oleh : Ustadz Aceng Karimullah
Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Ustadz, alhamdulillaah dalam umur saya yang mulai “kepala 4” sekarang ini, saya mulai tertarik untuk membaca bacaan-bacaan tentang agama Islam.
Nah, ketika saya membaca rubrik tentang agama Islam di koran-koran atau majalah umum, seringkali saya menjumpai rujukan hadits yang ditulis sebagai firman Alloh.Yang menjadi pertanyaan saya: Bukankah hadits itu adalah sabda Nabi Muhammad SAW ? Bukankah firman Alloh itu adanya dalam kitab suci al-Quran ?
Mohon Ustadz bisa menjelaskannya kepada saya. Maklumlah Ustadz, saya bukan jebolan pesantren. Atas kesediaan Ustadz memenuhi permohonan saya maka saya ucapkan terima kasih.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Red One – Sum.Sel.
Wa ‘alaikumus-salaam warohmatullohi wabarokatuh.
Pertama perlu kita ketahui bahwa Alloh itu Maha Berkehendak. Kalau dalam “SifatDuapuluh” kita kenal sebagai sifat “Iradat”. Kalau dalam al-Quran, diantaranya dalam surah al-Buruuj ayat 16 difirmankan sebagai:
فَعَّالٌ۬ لِّمَا يُرِيدُ
“Alloh selalu melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya”.
(QS. Al Buruuj ayat 16)
Tidak ada satu pihak pun yang bisa menghalangi kehendak Alloh. Jadi kalau pun Alloh berkehendak untuk menyampaikan firman-Nya kepada Nabi Muhammad di luar al-Quran, itu adalah hak prerogative-Nya, dan tidak ada yang berhak untuk protes.
Sdr. Red One, memang cukup banyak hadits yang disampaikan oleh Nabi Muhammad yang diawali dengan frasa “Alloh telah berfirman”.
Hadits yang demikian itu disebut dengan “Hadits Qudsi”. Dengan kata lain, hadits Qudsi adalah hadits yang adalah firman Alloh. Atau, bisa juga dikatakan bahwa hadits Qudsi adalah firman Alloh yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di luar al-Quran. Sedangkan hadits yang semata-mata disampaikan sebagai sabda Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Hadits Nabawi.
Jadi kalau kita mau tinjau perbedaan antara hadits Qudsi dan hadits Nabawi adalah sebagai berikut:
• Hadits Qudsi adalah firman Alloh yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW kemudian beliau menyampaikannya kepada para shahabat dengan susunan kata-kata beliau sendiri. Dengan kata lain, hadits Qudsi itu materinya/pengertiannya dari Alloh sedangkan redaksinya/susunan kata-katanya dari Nabi Muhammad SAW.
• Adapun hadits Nabawi, materi/pengertian dan susunan kata-katanya berasal dari Nabi Muhammad SAW sendiri.
Salah satu contoh hadits Qudsi adalah: Rasulullah Nabi Muhammad SAW telah bersabda bahwa Alloh ta’ala telah berfirman: “Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika dia berdzikir mengingat-Ku, dan jika dia mengingat-Ku dalam sendirian maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingat-Ku dalam sebuah kelompok/perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompoknya tersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”. (HR Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah).
Adapun perbedaan antara al-Quran dan hadits Qudsi adalah bahwa di dalam sholat, setelah kita membaca surah al-Fatihah, (kalau dalam sholat wajib, pada rakaat pertama dan rakaat yang ke-dua), kita bisa membaca surah lain dari al-Quran. Namun untuk hal ini kita tidak boleh membaca hadits Qudsi. Jadi meskipun hadits Qudsi itu firman Alloh juga, tapi tidak boleh dipakai sebagai bacaan di dalam sholat.
Perbedaan selanjutnya antara al-Quran dan hadits Qudsi adalah:
Membaca al-Quran termasuk suatu ibadah yang utama, berdasar:
• Sabda Rosululloh SAW: Alloh telah berfirman: “Barangsiapa yang disibukkan untuk membaca al-Quran ketimbang berdzikir atau berdoa maka Aku akan member lebih kepada yang membaca al-Quran ketimbang yang Aku berikan kepada orang yang berdoa”. (HR At-Tirmidzi).
• Sabda Rosululloh SAW: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Alloh maka baginya (akan mendapat) kebaikan yang nilainya sepuluh. Aku tidak mengatakan bahwa “Alif Laam Miim” itu satu huruf, tetapi “Alif” sendiri satu huruf, “Laam” sendiri satu huruf, “Miim” sendiri satu huruf”. (HR At-Tirmidzi juga).
Dan banyak lagi hadits yang menerangkan tentang keutamaan al-Quran. Keutamaan-keutamaan ini (seperti halnya nilai 10 pahala untuk setiap huruf) itu berlaku untuk yang membaca al-Quran dan tidak termasuk untuk yang membaca hadits Qudsi. Tapi bukan berarti bahwa membaca hadits Qudsi tidak ada pahalanya, karena untuk setiap ibadah/kebaikan yang kita kerjakan dengan tulus ikhlas karena Alloh maka Alloh akan menjanjikan pahala, sebagaimana firman-Nya:
مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡہَاۖ
“Barangsiapa yang berbuat suatu kebaikan maka (pahalanya) bagi dirinya sendiri”.
(QS al-Jaatsiyah ayat 15).
Demikian yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan anda.
Walloohul-musta’aan, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.