Menyusun Agenda Kematian, Berani?
By imam gem sufaat
Nyaris semua orang yang ingin sukses selalu punya program. Bagi yang kerja di perusahaan, pasti mahfum dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dari sini, ditentukan beragam strategi untuk menyukseskannya.
Bagi yang punya usaha sendiri (bisnis) pasti juga punya target jangka panjang dan jangka pendek. Dari sini, ditentukan aneka strategi untuk meraihnya.
Pun juga di level pemerintahan. Demi memakmurkan rakyat, harus ada rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dari sini, disusunlah kabinet dengan beragam program kerjanya.
Yup, kita sepakat, suatu pencapaian (achievement) memang perlu rencana, kerja, kontrol (evaluasi). Tanpa semua itu, sasaran yang ingin diraih bisa melenceng, bahkan gagal di tengah jalan.
Pertunyuunnyu. Per-tunyu-unnyu.
Kalau urusan dunia saja butuh target, strategi, rencana, kerja, dan kontrol, mengapa urusan akhirat justru sekenanya? Nyaris tidak ada rencana, kerja, dan kontrol/evaluasi.
Apakah urusan surga-neraka lebih sepele dibanding kerja/bisnis/pemerintah/duniawi?
Padahal Pencipta dan Pemilik kehidupan telah mewanti-wanti di surat Al-A'la ayat 17 yang artinya:
"Dan akhirat (surga) jauh lebih baik (lebih nikmat/lebih lezat/lebih indah) dan lebih kekal (dibanding kehidupan dunia)."
Kenapa kekal? Karena setelah mati, jiwa manusia sejatinya tidak musnah. Dia akan tetap hidup untuk menghadap Allah dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia. Hanya ada dua tempat bagi setiap manusia kelak di akhirat, yakni surga dan neraka.
Di pihak lain, dunia adalah kenikmatan fana (palsu/menipu/terbatas). Paling lama kesenangan duniawi bisa dirasakan sebelum mati (rata-rata kurang dari 100 tahun).
Fakta membuktikan, ketika Malailat Maut datang, semua gerak langkah manusia akan terhenti. Benar-benar terhenti. Seperti yang dialami 162 penumpang dan awak AirAsia di Pangkalanbun. Begitu pesawat jatuh dan hancur berkeping-keping, saat itu alam keabadian menyapa.
Menarik nasihat salah satu guru saya H. Deddy Soepriadhi belum lama ini. Beliau bertanya, "Pernakah kita menyusun agenda kematian? Misal, tahun 2015 ini kita mungkin mati."
"Setelah punya 'agenda kematian', kita susun rencana, kerja, dan kontrol untuk menyukseskannya. Dengan demikian, kita selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah," papar beliau.
Hmmm, seru juga ya memasukkan program kematian dalam agenda tahunan kita. Alhasil, selalu ada upaya untuk menyiapkan diri bila mendadak Malaikat Izroil datang.
Nasihat H. Deddy Soepriadhi ini sejalan dengan sabda Baginda Nabi Muhammad SAW di hadist Tirmidzi dengan derajat hasan.
"Orang paling jenius adalah yang selalu introspeksi diri dan sibuk beramal untuk kehidupan setelah mati."
Introspeksi (muhasabah) sebenarnya sangat simpel. Pertama, sebelum mati, pastikan amal baik kita benar-benar melimpah dan sesuai Alquran-Sunnah.
Kedua, pastikan semaksimal mungkin kita bebas dari segala macam kesalahan, baik kepada Allah, maupun sesama manusia.
Bagaimana kawan, berani menyusun agenda kematian tahun ini?