan anggota tim SAR, anak anda tidak dalam keadaan bahaya,
berhentilah memberikan bantuan bahkan ketika sinyal S.O.S nya tdk ada
Jangan mencoba untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
Anak ngeluh sdikit krn itu puzzle gk bisa nyambung mjd satu, ‘sini..ayah bantu’.
botol minum ditutup rapatnya sdikit susah, ‘sini.. mama saja’.
Sepatu bertali lama di ikat, sekolah sdh hampir telat ..‘biar ayah aja deh yang kerjain’,
kecipratan minyak sedikit ‘udah sini, kentangnya mama aja yang gorengin’.
Kapan anaknya bisa? Jgn kan di luar negri, di Indonesia sj pembantu sdh smakin langka.
Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, apa yang tjd ketika bencana benar2 tiba?
Berikan anak-anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi itu ketrampilan yang wajib di miliki.
Yang namanya ketrampilan, untuk bisa terampil, ya hrs di latih.
Kalau tanpa latihan, trs di harapkan simsalabim mereka jd bisa sendiri? O-EM-JI!
Kemampuan menyelesaikan masalah
dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah
bisa berdampak sampai puluhan tahun ke dpn.
Bkn saja bisa membuat seseorang lulus skolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai2 pernikahan
Tampaknya sepele sekarang..scr apa salahnya sih kita bantu?
Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitannya, dia akan menjadi ringkih .. dan mudah layu.
Susah sedikit..bantuan diminta.
Berantem sedikit ya sdh lah, cerai saja.
Sakit sedikit ngeluhnya warbyasa,
masalah sdikit..bisa jd gila.
Kalau anda menghabiskan banyak waktu, perhatian dan uang untuk IQnya,
habiskan hal yang sama untuk AQ nya juga.
AQ ? Apa itu? Adversity Quotient.
Adversity quotient menurut Paul G. Stoltz dalam bukunya yg berjudul sama, adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukannya kecerdasan ini yg jd lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Bukankah itu yang di miliki Nabi Nuh hingga tidak menyerah dalam dakwah beratus tahun lamanya?
Atau nabi Yusuf yang mengalami banyak cobaan dalam hidupnya?
Dan nabi Ayyub yang terkenal karena kesabarannya menghadapi masalah?
Dan nabi Muhammad ketika ujian2 menimpa?
Perasaan mampu melewati ujian juga luar biasa nikmatnya. Merasa bisa menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang susah, membuat diri semakin percaya
Bahwa minta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tdk lagi bisa
Setelah di coba berkali-kali, berulang-ulang, tdk menyerah dalam waktu yang lama.
So izinkan anak anda melewati kesusahan.
Gak papa sedikit luka, sedikit nangis, sedikit kecewa, sedikit telat dan sedikit kehujanan
Akui kesulitan yang sedang dia hadapi,
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan, ajari menangani frustrasi,
Kalau anda selalu jadi ibu peri, apa yang terjadi jika anda tdk bernafas lagi esok hari?
Bisa-bisa anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
ketika melihat anak sndiri susah, sakit dan sedih
Apalagi dg menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi, jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sndiri
Tapi hidup penuh dengan ketidakenakan.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak selalu bisa kita hindarkan.
Pernah mencoba membetulkan keran sendiri? Pasang bohlam?
Ganti ban motor atau mobil yang bocor di jalan?
Me-lem sesuatu yang sdh terlanjur patah?
Membuka botol kaca yang allahuakbar sangat susah di buka?
Memasak sambil menggendong anak bahkan di sambi lg dg naro pakaian kotor ke mesin cuci?
Nyetrika sambil bcr dg mertua di telfon dan kaki menggoyang2kan bouncer agar bayi tidak bangun dan nangis tanpa henti?
Hidup ini penuh masalah, cobaan, kesulitan, tantangan
dan pekerjaan susah yang kadang mau gk mau hrs kita kerjakan.
Di Indonesia enak. Tkg ledeng terjangkau, pembantu ada, supir banyak yang pny.
Yang pernah (atau masih) tinggal di negara maju tau betul bahwa pelayan dan pelayanan itu diluar jangkauan dompet kita pada umumnya.
Lha yang bekerja aja belum tentu bisa membayar mereka,
apalagi yang keluar negri nya untuk ngejar s3
Kita gk tau anak kita terlempar di bagian bumi Allah yang mana nanti,
izinkan dia belajar menyelesaikan masalahnya sndiri.
Jangan memainkan semua peran, ya jd ibu, ya jd koki, ya jd tkg cuci.
ya jd ayah, ya jadi tukang ledeng, ya jadi pengemudi.
anda bukan anggota tim SAR, anak anda tidak dalam keadaan bahaya,
berhentilah memberikan bantuan bahkan ketika sinyal S.O.S nya tdk ada
Jangan mencoba untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
Anak ngeluh sdikit krn itu puzzle gk bisa nyambung mjd satu, ‘sini..ayah bantu’.
botol minum ditutup rapatnya sdikit susah, ‘sini.. mama saja’.
Sepatu bertali lama di ikat, sekolah sdh hampir telat ..‘biar ayah aja deh yang kerjain’,
kecipratan minyak sedikit ‘udah sini, kentangnya mama aja yang gorengin’.
Kapan anaknya bisa? Jgn kan di luar negri, di Indonesia sj pembantu sdh smakin langka.
Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, apa yang tjd ketika bencana benar2 tiba?
Berikan anak-anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi itu ketrampilan yang wajib di miliki.
Yang namanya ketrampilan, untuk bisa terampil, ya hrs di latih.
Kalau tanpa latihan, trs di harapkan simsalabim mereka jd bisa sendiri? O-EM-JI!
Kemampuan menyelesaikan masalah
dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah
bisa berdampak sampai puluhan tahun ke dpn.
Bkn saja bisa membuat seseorang lulus skolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai2 pernikahan
Tampaknya sepele sekarang..scr apa salahnya sih kita bantu?
Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitannya, dia akan menjadi ringkih .. dan mudah layu.
Susah sedikit..bantuan diminta.
Berantem sedikit ya sdh lah, cerai saja.
Sakit sedikit ngeluhnya warbyasa,
masalah sdikit..bisa jd gila.
Kalau anda menghabiskan banyak waktu, perhatian dan uang untuk IQnya,
habiskan hal yang sama untuk AQ nya juga.
AQ ? Apa itu? Adversity Quotient.
Adversity quotient menurut Paul G. Stoltz dalam bukunya yg berjudul sama, adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukannya kecerdasan ini yg jd lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Bukankah itu yang di miliki Nabi Nuh hingga tidak menyerah dalam dakwah beratus tahun lamanya?
Atau nabi Yusuf yang mengalami banyak cobaan dalam hidupnya?
Dan nabi Ayyub yang terkenal karena kesabarannya menghadapi masalah?
Dan nabi Muhammad ketika ujian2 menimpa?
Perasaan mampu melewati ujian juga luar biasa nikmatnya. Merasa bisa menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang susah, membuat diri semakin percaya
Bahwa minta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tdk lagi bisa
Setelah di coba berkali-kali, berulang-ulang, tdk menyerah dalam waktu yang lama.
So izinkan anak anda melewati kesusahan.
Gak papa sedikit luka, sedikit nangis, sedikit kecewa, sedikit telat dan sedikit kehujanan
Akui kesulitan yang sedang dia hadapi,
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan, ajari menangani frustrasi,
Kalau anda selalu jadi ibu peri, apa yang terjadi jika anda tdk bernafas lagi esok hari?
Bisa-bisa anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
ketika melihat anak sndiri susah, sakit dan sedih
Apalagi dg menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi, jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sndiri
Tapi hidup penuh dengan ketidakenakan.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak selalu bisa kita hindarkan.
Suudhon
"SUUDHON"
Manusia sering salah dalam menilai orang lain untuk itu kita dilarang untuk suudhon atau berprasangka buruk
Sangka buruk atau suudhon merupakan tempat masuknya syetan ke dalam diri seseorang agar satu dengan yang lain saling curiga mencurigai hingga timbul pertikaian, perselisihan, perkelahian antar sesama orang iman sehingga kerukunan dan kekompakan sebagai ciri khas orang iman bisa rusak.
Untuk itu kita supaya menghidar dari buruk sangka/suudhon.
Allah berfirman :
إِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ... الاية * سورة الحجرات ١٢“
Jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan bergunjing sebagian dari kalian terhadap sebagiannya.”
Meremehkan, melecehkan atau menghina sesama orang iman.
Meremehkan, melecehkan dan menghina kepada Saudara seiman termasuk jebakan Iblis yang ada pada diri orang iman, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
بِحَسْبٍ امْرِءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ * رواه مسلم
“Cukup bagi seseorang termasuk jahat bahwa dia meremehkan saudaranya yang islam.”
Alloh berfirman :
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ... الاية * سورة الحجرات ١١
“Wahai orang yang beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain barang kali mereka malah lebih baik daripada yang menghina begitu pula wanita yang satu tidak boleh menghina yang lain barang kali mereka lebih baik dari pada yang menghina.”
Semoga manfaat dan barokah.
Manusia sering salah dalam menilai orang lain untuk itu kita dilarang untuk suudhon atau berprasangka buruk
Sangka buruk atau suudhon merupakan tempat masuknya syetan ke dalam diri seseorang agar satu dengan yang lain saling curiga mencurigai hingga timbul pertikaian, perselisihan, perkelahian antar sesama orang iman sehingga kerukunan dan kekompakan sebagai ciri khas orang iman bisa rusak.
Untuk itu kita supaya menghidar dari buruk sangka/suudhon.
Allah berfirman :
إِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ... الاية * سورة الحجرات ١٢“
Jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan bergunjing sebagian dari kalian terhadap sebagiannya.”
Meremehkan, melecehkan atau menghina sesama orang iman.
Meremehkan, melecehkan dan menghina kepada Saudara seiman termasuk jebakan Iblis yang ada pada diri orang iman, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
بِحَسْبٍ امْرِءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ * رواه مسلم
“Cukup bagi seseorang termasuk jahat bahwa dia meremehkan saudaranya yang islam.”
Alloh berfirman :
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ... الاية * سورة الحجرات ١١
“Wahai orang yang beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain barang kali mereka malah lebih baik daripada yang menghina begitu pula wanita yang satu tidak boleh menghina yang lain barang kali mereka lebih baik dari pada yang menghina.”
Semoga manfaat dan barokah.
Subscribe to:
Posts (Atom)